Selamat membaca para readers ku:*
***
Alexi berdehem untuk menyingkirkan keraguan dan kesunyian yang menyelimuti mereka. Riya, Diko, Mina dan Lino duduk disofa ruang tamu, menunggu Alexi mulai bicara tentang semuanya, pada Visco Alfaro.
Alexi mulai menceritakannya, dari awal sampai akhir. Visco tampak diam, mendengar cerita dari seorang pembohong yang mengurusnya selama 11 tahun. Visco sesekali menatap Milo, namun Milo malah memberi tatapan membunuh pada Alexi.
"Maksud papa, papa bohong sama aku?" tanya Visco dengan lembut, dia menatap manik mata Alexi.
Alexi mengangguk lemah. "Maafin papa, papa liat kamu mirip sama anak kandung papa, Chico. Makanya, papa nganggep kamu kayak anak papa sendiri. Papa terpaksa bohong, bilang kalau kalian kecelakaan dan cuma kamu yang selamat."
Visco melangkah mendekati Milo. "Jadi, kamu kak Viona?"
Milo terdiam, apa Visco akan membencinya?
"Kakak kenapa jadi begini?" Visco meneteskan air matanya, didepan Milo.
"Kakak, pengen ngejagain kamu. Maafin kakak ya, gara gara kakak bego, kakak ga becus jagain kamu. Maafin kakak ya, kakak sayang kamu." Milo menunduk.
Ranz mengusap punggung Milo, menenangkan gadis tomboy itu.
"Kenapa, kakak ga cari aku?"
"Kakak cari kamu! Kakak selalu cari kamu. Waktu itu, kakak cuma diam waktu ngeliat dia bawa kamu pergi. Kakak selalu nyalahin diri kakak sendiri. Kakak ga bisa hidup tanpa kamu, Visco."
Visco menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, mengusap wajahnya dengan kasar. "Selama ini kakak udah tau, tapi diam aja. Dengerin curhatan aku tentang kakak aku yang namanya Viona, kakak diem aja?"
Baru Milo mau berucap, Visco menyelak lagi. "Kamu ini, Milo atau Viona? Milo Realino atau Viona Florenza. Kakak aku, perempuan. Bukan laki laki." Visco membuang muka.
Milo masih menunduk, dia hanya merasa bersalah dan tidak menangis. Dia sudah menyiapkan hatinya, untuk hari ini. Milo menatap Tristan. "Bawa dia pergi."
Tristan menahan kedua lengan Alexi dan menyeret Alexi pergi. Tak lupa menutup pintu.
Mbak Ina yang baru selesai berberes pun hanya berani menatap mereka dari lantai 2. Hendak menangis, kasihan pada Milo. Milo yang selalu keluar rumah hanya untuk mencari Visco sebelum akhirnya terdampar diclub setiap malam.
Andai Visco tau, pertama kali Milo meminum bir adalah saat gadis tomboy itu masih duduk dibangku kelas 4 SD. Saat dia gagal mencari Visco, dia frustasi dan dia meminum minuman haram itu untuk menenangkan diri.
Awalnya memang tidak enak, namun minuman itu membuat Milo menjadi sedikit tenang. Perlahan, Milo semakin kuat minum. Tidak pernah mabuk sama sekali.
Visco menatap Mina dan Lino. Mina langsung menarik Visco kedalam pelukannya. Lino mengusap puncak kepala Visco. Ranz memegang lengan Milo.
Visco, membencinya?
Mina dan Lino tampak bahagia, mengusap puncak kepala Visco. Dan disaat itu juga, Milo memukul meja kaca didepannya, meja kaca itu pecah, dan hancur.
Mina, Lino, Visco, Riya, Diko, Ranz dan Mbak Ina tersentak kaget. Meja itu benar benar hancur, ditangan Milo.
Milo menatap tangan kanannya yang dia gunakan untuk memukul meja itu. Tidak merah, tidak berdarah, dan tidak sakit. Karena sesakit apapun tangannya, tidak akan melebihi rasa sakit hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] FAKE BOY
Teen Fiction(COMPLETED) Tentang seorang gadis tomboy yang memulai hidup baru sebagai laki-laki