Selamat membaca para readers ku:*
***
Pagi ini, Milo bangun jam 6 pagi. Mandi dan membuat sarapan seperti biasanya, walau hanya roti tawar yang dia olesi selai kacang dan coklat yang dia campur menjadi 1.
Baru saja selesai mengoleskan selai, Ranz keluar dari kamarnya. Rambutnya basah dan sebuah handuk kecil menggelantung disekitaran lehernya.
"Bangun jam berapa lo?" tanya Ranz lalu menatap jam dinding yang menunjukkan jam 06.40.
"Enam." sahut Milo, SPJ.
"Buat gw mana?" Ranz mengerucutkan bibirnya.
Bolehkah Milo jujur, bahwa ini pertama kalinya melihat Ranz seperti itu? Rasanya Milo ingin menampar laki laki itu.
"Mau selai apa?"
"Samain kayak lo."
Milo mengambil 2 roti tawar yang dia olesi selai lalu dia satukan menjadi satu dan dia taruh keatas piring dihadapan Ranz yang sudah duduk disalah satu bangku meja makan.
Milo membuka kulkas, mengambil susu strawberry lalu dia menuangkannya kegelas.
"Lo minum apa?"
"Samain aja!" sahut Ranz, setengah berteriak.
Milo mengambil 1 gelas lagi lalu menaruh 2 gelas susu strawberry itu keatas meja. Selesai sarapan, Milo masuk kekamarnya.
Gadis tomboy itu memakai kaos oblong berwarna kuning, menata rambutnya dengan pomade, lalu memakai sneakers putih. Saat sedang memakai sneakers, Ranz masuk kekamarnya.
"Mau kemana lo?" tanyanya, to the point.
Milo menoleh sekilas lalu memakai sneakers bagian kanan. "Mau main kerumah om Alexi." sahut Milo dengan suara yang sangat sangat lembut.
"Ngapain?"
"Main. Kan dia harus bawa Visco kerumah, siang ini."
"Main? Ngancem bapak tua yang dikit lagi sekarat, itu namanya main?" Ranz terkikik.
Milo mengangguk. "Dikit lagi papa sama mama pulang. Gw mau cabut duluan. Lo ikut atau jaga rumah?"
Ranz mengangguk lalu dia pergi kekamarnya, merapihkan rambutnya lalu mengambil dompet dan hpnya. Mereka berdua masuk kedalam mobil dan pergi kerumah Alexi.
Begitu Alexi membuka pintu, Milo dan Ranz langsung masuk.
"Om Alexi." sapa Milo dengan suara manja, yang membuat Alexi malah heran. Namun senyuman jail diwajah Milo langsung sirna dan berubah menjadi mimik serius. "Jadi, gimana?" tanyanya kali ini dengan ekspresi datar lalu duduk disofa bersama dengan Ranz.
Alexi duduk dihadapan mereka. Menatap Milo dan Ranz secara bergantian lalu menunduk. "Saya mengerti." lirihnya. "Saya akan coba. Siang ini, jam 12. Saya akan mengajak Visco, kerumahmu."
"Siang nanti, biar Tristan yang mengantarmu. Kalau kamu berani kabur saat ditengah jalan, jangan salahkan Tristan kalau dia membunuhmu." Milo tersenyum dengan senyuman yang mengerikan.
Milo memanggil Tristan, menyuruhnya untuk mengantar Alexi dan Trisco kerumahnya nanti siang. "Kalau jam 12, dia masih belum datang. Saya mau, kamu bawa telinga dia kehadapan saya."
Tristan mengangguk tegas sedangkan Alexi bergidik ngeri.
"Kalau ga telinga, bisa juga kepala. Atau lidahnya saja, untuk makanan anjing kakek." ucap Milo, Ranz menatap Milo dan menggeleng pelan.
"Kamu bisa keluar sekarang."
Tristan melangkah keluar dari dalam rumah itu. Milo kembali menatap Alexi dengan tatapan menghakimi yang sangat menyeramkan bagi Alexi.
Dia tidak pernah dibuat sampai setakut ini. Dimana Alexi yang tidak takut pada apapun kecuali penciptanya?
Membayangkan lidahnya dipotong untuk dijadikan makanan anjing saja Alexi tidak berani.
"Oh ya, jangan lupa bereskan koper Visco. Saat kamu membawanya kerumah saya, dia akan langsung tinggal dengan saya. Kalau kamu bawa dia pulang, lihat saja apa yang akan terjadi pada....." Milo menatap Alexi dari atas kebawah, mencoba mencari sesuatu yang menarik bagi matanya. "Mungkin, aku akan memotong jari jarimu. Bagaimana kira kira saat tanganmu tidak ada jarinya?"
Ranz mendesah pelan.
Milo menatap tajam kearah Alexi. "Kamu ngapain masih disini?! Sana siapkan koper Visco!" bentakan Milo membuat Alexi bangkit dan langsung berlari masuk kekamarnya Visco.
Milo tertawa kecil lalu pandangannya beralih ke Ranz yang tampak bosan. "Kenapa lo?"
Ranz menggeleng.
"Makanya, jaga rumah aja."
"Masa gw ditinggal sendirian?"
"Gausah lebay. Kenapa? Lo takut kecoa, takut tikus?"
"Gila kali lo. Gw ga takut kecoa, ngangkat kecoa terbalik dikamar mandi aja gw mampu. Tikus? Alah, megang bangke tikus pake tangan kosong juga gw bisa!"
Ranz membuang muka malas. Milo tertawa kecil, lagi. Dia menggeleng pelan lalu menatap pintu kamar Visco yang baru saja Alexi masuki.
Tampaknya, bapak tua itu mengurus Visco dengan baik. Tapi tidak akan lebih baik daripada Mina dan Lino.
***
How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] FAKE BOY
Teen Fiction(COMPLETED) Tentang seorang gadis tomboy yang memulai hidup baru sebagai laki-laki