Selamat membaca para readers ku:*
***
Bel istirahat baru saja berbunyi. Luna langsung berlari ke meja Milo sambil tersenyum manis, tatapan murid kelas sudah tidak bisa dihindari lagi.
"Bebeb, kantin bareng~" rengek Luna dengan nada manja.
Milo memasukkan buku tulisnya kedalam tas lalu menoleh kearah Luna yang mengedip ngedipkan matanya.
Milo menggeleng jijik. "Tunggu Randy." ucapnya pelan.
Luna menoleh, mencari cari posisi Randy yang ternyata sedang berlari kearah mereka. "Hai Guys!!" seru Randy lalu berdiri disamping Luna.
"Luna ikut?" Randy menatap Milo dengan tatapan penuh arti.
Milo menatap Randy lalu menatap Luna secara bergantian. Tak sengaja, dia menangkap sosok Ranz yang tengah menatapnya. Milo mengalihkan pandangannya ke Randy. "Ayo cepet!"
Milo melangkah duluan, mendahului kedua temannya. Luna dan Randy menyusul Milo hingga mereka berjalan beriringan. Randy langsung merangkul pundak Milo, menyadari perubahan sifat Milo. "Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Randy.
"Nggak. Emangnya kenapa?" Milo balik bertanya.
"Lo liat sekeliling. Anak anak cewek lagi pada nyapa lo sambil senyum senyum. Biasanya lo bales senyuman mereka, tapi sekarang kok lo ga noleh kearah mereka?"
Milo menatap sekelilingnya, anak anak cewek yang semula tampak sedih langsung kegirangan. Milo tersenyum ramah sebelum akhirnya kembali menatap kearah depan. "Udah tuh..." ucapnya diiringi teriakan histeris beberapa anak anak perempuan yang berjalan dikoridor.
Namun seketika hening, saat Ranz berjalan melewati mereka. Seolah Ranz adalah hantu yang harus mereka hindari.
Mereka bertiga duduk didepan stan bakso. Memesan 3 mangkuk bakso komplit dan 3 gelas es teh manis.
"Totalnya jadi 34 ribu." ucap pak Imas.
"Kali ini biar gw yang bayar lagi." Milo tersenyum karena teringat Visco yang sering dia traktir sejak dulu.
Milo mengeluarkan lembaran biru dan memberikannya pada pak Imas. "Kembaliannya ambil aja." ucap Milo, lembut.
"Makasih, mas." Pak Imas tersenyum ramah sebelum akhirnya melangkah pergi.
"Royal~" ucap Luna, membuat Randy dan Milo menoleh kearahnya.
Gadis itu memakan bakso yang sedang tertancap digarpunya. Begitu juga dengan Milo yang makan dengan satu kaki yang dia angkat keatas bangku seperti biasanya, sama dengan Randy. Rasanya kalau makan tanpa mengangkat kaki keatas bangku itu tidak nyaman. Mungkin karena mereka sudah terbiasa.
Ranz berdiri didepan warung, mengambil roti selai blueberry dan sekotak susu vanilla dan langsung membayarnya. Dia menatap Milo, Milo juga menatapnya.
Anak cewek duduknya begitu? Kayak roh cowok yang terjebak ditubuh cewek.
Ranz menggeleng pelan lalu melangkah pergi dari area kantin. Kantin yang semula sepi pun akhirnya kembali ramai karena sosok Ranz sudah pergi.
***
How? Pendek lagi? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] FAKE BOY
Fiksi Remaja(COMPLETED) Tentang seorang gadis tomboy yang memulai hidup baru sebagai laki-laki