31

16K 1.2K 16
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

Milo mengantar Visco sampai kekelasnya, bahkan bel yang berbunyi nyaring saja tidak menghentikan obrolan dan tawa mereka berdua. Mereka seperti, Sobat.

Kelas Visco sudah ramai, bahkan ada guru. Begitu Visco melangkah masuk kekelasnya, Milo berbelok, tidak kekelas, tapi bolos kerooftop.

Dia senang sekali. Dia bisa melihat adiknya setiap hari, walau adiknya tidak tau kalau Milo adalah Viona.

Sedangkan dikelas, Randy, Luna dan Ranz kebingungan karena Milo tak kunjung kekelas. Padahal guru yang mengajar sudah tiba dikelas mereka.

Milo mengeluarkan sekotak rokok dari tasnya, dia duduk diatas pembatas besi tanpa takut terjatuh. Dia duduk disana sambil merokok, menatap pemandangan dari atas sana.

Kalau ada yang melihat Milo, pasti dia akan dikira ingin bunuh diri. Milo bersenandung, menikmati rokok dan kebahagiaannya.

"Lo ngapain disitu? Mau mati?" tanya seseorang yang berdiri dibelakang Milo. Milo menoleh kebelakang, menatap Ranz yang berdiri diambang pintu sambil menatapnya. "Lo ngapain disini?"

Ranz melangkah mendekati Milo. "Lo ngapain disitu? Ga takut jatoh?"

Milo menggeleng. "Balik kekelas sono!"

"Visco tadi, Visco adek lo?"

Milo mengangguk sambil tersenyum. "Tapi dia ga tau kalo gw kakaknya."

"Gimana kabarnya?"

"Dia diasuh sama bokap tirinya. Bokap tirinya bilang kalo gw, mama, sama papa udah meninggal." raut wajah Milo tiba tiba berubah.

"Maksudnya?"

"Dia bohong."

"Terus, kenapa lo ga bilang kalo dia adek lo?"

Milo menggeleng. "Jangan dulu...Gw belom siap, dia juga pasti belom siap. Gw harus tau, siapa bokap tirinya yang bohong kedia kalo gw udah meninggal karena kecelakaan mobil."

"Terus?" Ranz mengernyit heran. "Lo mau apa?"

"Mau apa, maksud lo? Asalkan bajingan itu ga kasar sama adek gw, gw masih bisa tahan. Sebelum gw ngelakuin apa yang udah gw rencanain."

"Maksud lo, rencana apa?"

"Kepo! Lagian gw bakal selesaikan ini, sendirian. Lo balik kekelas sono!"

"Gw ijin ketoilet, nyari lo. Lo ga mau kekelas?"

Milo menggeleng. "Nanti aja pas istirahat."

Ranz duduk dipembatas besi juga, disamping Milo. "Mau ngapain?"

"Nemenin calon istri gw."

"Istri lo siapa? Gw cowok, bukan cewek."

"Lo cewek. Bodoamat."

"Lagian gw juga ga setuju."

"Gw bakal nunggu, sampe lo setuju."

Milo berdecih lalu menggeleng dan kembali menghisap rokoknya. "Ga akan setuju."

"Lo kapan ketemu sama dia? Kok tadi dia langsung ngenalin lo?"

"Semalem, gw ketemu dia dirental novel. Dia tambah ganteng, ya?" Milo terkekeh, pertama kalinya bagi Ranz untuk melihat Milo terkekeh.

"Lo yakin kalo dia adek lo?" Ranz ragu. "Kalo cuma nama doang yang sama, gimana?"

"Namanya Visco Alfaro."

"Beneran adek lo?" Ranz mengernyit, dia masih belum terlalu mengerti.

Milo mengangguk sambil tersenyum lalu membuang puntung rokoknya. "Iya. Semalem dia yang ceritain ke gw. Tentang semuanya, bahkan dia bilang kalo dia punya kakak perempuan, namanya Viona." raut wajah Milo berubah lagi. "Gw cuma takut dia ga ngakuin gw sebagai kakaknya. Dilihat dari ujung mana pun, yang ngeliat gw pasti ngira kalo gw cowok. Kakaknya Visco itu cewek."

"Kalau dia bener bener sayang sama lo, harusnya dia ga permasalahin itu. Jadi, kapan lo mau ngasih tau dia kalo lo kakaknya?"

"Kalau gw udah bikin penculik itu menderita, dan hidupnya serasa dineraka." Milo tersenyum miring.

***

How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*

Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng

[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang