Milo bangkit dan melangkah masuk kekamarnya. Mengganti gaunnya dengan baju laki laki yang sengaja dia bawa, dia juga membersihkan make up diwajahnya dan melepas wig itu. Dia menyisir rambut abu abunya dengan jarinya. Dia merindukan rambut itu.
Milo memasukkan tangannya kedalam saku celana dan melesat keluar kamar. Dan dihadang oleh Ranz yang tiba tiba muncul didepannya. "Cepet banget gantinya? Mau ngapain?"
"Main. Lo mau ikut?" Milo tersenyum aneh.
"Oke. Biar gw yang cariin taxi." Ranz berteriak pamit lalu menyeret Milo meninggalkan area pantai dan pergi kepinggir jalan. Menunggu taxi.
Ranz menyerahkan hpnya ketangan Milo. "Fotoin gw!" lalu Ranz mengambil hp milik Milo.
"Buat apaan?"
"Buat instagram lah. Apa lagi? Cepetan!"
Milo menyiapkan kameranya dan...
CKREK
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ranz merampas hpnya dari tangan Milo. "Cakep juga gw." lalu mengembalikan hp milik Milo yang tadi dia ambil.
Milo bergidik jijik. "Mana ada orang ganteng yang muji dirinya ganteng?"
"Gw ga bilang ganteng, cuma cakep."
Ranz menghentikan sebuah taxi dan masuk kedalam sana bersama dengan Milo. Supir itu sempat mengira kalau Ranz dan Milo adalah kakak beradik. Tapi dengan tak tau malunya, Ranz bilang bahwa Milo adalah calon istrinya.
Supir itu sempat melongo dan mengira bahwa Ranz adalah homo. "Dia ini cewek pak, cuma tomboy doang. Makanya dandannya begini."
Pak supir itu menatap penampilan Milo dari kaca. "Seriusan kamu cewek? Kok ganteng ya?"
Milo terkekeh lalu memukul paha Ranz. "Lo bacot banget sih?" bisiknya.
Tak perlu waktu lama, Milo dan Ranz tiba didepan rumah Alexi dan 10 orang asisten Milo langsung menghampirinya, sedangkan yang 10nya lagi menjaga rumah itu.
"Ada anaknya?" tanya Milo, to the point.
Mereka ber 10 langsung menggeleng bersamaan. "Hari ini senin, dia sekolah." sahut salah satu dari mereka.
"Ini rumah siapa?" Ranz menatap rumah Alexi yang sangat luas dan besar.
"Rumah orang." Milo memberi kode pada asistennya untuk kembali berjaga sedangkan Milo dan Ranz melangkah dan berdiri didepan pintu.
Padahal ada bel tapi Milo malah menggedor pintu itu dengan sangat tidak sopan. "Ga sopan banget lu? Ini rumah siapa?"
Pintu itu terbuka, Alexi menatap Milo lalu menunduk. "Silahkan masuk."
Senyuman Milo langsung merekah lalu dia dan Ranz melangkah masuk kedalam rumah itu dan langsung duduk disofa tanpa disuruh. Alexi duduk disofa yang berhadapan dengannya.
"Ada apa kamu kesini?" Alexi bersuara.
"Gimana kabar Visco?" pertanyaan Milo langsung membuat Ranz membelalak sempurna sambil menatapnya. "Ini rumah Visco?" bisik Ranz.
"Visco baik baik saja."
Milo mengeluarkan hpnya dan menelpon salah satu asistennya yang berjaga didepan rumah. "Halo? Kalau anak itu sudah pulang, kalian jegat dia. Jangan. Biarkan. Dia. Masuk!" Milo menekankan setiap kata akhirnya.
Milo menutup teleponnya dan memasukkannya kedalam saku celananya. "Kita disini mau ngapain?" bisik Ranz lagi.
"Diem aja." sahut Milo santai lalu dia menatap Alexi. "Saya bisa nggak ganggu kamu."
"Syaratnya?" Alexi menatap Milo dengan tatapan penuh harapan.
"Syarat saya ga mudah."
"Sebutkan saja."
Milo berdehem lalu tersenyum tipis. "Ga terlalu susah juga sih. Cukup ceritakan yang sebenarnya sama Visco, dan mengakui kesalahanmu pada polisi. Daripada kamu mati mengenaskan ditanganku, lebih baik mendekam dipenjara kan."
Kali ini Ranz menatap Milo dengan tajam. Anak itu benar benar tidak sopan pada orang tua.
"Kali ini tidak ada gergaji, lilin, pisau daging, dan gunting besi lagi."
"Setrika...?" Alexi bertanya dengan nada takut takut.
"Kemarin itu hanya bercanda. Aku masih punya hati untuk melakukan itu padamu. Tapi kalau aku benar benar kesal padamu, mungkin aku akan menghancurkan kepalamu dengan tongkat baseball." Milo tersenyum. "Maaf, aku terlalu banyak nonton The Walking Dead dan Friday The 13th." Milo tersenyum lebar sambil menggeleng. "Aku mempelajarinya semua dari film sadis itu. Jadi bagaimana? Aku bisa saja menjelma menjadi Jason untuk merebut kembali adikku."
Ranz menggeleng gemas. Sedangkan Alexi mendesah pelan.
"Visco adalah anak saya satu satunya. Dia yang telah menemaniku selama 11 tahun--"
"Dia adikku satu satunya, yang kamu rampas dariku. Dan aku akan merampas nyawamu, jika kamu tidak mengembalikannya padaku." Milo menatap tajam Alexi. "Dan dia bukan anak mu. Dia bukan anak seorang penculik sepertimu. Harus kukatakan, kamu benar benar punya nyali untuk bicara seperti itu denganku." Milo bertepuk tangan meriah seolah sedang ada yang berulang tahun.
"Bisa beri saya waktu?" Alexi menunduk lagi.
"Oh, tentu~ Tentu saja, tuan Alexi." Milo tersenyum aneh. "Waktunya tergantung mood saya. Saya bisa melenyapkanmu, kapan saja. Jadi sepertinya waktunya ga akan banyak."
Milo melangkah mendekati pintu, memanggil salah satu asistennya yang bernama Tristan untuk masuk kedalam rumah itu.
"Ada apa, mas?" tanya Tristan sambil sedikit menunduk.
Milo hanya menatap Tristan, seperti membuat kode. Tristan langsung menarik kerah baju Alexi dan menendang lutut Alexi hingga Alexi terjatuh dengan posisi berlutut pada Milo. Tristan menahan Alexi agar terus dalam posisi itu.
"Kalau kamu ga mau liat, kamu bisa keluar." ucap Milo pada Ranz, Ranz menggeleng.
Milo mengangguk pelan pada Tristan, Tristan langsung menampar Alexi dengan kencang. "Besok, keluarga saya pulang dari liburan. Kamu harus bawa Visco kerumah saya, besok siang sepulang Visco dari sekolah. Kamu harus menceritakan semuanya. SEMUANYA. Kalau tidak, aku akan menyiapkan kuburanmu, tepat ditaman rumahmu yang indah ini."
Tristan melepaskan Alexi, memaksanya bangkit dan berdiri tegap didepan Milo yang masih duduk diatas sofa. "Deal?"
Alexi hanya mengangguk pasrah. Milo, Ranz dan Tristan keluar dari rumah itu. "Lo tega banget ama orang tua?" geram Ranz.
"Dia cuma penculik bajingan dimata gw. Diem sebelum gw beneran nempelin setrika panas kemuka lo yang mulus ini." Milo mengusap pipi Ranz yang lembut. Ranz merinding, dan merasa panas didaerah yang disentuh Milo.
***
How? Ga seru? Sorry:) Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:) Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:) Bagi bintangnya dong:*
Stay tune buat next chapter, ya? Baca karyaku yang lain juga:) Salam, Slvnhng