34

16.1K 1.2K 2
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

Tersirat kebahagiaan diwajah Visco dan Milo. Visco tersenyum, tertawa, lalu tersenyum lagi. Begitu sampai giginya kering.

Visco menatap jam tangan hitam yang menempel dipergelangan tangan kiri. Dia tersenyum lagi begitu menyadari kalau sudah tengah malam namun starbucks itu masih ramai.

Ramai dengan orang orang yang rela duduk berjam jam hanya untuk menatap wajah Milo dan Visco dari kejauhan.

Tak pernah Visco betah dengan satu orang sampai berjam jam. Dari pulang sekolah sampai tengah malam.

Milo sama sekali tidak khawatir, padahal dia tidak meminta izin pada orang tuanya. Biarkan saja mereka khawatir.

"Udah jam 12. Kita pulang aja yuk? Hari ini seru! Makasih ya? Doain semoga gw ga telat sekolah besok!" Visco terkekeh lalu bangkit.

Milo membayar semua tagihannya yang ternyata dia dan Visco sudah menghabiskan 13 gelas kopi yang berbeda beda. Begitu membayar, mereka keluar dari starbucks bersamaan dengan tamu yang sedari tadi memenuhi starbucks hanya untuk melihat mereka.

Visco melambai lalu melajukan motornya lebih dulu, meninggalkan Milo yang tersenyum menatap punggung Visco yang perlahan menghilang ditelan jarak.

Milo juga melajukan motornya, meninggalkan orang orang yang menatapnya dari belakang. Senyuman selalu terukir diwajah Milo, dia bahagia menghabiskan seharian ini hanya berdua dengan adiknya. Setelah 11 tahun terpisah, semoga Visco nyaman dengan dirinya yang sekarang. Dirinya yang sekarang dan bukan dirinya yang dulu. Yang sok feminim padahal ga takut kecoa.

Yang katanya jijik sama kecoa tapi nyatanya malah biasa aja kalau tidur diatas kasur yang ada kecoa.

Begitu sampai dirumah, Milo diserang oleh Mina dan Lino. Berbagai pertanyaan membuat mau tak mau Milo duduk disofa ruang tamu, dihadapan Lino dan Mina yang menatapnya dengan tatapan menghakimi.

"Kemana aja kamu, pergi seharian. Begitu pulang sekolah, kamu ga kerumah?" tanya Lino dengan nada bicara tegas yang sama sekali tidak membuat Milo gentar.

"Kamu kemana, sayang? Ga ijin? Mana ada anak gadis yang keluar seharian lalu pulang tengah malam.

Milo naik darah begitu mendengar kata 'Gadis'.

"Jawab!" Lino kini tampak geram.

Milo menatap mereka dengan tatapan santai. "Ada yang mau ditanyain lagi? Tanya aja langsung, nanti aku jawab semuanya."

"Kamu dari mana aja? Sama siapa? Kenapa baru pulang? Kamu gapapa? Kamu ga keclub kan? Ga berantem? Ga mandi seharian? Masa sehari cuma mandi 1 kali? Terus abis ini mau langsung tidur tanpa mandi? Kamu udah makan? Makan diluar kan? Makan apa? Jangan kebanyakan makan makanan luar yang ga sehat! Kamu mau makan apa? Biar mama masakin." Mina cerewet.

Milo menghela nafas lega. Sedangkan Lino hanya tercengang sambil menatap Mina yang bertanya begitu banyak tanpa mengambil nafas sekalipun.

"Aku ketemu, sama adik aku. Adik yang kalian lupain. Aku ngajak dia kedufan, makan, lalu nongkrong distarbucks hampir sampe 4 jam. Aku gapapa, aku ga keclub. Aku mandi, tadi pagi. Iya, rencananya sih abis pulang langsung ganti baju dan tidur. Udah makan, tadi sore. Iya, makan diluar. Makan chicken wings. Aku udah kenyang, ga perlu makan." sahut Milo, menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan Mina.

"Ketemu sama adik kamu? Maksud kamu?" Lino mengernyit tak mengerti.

"Aku ketemu. Sama Visco."

"Visco?? Ketemu?! Terus dimana dia? Kenapa kamu ga bawa dia pulang?" Mina bertanya lagi.

"Aku ketemu sama dia semalam, dirental novel. Aku ga bawa dia pulang karena dia belum tau kalau aku ini Viona. Yang dia tau adalah, aku Milo, kakak kelasnya. Dia diasuh sama seseorang yang jadi papa tirinya, orangnya tajir dan baik. Bajingan itu ngarang cerita ke Visco. Dia bilang kita bertiga kecelakaan mobil, meninggal. Dan cuma Visco yang selamat. Congrats, dia mengundang kematiannya sendiri."

"Kenapa kamu ga bilang? Mama sama papa mau ketemu! Harusnya kamu ajak dia pulang!" Lino mulai lembut.

"Ketemu? Bukannya kalian lupa sama dia? Buat apa ketemu sama anak yang hampir kalian lupain? Aku rasa Visco juga pasti ga mau ketemu sama orang tua yang ngelupain anaknya sendiri. Urusan ini biar jadi urusan aku sendiri. Karena siapapun yang berani ngerebut Visco dari tangan aku, orang itu bakal mati mengenaskan. Garis bawahi itu."

"Kamu mau buat apa? Jangan coba coba bunuh orang! Kamu itu perempuan, kamu harus berubah." Mina mulai kesal.

"Nanti, kalau aku udah ngedapetin apa yang harusnya jadi milik aku. Visco adik aku, milik aku, dan selamanya akan begitu. Siapapun yang berani ngerebut Visco dari aku, dia ga akan hidup tenang. Pelan pelan, tunggu waktunya. Dia bakal menderita, dan aku pastiin dia bakal ngerasain apa yang aku rasain selama 11 tahun belakangan ini. Dia bakal MENDERITA." Milo tampak menahan amarahnya sendiri dengan menekankan kata 'Menderita' lalu langsung meninggalkan Lino dan Mina yang masih mematung.

Tak biasanya Milo bersikap begitu, mengancam dan ingin membuat seseorang menderita. Itu semua dia lakukan, karena Visco.

Orang itu salah, merebut Visco dari tangannya. Dan orang itu tidak tau, dia harus berhadapan dengan siapa setelah dia merebut Visco begitu saja.

Bajingan itu tidak mengenal Milo. Dan Milo akan membuat bajingan itu bertekuk lutut didepannya, memohon ampun, dan hidup layaknya dineraka jahanam.

***

How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*

Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng


[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang