26

17.1K 1.3K 4
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

Lagi lagi, guru pelajaran Ekonomi tidak hadir karena sakit. Anak anak kelas hanya bermain hp karena tidak berani berisik, Ranz menatap mereka dengan tatapan setajam golok.

Milo bangkit dari tempat duduknya, dia melangkah keluar kelas lalu disusul oleh Luna dan Randy. Anak anak kelas lainnya hanya menatap mereka, dan diam. Termasuk Ranz yang sebenarnya pernasaran kemana mereka bertiga pergi.

Luna dan Randy mensejajarkan langkahnya dengan Milo. "Mau kemana?" tanya Randy.

"Kerooftop. Bosen dikelas, ga ada guru juga." sahut Milo santai.

Mereka menaiki tangga menuju rooftop, menatap pemandangan dari atas sana. Angin yang sejuk, mereka berdiri berpegangan pada pembatas yang terbuat dari besi.

Milo mengeluarkan sekotak rokok dari saku celananya, dia mengambil sebatang rokok lalu menawarkannya pada Randy dan Luna. Randy mengambil sebatang sedangkan Luna hanya menggeleng.

Milo menghembuskan asap rokok yang menggumpal dalam mulutnya, bersama dengan Randy sedangkan Luna hanya menatap mereka.

"Lo ga mau balik aja, Lun? Ntar kalo ketahuan guru, kita malah dihukum barengan." ucap Milo.

"Gw udah kebal sama hukuman." timpal Randy.

Luna menggeleng. "Sama. Lagian gw juga bosen dikelas. Mendingan disini, bisa liat pemandangan."

Milo menghela nafas, dia mengapit rokoknya dengan 2 jari ditangan kanan. Membiarkan rokoknya terus terbakar tanpa ia hisap.

"Gw punya adek...Cowok." ucap Milo, akhirnya dia bercerita.

"Adek?" tanya Randy dan Luna berbarengan.

"Lo berdua pengen tau kan kenapa hari ini gw ga semangat banget? Itu karena adek gw." jelas Milo.

"Adek lo, kenapa?" tanya Randy, dia mulai bicara serius.

"Diculik orang, 11 tahun yang lalu. Gw pengen nyari dia."

"11 Tahun??"

Milo mengangguk pelan. "Adek kesayangan gw. Dan teganya, nyokap sama bokap gw lupa soal dia. Mungkin, itu yang bikin mood gw jadi buruk."

"Lo mau cari kemana?" tanya Luna dengan nada tulus. "Biar gw bantu." lanjutnya.

"Ga usah. Gw bisa sendirian. Lagian dia hilang juga karena gw, ngejaga dia aja gw ga becus." Milo menghisap rokoknya lagi, daripada dia menangis.

Randy tampak mengernyit heran lalu berpikir. "Nama adek lo, siapa? Kira kira umurnya berapa tahun?"

"Visco Alfaro. Umurnya seharusnya 16." Milo melempar puntung rokoknya dari atas rooftop kebawah sana. Mungkin jatuh ditengah lapangan, dia tidak peduli.

Randy mengangguk. "Jangan pusing pusing. Kalau dia masih ada didunia ini, kalian pasti ketemu. Tuhan itu ga buta. Mendingan kita seneng seneng diclub kayak biasa. Minum bir itu katanya bisa ngehilangin rasa sedih."

"Gw tertarik sama bir yang lo bilang tadi." ucap Milo.

"Bir apa? Kalian mau ke club mana?" tanya Luna.

"Spirytus Vodka, gw juga ga sabar pengen ngicipin." ucap Randy. "Lo mau ikut, Lun? Tapi kita mau minum Spirytus Vodka yang kadar alkoholnya 96%, kalo lo ikut gw malah takut kita berdua khilaf." Randy terkekeh, Luna tidak mengerti maksud dari perkataan Randy.

"Maksudnya?" Luna mengernyit heran.

"Lo ikut atau nggak?"

Luna mengangguk. "Ikut deh."

Randy tertawa kecil lalu menatap Milo dan mengangguk kecil. Entah apa maksudnya. "Nanti malem gw jemput ya, Lun. Lo nge-LINE gw aja, kasih tau alamat lo. Pasti gw jemput."

"Kalo lo mabok gimana? Kan lo gampang mabok."

"Milo kuat minum. Tapi buat minuman satu ini, gw kurang yakin. Kalo mabok, lo bawa kita pulang aja deh. Atau kerumah gw aja, lo tau rumah gw kan?"

Luna mengangguk. "Ngeribetin dong?"

"Lo ga boleh ikut minum? Kalo elo yang mabok, entar ribet." Randy terkekeh, Milo hanya diam sambil menatap mereka berdua.

Ternyata, Randy sama Luna cocok juga.

***

How? Pendek lagi? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*

Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng

[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang