Selamat membaca para readers ku:*
***
Ranz tersenyum, entah mengapa hatinya selalu berbunga bunga. Dia duduk disamping Milo yang masih asik menonton acara tv yang masih belum habis.
Gw harep nanti mati lampu.
Ranz mengerjap kaget.
Ngapain gw ngarep mati lampu? Astaga, pikiran gw.
Ranz menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu menoleh kearah Milo yang masih setia pada tv padahal filmya sudah habis dan hanya menampilkan nama nama cast.
Milo meraih remote tv lalu mematikan tv dan merapihkan gelas dan box pizza yang sudah kosong. Sedangkan Ranz masih duduk membatu disana, mungkin sedang menunggu mati lampu dadakan.
"Lo mau berdiri disitu sampe kapan? Ga mau tidur? Udah jam 10 tuh." Milo menatap Ranz lalu tatapannya beralih kejam dinding yang terpasang diatas televisi.
Ranz menghembuskan nafas kekecewaan, dia melangkah masuk kekamar Lino dan Mina yang terletak dilantai 1 sedangkan kamar Milo dilantai 2. Rasanya jauh sekali.
Ranz sudah mencari posisi yang paling nyaman untuk tidur, tapi dia masih tidak bisa ketiduran. Terpaksa, dia mengetuk pintu kamar Milo berkali kali.
"Masuk!" teriak Milo dari dalam kamar.
Ranz membuka pintu kamar Milo lalu dia menatap Milo yang masih duduk manis diatas kasur sambil main hp.
"Ga bisa tidur?" tanya Milo namun matanya masih fokus pada hpnya.
"Lo ngomong sama gw atau sama hpnya? Kalo lo ngomong sama gw, liat kearah gw."
Tunggu, sepertinya Milo kenal kata kata itu. Milo hanya berdecih, itu ucapannya tadi sore.
Milo menatap Ranz. "Keclub yuk? Nyusul Randy ama Luna." Milo mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum.
"Ngapain?"
"Liat cewek bohay minum bir! Menurut lo aja." Milo memutar bola matanya malas.
"Lo keclub beneran buat liatin cewek pake baju minim, sedangkan diri lo sendiri cewek? Lo beneran ngerasa cowok, ya?"
Milo bangkit lalu menatap Ranz lekat lekat. "Mau, atau nggak?"
Ranz mengangguk lalu berjalan mendahului Milo. Milo mengambil dompet yang dia masukkan kedalam saku lalu menyusul Ranz.
Mereka masuk kedalam mobil Milo dan Ranz yang mengemudi, tentu saja.
"Dateng juga lo?" sapa Randy lalu meneguk gelas berisi vodka, tapi tidak sampai habis. Sedangkan Luna duduk disamping Randy, menemaninya.
Milo dan Ranz duduk bersebelahan, Milo duduk disamping Randy.
"Minum apa, mas?" tanya Bartender itu.
Milo menoleh kearah Ranz. "Minum apa?"
"Gw ga bisa minum." sahut Ranz, datar.
"Gw harep Visco ga akan muncul ditempat laknat kayak gini, tapi gw pesen Martini 1 botol sama gelas kosongnya, jangan lupa."
Milo langsung membayar begitu bartender itu memberikan sebotol martini dan gelas kosong pada Milo.
Milo mengocok botol itu sebelum akhirnya menuangkan martini itu hingga gelasnya penuh. "Lo mau coba?" Milo menatap Ranz.
"Kandungan alkoholnya berapa persen?"
"Ini martini biasa, kalo ga salah 40%. Mau coba?" Milo menyodorkan gelas berisi penuh martini itu.
Ranz menatap ragu kearah gelas itu. Dia meraihnya dan mencoba mencicipinya walau sedikit. Ranz merasa lidahnya kelu dan panas. Dia bangga, benar benar bangga pada Milo yang mampu meminum minuman sampah seperti itu setiap datang keclub.
Ranz mengembalikan gelas itu pada Milo. Dalam sekali teguk, Milo menghabiskannya. Itu sudah biasa bagi Randy dan Bartender itu. Namun tidak biasa bagi Ranz. Walau dia tau, calon istrinya memang pandai dalam hal meminum bir.
"Besok lo sekolah?" tanya Randy.
Milo menggeleng. "Lumayan, bokap gw ijin sampe rabu. Gw puas puasin libur dulu." Milo terkekeh.
"Ga ada lu, sekolahan sepi. Anak anak cewek dikoridor pada kusam semua muka mereka. Nungguin lo lewat tapi ga lewat lewat." Luna terkikik.
"Biarin aja. Nanti hari rabu, gw kasih senyuman paling manis dari gw." Milo tersenyum tipis lalu meminum martininya. Kali ini dia meminum langsung dari botolnya. Padahal botol itu masih lebih dari setengah, namun Milo menghabiskannya dalam satu teguk.
Bartender dan orang orang disekitar sana sampai melongo. Milo tiba tiba merasa tidak enak dan ingin pulang, makanya dia langsung menghabiskan martininya.
Bukan mabuk, dia merasa seolah takut jika Visco tiba tiba muncul. Apalagi Milo tau bahwa adiknya adalah anak baik baik yang tidak pernah keclub dan menyentuh rokok.
Bisa bisa Visco menjauhi Milo karena Milo dianggap BURUK olehnya.
***
How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] FAKE BOY
Teen Fiction(COMPLETED) Tentang seorang gadis tomboy yang memulai hidup baru sebagai laki-laki