36

14.7K 1K 6
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

"Coba kamu bayangkan...Kalau seandainya~~" Milo melirik Alexi yang tegang karena takut. "Saya memakai steples itu lalu memakaikannya kejarimu? Pasti jarimu akan bolong bolong, kan?" Milo terkekeh namun tiba tiba dia menggebrak meja didepannya, membuat Alexi mengerjap kaget. "Jangan berpikir saya tidak tau apa yang kamu pikirkan, Alex! Kamu pasti baru saja memaki saya dengan sebutan~~ 'Psycho'?"

"Tidak. Sama sekali tidak. Viona, kapan kamu akan pergi dari rumah saya?" tanya Alexi, dia menunduk tak berani menatap Milo.

"Apa perlu saya menempelkan setrika panas kewajahmu hanya untuk membuatmu bicara jujur lalu diam saat kamu tidak bisa berkata jujur?"

Alexi semakin menunduk, tak berani menatap wajah Milo. Apalagi mata Milo yang terus menyorot sosok Alexi.

"Saya sudah capek untuk hari ini. Lain kali saya datang lagi. Dan, jangan coba coba ceritakan apapun pada Visco. Apalagi berusaha kabur dari rumah ini. Ingat, 20 orang itu tidak akan pergi karena mereka menjaga rumah ini secara bergantian, kamu ga akan bisa pergi." Milo berdiri tegap, lalu tersenyum tipis. "Bye, Alex!" serunya lalu dia mengeluarkan kunci pintu dari saku celananya, membuka pintu dan pergi. Alex mengintip keluar lewat jendela. Dan benar saja, banyak orang yang berdiri tegap mengelilingi rumah mewahnya. Pembantu Alex, satpam dan supir entah pergi kemana.

Hanya Milo yang tau kalau 3 orang itu dia sekap dan dia kurung dibagasi mobil yang sudah dia penuhi dengan makanan dan minuman. Setidaknya, agar 3 orang itu tidak mati kelaparan atau kehausan.

"Jaga dia baik baik." perintah Milo pada salah satu asistennya yang berdiri diambang pagar rumah Alexi.

"Siap Nona--Maksud saya, Tuan."

Milo tersenyum tipis lalu menaiki motornya dan pulang kerumah. Baru sampai dirumahnya, Monica sudah menelponnya lagi.

"Gimana?" tanya Monica setelah Milo mengangkat teleponnya.

"Gimana apanya? Udah beres kok." Milo terkekeh."Berkat lo juga. Makasih ya?"

"Sama sama! Tapi, lo ngomong apa aja sama bajingan itu?"

"Macem macem. Gw ngancem dia, dan gw nyuruh dia tutup mulut dan jangan kabur. Gw udah nyuruh 20 asisten gw buat jaga rumah itu. Mereka jaganya gantian, setiap 3 jam." Milo tertawa terpingkal pingkal.

"Terus, mau kapan lo baru jemput Visco? Dia butuh lo."

"Nanti. Setelah, penghalangnya musnah." Milo langsung menutup teleponnya. "Visco..." lirihnya lalu dia berbaring diatas kasurnya.

Dia ingin memeluk Visco tanpa dianggap aneh oleh Visco. Dia ingin makan bersama dengan Visco, Mina dan Lino. Dia ingin, adiknya kembali padanya. Dan dia akan melakukan apapun, untuk mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya.

***

How? Ga seru? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*

Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng

[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang