17

20.4K 1.5K 22
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

Ranz mengekori Milo yang masuk kedalam club langganannya. Milo duduk dibangku bar, diikuti Ranz yang duduk disampingnya.

"Mas, Randy mana?" tanya Milo sambil celingak celinguk.

"Toilet." sahut Bartender itu sembari tersenyum.

Milo menoleh kearah Ranz, dia mengangkat dagu Ranz menggunakan jarinya, tangan kanannya mencengkram lengan Ranz dengan erat. Ranz meringis kesakitan.

"Lo bilang kesiapapun kalo gw cewek, lo mati!" bisik Milo lalu melepas cengkraman tangannya.

Lengan Ranz memerah, dia melototi Milo.

"Mas, Absinthenya 1 botol sama gelasnya 1."

Bartender itu memberikan 1 botol absinthe dan gelas kosong pada Milo. Milo membayar lebih sebagai tip untuk Bartender itu.

"Lo yakin minum segitu?" tanya Ranz ragu.

"Lo ngeremehin gw? Gw ga pernah mabok! Jangan mentang mentang karena gw cewek, terus lo ngeremehin gw!"

Milo membuka botol absinthe itu lalu menuangkannya kegelas hingga gelas itu penuh dengan cairan hijau itu. Dalam satu tegukan, absinthenya habis meluncur keperutnya dengan sempurna.

Mata Ranz dan Bartender itu membulat sempurna. "Wah, mas minumnya kuat juga." Bartender itu mengacungkan jempolnya.

Milo tersenyum tipis lalu menatap Randy yang tengah berjalan kearahnya lalu duduk disebelahnya. "Eh, ada Ranz juga..." ucap Randy lalu tersenyum.

"Mas, vodkanya 1 botol, sama gelas kosongnya juga!"

Bartender itu memberikan 1 botol vodka dan gelas kosong pada Randy, Randy langsung membayar dan minum bersama Milo. Sesekali mereka bersulang, membuat suara dentuman gelas kaca itu terdengar jelas ditelinga Ranz.

"Lo ga minum?" Milo menyenggol bahu Ranz yang sedari tadi ternyata dia bengong.

Ranz menggeleng, dia tidak pernah kuat minum minuman keras.

"Cobain dikit." Milo menyodorkan gelasnya yang berisi absinthe.

Ranz termenung menatap gelas itu, antara menerima atau menolak, dia ragu. Akhirnya dia meraih gelas itu, memejamkan matanya dan meneguk sedikit minuman berkadar alkohol tinggi itu.

Ranz menelan minuman itu dengan susah payah lalu membuka matanya saat minuman itu berhasil berpindah keperutnya. Ranz mengembalikan gelas yang masih dipenuhi absinthe itu pada Milo. Milo meraih gelas itu dan menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Gimana rasanya?" tanya Milo, dia meletakkan gelasnya keatas meja bar.

"Gw ga kuat minum." Ranz memijat pelipisnya.

Milo terkekeh. "Lemah."

Milo menuangkan absinthe itu hingga habis kegelasnya. Dia kembali bersulang dengan Randy, mengobrol dan menghabiskan minumannya tanpa memerdulikan Ranz yang tampaknya sudah tak mampu berdiri tegap.

"Mas, itu temennya kayaknya mabok." tegur Bartender itu sambil menunjuk Ranz dengan dagunya.

Ranz menenggelamkan wajahnya ke meja bar. Dia tidak tahan, dia merasa panas sekaligus pusing.

Ranz membuka 2 kancing atas kemejanya. Membuat dadanya terpampang jelas didepan Milo dan Randy.

"Mabok itu. Dia dateng bareng elo? Anter balik, gih." ucap Randy lalu terkekeh.

Baru jam 10 malam tapi dia harus pulang karena Ranz yang merepotkan. "Dia bawa mobil, gimana dong?"

"Yaudah, lo pake mobil lo anterin dia pulang. Biar gw yang bawa mobil Ranz, gw ikutin lo dari belakang."

Milo mengangguk, dia menggendong laki laki itu masuk kedalam mobilnya. Jangan ditanyakan kenapa Milo kuat menggendongnya. Milo memang punya tenaga laki laki karena dia juga suka memukul orang, mungkin ototnya terbentuk dari sana.

Milo melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan Randy yang mengemudikan mobil Ranz dan mengikuti Milo dari belakang.

Setelah sampai, Milo memberikan uang taksi pada Randy dan Randy langsung pulang. Sedangkan Milo, dia meratapi nasibnya.

Milo harus menggendong Ranz dan membawa laki laki itu kekamarnya. Membiarkan laki laki itu tidur dikasurnya sedangkan pemilik kasurnya hanya bisa pasrah dan tidur disofa.

Milo menggendong Ranz dan masuk kerumah, melewati Riya, Diko, Lino dan Mina yang tampak bingung.

"Ranz kenapa?" tanya Mina.

"Mabok ma~"

"Yaudah, bawa kekamar kamu."

"Itu ga salah, masa cewek gendong cowok?" tanya Diko.

Riya tertawa kecil. "Biarin ah, namanya juga dia mabuk."

"Malam ini Ranz nginep disini aja." ucap Lino, Mina mengangguk setuju begitu juga dengan Diko dan Riya.

Milo memutar knop pintu kamarnya dengan susah payah. Dia melempar tubuh laki laki itu keatas kasurnya yang dia sayangi.

Ranz berguling sambil terus mengeluh panas. Milo menutup pintu kamarnya lalu menyalakan  AC. "Udah tidur! Kalo lo gangguin gw, gw gorok leher lo!" ancam Milo lalu dia berbaring diatas sofa tanpa memejamkan matanya.

Dia rasa dia tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini. Dia tidak bisa tidur kecuali dikasur kesayangannya. Yang sekarang ditempati Ranz.

Ranz berguling guling, mengeluh panas lalu dia mengibas kibaskan tangannya. Berusaha mengipas tubuhnya, padahal AC sudah menyala dengan suhu paling dingin.

Ranz membuka jasnya, melepaskan semua kancing kemejanya lalu jasnya dia lempar kesembarang arah, dia berguling guling seperti cacing kepanasan.

Dada bidang Ranz terpampang jelas. Ternyata laki laki itu punya roti sobek juga. Milo menarik sehelai selimut lalu menyelimuti dirinya, dia memejamkan matanya.

Namun belum beberapa detik, dia membuka kembali matanya. Dia melepas jaket hitam yang menutupi kaos oblong hitam yang dia pakai. Milo menatap Ranz yang masih berguling kepanasan, dengan dada kotak kotaknyaa yang terpampang.

Milo benar benar iri. Andai dia juga laki laki...Milo mematikan lampu dan kembali berbaring manis diatas sofa.

***

How? Makin seru? Atau malah ngebosenin?:)
Makasih udah baca ceritaku:)

Votenya, boleh?:)
Baca ceritaku yang lain juga:*
Stay tune for the next chapter:*

[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang