22. Bukan Soal Maaf Tapi Waktu

1.8K 72 0
                                    

Memaafkan seseorang tidak semudah kita memberikan uang kepada orang lain, ini membutuhkan waktu agar kita tau dimana letak kesalahannya biar intropreksi diri.

     👑👑

SHERLY mulai menerjapkan matanya setelah Adel memberikan minyak aroma terapi pada hidungnya. Semuanya bernafas lega, Gio mulai mendekat kearah Sherly.

"Hai!" kata Gio sambil menggengam tangan kanan Sherly.

Sherly merubah posisinya. "Kamu? Kamu bisa tau alamat rumah aku dari mana?"

"Sahabat aku namanya Nazelya.... Oh iya kenalin mereka juga teman aku. Ini namanya Alvaro, Raka, Adel, sama Becca." menunjuk mereka satu-satu

Sherly menjabat tangan mereka satu persatu dengan senyum.

"Emangnya teman kamu gak keberatan?" tanya Sherly. Gio hanya menggelengkan kepalanya.

"Gue gak keberatan kok bantuin Gio, malah gue seneng karena dia udah nemuin sahabatnya." sahut Nazelya.

Mereka memberikan ruang pada Gio dan Sherly agar bisa mengobrol lebih banyak untuk melepas rasa rindu yang sangat lama.

Selagi menunggu Gio kita mengobrol dengan ibunya Sherly ia menceritakan banyak tentang lika-liku kehidupannya, yang lebih sedihnya saat kita mendengarkan cerita itu ibunya bilang kalo ayahnya itu meninggal persis seperti kecelakaan itu saat Sherly waktu umurnya 10 tahun.

           ####

Nazelya bernafas lega karena akhirnya ia bisa membantu Gio menemui sahabatnya yang lama hilang. Nazelya pun merebahkan tubuhnya ditempat tidur memejamkan matanya karena lelah.

Tunggu, Nazelya melupakan sesuatu dia belum mandi. Ia pun langsung beranjak dari tidurnya dan berjalan kearah kamar mandi, beberapa saat kemudian Nazelya sudah selesai.

"Nazelya Arvalynz!" Nazelya hanya membalasnya dengan deheman.

"Jalan keluar yuk?" ajak Alvaro. Nazelya langsung mengambil tas dan ponselnya dan segera keluar dari kamarnya sambil menarik tangan Alvaro.

"Siapa yang ngajak dia yang semangat." kata Alvaro sambil menggelengkan kepalanya.

Alvaro langsung menyambar kunci mobilnya dan menginjak gas mobilnya menuju sebuah mall. Tigapuluh menit kemudian Alvaro dan Nazelya sudah sampai disebuah mall yang berada di Jakarta.

"Temenin gue beli baju ya." kata Alvaro.

"Abis beli baju traktir gue roti bakar sama tiramisu cake." balasnya.

Alvaro hanya menganggukan kepalanya. Nazelya dan Alvaro masih mencari toko baju yang pas, tak lama Nazelya melihat sebuah toko baju yang memiliki barang-barang yang bagus dan keren.

Alvaro dan Nazelya melangkahkan kakinya untuk masuk ketoko itu. Nazelya hanya duduk dibangku yang disediankan oleh toko tersebut sambil memainkan ponselnya, sedangkan Alvaro masih memilih baju yang akan ia beli.

"Zel yang ini bagus gak?" tanya Alvaro sambil menjembreng bajunya.

Nazelya mendongakkan kepalanya. "Bagus." balas Nazelya.

"Oke, gue bayar dulu lo tunggu sini."

Nazelya hanya menganggukan kepalanya, tak lama Alvaro sudah kembali sambil membawa paperbag. Tiba-tiba Alvaro melihat Arfan yang sedang jalan dengan adiknya, ia pun meneriakinya.

"Arfan!" teriak Alvaro sambil berjalan kearahnya Nazelya hanya mengikutinya.

"Lo ngapain disini?" tanya Alvaro.

"Nemenin anak bocah satu. Lo ngapain?" balasnya.

"Jalan, ehh makan yuk gue laper nih."

Arfan hanya mengangguk dan berjalan menuju tempat makan.

"Mba." teriak Raisa sambil mengacungkan tangannya.

"Silakan mau pesan apa?" tanya si pelayan itu.

"Saya mau pesan nasi goreng tiga, roti bakar satu, tiramisu cakenya dua sama lemon teanya empat." kata Raisa

"Baik tunggu sebentar."

Beberapa saat kemudian makanannya sudah datang, mereka pun langsung memakannya dengan santai. Hanya ada detingan sendok dan garpu yang terdengar. Setelah selesai makan mereka istirahat dulu.

"Oh iya, kayanya hubungan lo sama adik gue itu gak kaya dulu lagi deh." ucap Alvaro disela kunyahan nasi gorengnya.

"Maksudnya?" tanya Arfan.

"Ck, maksud gue itu lo itu kayanya udah jarang banget saling sapa udah kaya orang engga kenal. Lo ada masalah sama adik gue?"

Bukan masalah lagi, tapi masalah yang lebih dari ini. Batin Nazelya berbicara.

Arfan hanya mengedikan bahunya. Nazelya yang mendengar itu tidak mau mengambil pusing, ia pun berdiri dari duduknya untuk pergi ketoilet. Dua menit kemudian Arfan pun izin ketoilet.

"Itu anak dua kompak amat ya." kata Alvaro.

"Jodoh kali kak." balas Raisa sambil menyeruput lemon teanya.

Arfan pun menunggu Nazelya keluar dari toilet, ia ingin berbicara dengannya.

"Zel, tunggu."

"Apa?" balasnya dingin.

"Gue minta maaf karena udah salah paham lo."

Nazelya tidak menjawabnya, ia melangkahkan kakinya namun Arfan menghalangin jalannya.

"Minggir! gue mau lewat."

"Zel, pliss maafin gue. Maaf karena gue udah salah paham sama lo gue gak tau harus ngomong ini sama lo darimana, gue cuma mau hubungan kita itu baik lagi. Pliss Zel...."

"Gue butuh waktu fan, kata-kata lo waktu itu masih ada dalam otak gue. Lo itu cuma mikirin diri lo sendiri, lo itu gak mau dengerin penjelasan dari Gio."

"Forgive me please."

"I need time!!"

Nazelya pun langsung berjalan kembali. Yang ia butuh saat ini adalah ketenangan dan waktu, Nazelya tidak marah dengan Arfan dia hanya kecewa. Kenapa waktu itu ia tidak mau mendengarkan penjelasan dari Gio.

         •••••••

Hello! Welcome semoga suka guys..... Enjooyyyy✨




Jangan lupa vote and comment;)

ARFANAZ (COMPLETED✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang