49

14.1K 956 11
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

"Kerental novel dulu ya? Gw mau beli buku." ucap Milo, pelan dan lembut kepada Ranz yang sedang melajukan mobilnya.

Ranz menghentikan mobilnya didepan rental novel dan menemani Milo masuk kedalam rental itu. Rental sepi, suhu yang dingin, dan alunan musik yang lembut. Cocok untuk menjadi tempat menyendiri para jomblo dimalam minggu.

Milo menyapa Dexter sebelum akhirnya melangkah ke rak buku. Tujuannya hanya 1, Novel My Ice Girl harus dia dapatkan hari ini juga.

Dia mencari novel itu di rak buku. Sedangkan Ranz, dia juga ikut melihat lihat dan mencoba membaca beberapa novel yang tampak menarik covernya.

"Nyari buku apa sih?" tanya Ranz, namun matanya masih sibuk membaca buku ditangannya.

"My Ice Girl." sahut Milo, matanya masih mencari novel itu dengan cekatan.

Ranz membalikkan buku yang sedang dia baca, menatap covernya yang bertulisan 'My Ice Girl By Pitsansi'.

"Ini?" tanya Ranz.

Milo menoleh dan menatap buku yang ada ditangan Ranz. "Iya, itu!"

Ranz menyembunyikan buku itu dibelakang punggungnya. "Yang ini, gw mau beli."

"Kan lo bisa cari buku lain."

"Ga, gw sukanya yang ini. Lagian ini gw yang dapet. Cari yang lain sana."

"Buku itu sisa satu satunya, Ranz ganteng ngalah dong." Milo memelas.

"Gw ngerasa homo anjir. Tapi, bodoamat. Lo muji gw disaat begini doang."

"Makan tuh buku!" Milo menghentakkan kakinya lalu berlari keluar rental.

Ranz tertawa kecil lalu membayar buku itu dan masuk kedalam mobil, menatap Milo yang sedang duduk dibangku penumpang dengan kepala yang tersender dikaca jendela mobil.

"Nih!" Ranz menyodorkan buku itu. Baru saja Milo mau mengambilnya, namun Ranz menarik kembali buku itu. "Cium dulu." Ranz menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya.

"Najis! Lo homo?!"

"Ga mau ya udah." Ranz melanjukan mobilnya, sedangkan Milo kembali pada posisinya yang tadi.

Sesampainya dirumah, Milo langsung membuka pintu dan masuk, membuka kulkas dan meminum segelas susu coklat, mengabaikan Ranz yang sedari tadi menatapnya.

Milo melewati laki laki itu seolah Ranz tidak ada. Milo hendak melangkah masuk kekamarnya namun Ranz mencekal tangannya. Ranz memenjarakan tubuh Milo diantara tembok dan juga tubuhnya yang tinggi dan tegap.

"Lo apaan sih?" ketus Milo lalu dia membuang muka.

"Lo marah?"

Milo berdecih.

"Siapa tau abis nyium gw, lo bisa suka sama gw." Ranz mengangkat sebelah alisnya.

Lagi lagi, Milo hanya diam tanpa menatap Ranz.

"Plis deh, gw lagi berdandan kayak cowok gini. Gw malah ngerasa kalo lo homo, tau? Cek kedokter sana."

"Walau lo berpenampilan cowok didepan gw. Dimata gw, lo selalu cewek. Cantik, manis. Gw bukan homo, karena gw tau kalo lo cewek. Dan plis, gw ga pernah nganggep lo cowok setelah tau kalo elo itu cewek."

"Terus lo maunya apa?"

Didetik itu juga, Ranz mengecup lembut bibir Milo. Bukan sekilas, namun cukup lama. Dan sesekali, laki laki itu menggigiti bibir bawah Milo agar gadis tomboy itu membuka mulutnya. Dan seperti terhipnotis, Milo membuka sedikit mulutnya, memberi celah bagi lidah Ranz untuk menyusup kedalam sana dan memainkan lidah gadis tomboy itu lalu saling bertukar saliva.

Setelah itu, Ranz mundur selangkah, matanya masih menatap lekat Milo. Mereka berdua diam, hening dan canggung. Ranz menyodorkan novel itu ke Milo.

Milo menatap buku itu, agak lama. Sekarang, tubuhnya disini namun arwahnya tidak. Arwahnya seolah terbang jauh keangkasa.

Waktu dia diberi CPR oleh Ranz, itu karena terpaksa. Namun ini, Ranz melakukannya dengan suka rela. Tanpa meminta izin dulu.

"Buat lo aja. Gw ga suka baca." suara yang lembut nan tulus milik Ranz, berhasil mengembalikan arwah Milo ketubuhnya.

Milo menoleh kearah Ranz lalu buku itu. "Hah?" dia masih gagal konek.

Suasananya cangung, lagi dan lagi. Mereka hanya saling tatap, tanpa mengeluarkan suara. Milo mengambil buku itu dari Ranz, Ranz tersentak kaget. Rupanya laki laki itu melamun.

"Makasih." ucap Milo lalu tersenyum manis dan menaiki tangga dan masuk kekamarnya.

Ranz masih membatu disana, sebelum akhirnya dia menggigiti bibir bawahnya. Malu, itu yang dia rasakan sekarang.

Ranz, lo bego banget sih? Kan ketahuan banget kalo elo yang nafsu. Main nyosor nyosor aja.

Ranz menjambak rambutnya frustasi, sebelum akhirnya mematikan lampu ruang tamu dan dapur lalu masuk kekamar Mina dan Lino untuk tidur.

***

How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*

Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng

[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang