Selamat membaca para readers ku:*
***
"Yaiyalah! Emangnya lo mau cari tempat lain?" tanya Ranz lalu memejamkan mata.
"Sumpah. Kalo begini, kita ga bisa pulang dong?! Semua gara gara lo! Nyari pemandangan buat foto, TAI!!" amuk Milo.
"Ya makanya, tidur dulu. Kalo udah pagi, baru cari jalan pulang."
"Enak ya lo tinggal ngomong. Dipinggir pantai itu dingin mas, lo tau dingin gak? D-I-N-G-I-N!"
"Palingan juga cuma 20-22c doang. Lebay banget lo?"
"Gelap. Banyak nyamuk, bangke!"
"Mendingan lo kesini, tidur. Lo ga takut kalo tiba tiba ada megalodon dibelakang lo?"
Milo menghela nafas, lalu duduk disamping Ranz yang sedang tiduran. Entah sudah terlelap atau hanya memejamkan mata.
"Lo enak ya? tinggal ngomong ga dingin."
"Maksud lo?" Ranz membuka matanya lalu menatap Ranz.
"Lo nyadar ga sih? Lo make baju, gw pake apa???"
"Oh....Lagian lo ngapain pake bikini?"
"Ranz bego! Gw kan disuruh bernang sama nyokap gw!"
"Kan lo ga bisa bernang, lagian lo juga ga beneran bernang. Kenapa ga ganti baju? Udah tidur aja napa. Lebih bagus kedinginan daripada kepanasan." Ranz menyilangkan tangannya didepan dada lalu memejamkan matanya lagi, berusaha tidur.
Andaikan tidak dosa, tunggu saja Ranz. Milo akan menempelkan setrika panas kewajah Ranz, mencabut kukunya dengan tang, dan menebas lehernya yang indah itu.
Milo bangkit dan berjalan pergi meninggalkan Ranz yang sepertinya sudah tertidur. Dia hanya berjalan terus dipinggir pantai, sesekali kaki gadis itu terkena air pantai itu. Dia menatap bulan yang menerangi malam ini. Andai ada Visco, dia tidak akan seresah ini. Visco bisa diandalkan, berbeda dengan Ranz.
"Eh, mbak? Malam malam ngapain jalan sendirian?" tanya seorang bapak tua yang kemungkinan besar adalah nelayan.
"Maaf pak, bapak tau ga Villa matahari itu dimana?" Milo balik bertanya.
"Ah, tinggal lurus aja lagi. Nanti juga sampe." bapak tua itu tersenyum.
"Makasih, pak." Milo tersenyum ramah lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Dia hanya lurus, menatap pasir yang seakan menggelitik kakinya. Saat dia mengangkat kepalanya, dia sudah tiba divilla. Mina, Lino, Diko dan Riya tampak berdiri didepan villa dengan wajah gelisah dan khawatir yang bercampur menjadi 1.
Milo langsung berlari dan memeluk Mina dengan erat. "Sayang, kamu dari mana aja?" Mina mengusap puncak kepala Milo.
"Tadi abis diajak kesana sama Ranz. Tapi dia lupa jalan pulang." Milo menatap arah asalnya.
"Terus, Ranz nya mana?" kali ini Riya yang bersuara.
"Dia masih disana. Lagi tidur, katanya tunggu pagi baru pulang." sahut Milo santai.
"Aduh~~" Riya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Diko merangkul Riya untuk menenangkannya. "Kita masuk aja dulu kedalam. Viona pasti kedinginan. Tunggu cerah, kita sama sama nyusul Ranz." ucap Lino yang hanya dibalas anggukan.
Mereka masuk kedalam villa. Milo santai saja, padahal dia meninggalkan Ranz sendirian diluar sana. Biarkan saja laki laki itu, dia yang bilang kalau dia akan tunggu pagi.
Milo mandi lalu memakai baju tidurnya, melepas wignya dan tidur sendirian dikasur big size yang seharusnya menjadi jatahnya Ranz.
Paginya, Mina menggoyang goyangkan tubuh Milo. Membangunkan gadis tomboy itu saat jam 6. "Ayo kita cari Ranz. Cuma kamu yang tau jalan."
"Aduh mama. Nanti dia juga pulang." Milo tidur membelakangi Mina.
"Kamu ga bangun, mama sita motor dan mobil kamu, ya?" ancam Mina.
Milo langsung bangkit dengan malas, dia mandi dengan cepat sebelum akhirnya memakai wignya kembali dan memakai gaun kuningnya. Dia hanya memakai bedak dan lipstick tipis lalu pergi mencari Ranz bersama Riya, Diko, Mina dan Lino.
Mereka sibuk mencari Ranz, tapi ternyata anak laki laki itu masih tidur pulas dipinggir pantai. Riya menyiram Ranz dengan air laut.
Ranz langsung mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bangkit dan mengamuk. "Mama apa apaan sih?!" Ranz langsung mengernyit heran. "Kok ada mama?"
Ranz menatap Milo. "Elo?"
Milo tersenyum tipis. "Semalem lo tidur, jadi gw cari jalan pulang sendirian."
"Udah cepetan, ayo! Kita balik kevilla, dasar kebo. Padahal sinar matahari udah terik banget, kamu malah masih tidur." Mina menarik telinga Ranz hingga Ranz meringis kesakitan.
Mereka kembali kevilla. Baru tiba didepan vila, Ranz berhenti karena merasa hpnya bergetar disaku celananya.
Mina, Lino, Riya dan Diko sudah masuk duluan. Sedangkan Milo malah menatap Ranz. "Katanya ga bawa hp?!"
"Bawa, ini hp." Ranz menunjukkan hpnya yang dia keluarkan dari sakunya.
"Jadi, semalem lo boong?!"
"Iya. Kenapa?"
"Anjir, sialan lo!"
"Kan gw boong biar kita berdua ga usah pulang. Tidur berdua dibawah bintang, bulan dan dipinggir pantai, romantis banget ga sih? Gw pikir paginya bakal kebangun berdua sama lo. Taunya lo malah pulang." Ranz mengedipkan sebelah matanya.
Milo pertama kali melihat Ranz bertingkah begitu. Ranz pasti sakit.
Milo menoyor kepala Ranz. "Makan tuh romantis!" lalu Milo melangkah masuk kevilla, meninggalkan Ranz yang sibuk dengan hpnya.
Milo duduk disalah satu bangku meja makan, sedangkan Mina dan Riya mulai menyajikan makanannya keatas meja makan. Lino dan Diko yang awalnya asik mengobrol pun langsung pindah ke meja makan. Disusul oleh Ranz yang baru saja masuk dan langsung duduk bersebelahan dengan Milo.
Seperti biasanya, Milo mengangkat sebelah kakinya keatas bangku begitu dia mulai makan. Riya dan Diko pun memaklumi. Menurut kedua orang tua Ranz, Milo itu gadis tomboy yang lucu.
"Abis ini, Ranz sama Viona mau jalan jalan dipinggir pantai?" tanya Lino membuat Milo tersedak dan batuk batuk.
Gadis itu mengambil gelas air minum yang entah milik siapa dan langsung dia habiskan. "Aku mau pulang. Ada urusan sebentar." Milo mengedipkan matanya pada Lino, berharap Lino mengerti.
Untungnya jarak pantai kerumah Milo itu tidak terlalu jauh. Masih bisa naik ojek dan pergi melihat keadaan Alexi.
***
How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] FAKE BOY
Teen Fiction(COMPLETED) Tentang seorang gadis tomboy yang memulai hidup baru sebagai laki-laki