30

16.3K 1.2K 2
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

"Gw jadi curhat gini." Visco terkekeh lalu mengubah posisinya menjadi duduk. "Lo masih mau disini? Ga mau pulang? Udah jam 11 loh... Besok lo ga sekolah?"

Milo tersenyum tipis. "Sekolah. Lo juga kan?"

Visco menggeleng. "Yaudah, ayo pulang." Mereka berdua bangkit, menaiki motor masing masing dan pulang kerumah mereka masing masing.

Milo ingin mengikuti Visco untuk mengetahui dimana rumah anak itu, tapi terlalu malam dan dia juga sudah mengantuk. Lain kali saja.

Pagi ini, Milo bangun jam 5 pagi seperti biasanya. Dia menyiapkan sarapannya sendiri, dia masih marah pada Mina dan Lino. Dia juga tidak berniat memberitahu mereka kalau dia bertemu dengan Visco.

Begitu Mina hendak menyiapkan sarapan, Milo sudah selesai makan dan bersiap berangkat. Milo pergi tanpa berpamit, menunjukkan bahwa dia masih marah pada kedua orang tuanya itu.

Dia menaiki motornya, mengebut karena jalanan yang sepi. Milo memarkir motornya dilahan parkir dan tiba tiba seseorang datang lalu memarkir motornya disamping Milo. Orang itu membuka helmnya lalu menatap Milo. "Viona?" sapanya.

Milo menoleh. "Gw Milo, bukan Viona." Milo menatap jengkel kearah Ranz.

Ranz dan Milo turun dari motornya bersama sama. "Ya kali gw homo, dijodohin ama lo."

"Perjodohannya batal. Gw ga mau dijodohin ama lo." ketus Milo lalu berjalan mendahului Ranz.

Ranz berjalan dibelakang Milo. Setelah anak anak dikoridor menyapa Milo, mereka langsung bungkam karena ada Ranz. Seperti biasa, Milo tebar pesona dengan tersenyum pada anak anak yang menyapanya.

Hari ini dia cukup bahagia, mengingat akhirnya dia bertemu dengan adik emasnya. Walaupun adiknya tidak mengenalnya, cukup mengetahui kalau dia masih hidup, Milo sudah bahagia.

Milo tampak selalu tersenyum, kebahagiaan terpancar jelas diwajahnya, sampai seseorang menabraknya, untungnya ada Ranz yang menahannya hingga Milo tidak jatuh kebawah.

"Sorry, Sorry!" ucap orang itu. Milo berdiri tegap, menyingkirkan tangan Ranz yang baru saja membantunya. Persetan dengan ucapan 'Terima kasih'.

Milo menatap orang yang baru saja menatapnya. "Lo nabrak gw, ga minta ma--" Milo terdiam. "Visco?"

"Oh, Elo?" Visco tersenyum lebar.

"Lo ngapain disini?"

"Sekolah." Visco terkekeh, sedangkan Randy menatap Milo dengan tatapan 'Gw butuh penjelasan'.

"Sekolah?"

"Iya, gw baru pindah kesini. Oh ya, lo kelas berapa?"

"11 IPA 4."

"Oh, kakak kelas..." Visco terkekeh lagi. "Kelas 10 IPA 1 itu dimana, kak?" Visco tersenyum manis.

"Kelas kita deket. Mau gw anter? Biar sekalian?"

Visco mengangguk. "Sorry kak, nabrak." Visco terkekeh lalu berjalan beriringan dengan Milo seolah Ranz tidak pernah ada disana.

"Visco adeknya Milo?" Ranz bertanya tanya, sulit mencerna maksud dari semuanya.

***

How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*

Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng

[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang