16

19.2K 1.5K 38
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

Ranz sudah memakai jas rapih, rambutnya ditata rapih oleh Riya. Mereka duduk manis didalam mobil, Diko mengemudikan mobilnya menuju suatu tempat yang bagaikan neraka bagi Ranz.

Mereka berhenti disebuah rumah besar bernuansa putih. Memiliki air mancur dihalaman rumahnya, bunga mawar mengelilingi rumahnya, dan pagar putih yang mengkilat.

"Ini, rumahnya Luna?" gumam Ranz, dia mengintip lewat kaca jendela mobil.

"Ayo keluar" ucap Diko.

Diko dan Riya sama sama keluar dari mobil, disusul oleh Ranz. Mereka memencet bel hingga seorang wanita paruh baya datang dan menyambut mereka dengan salaman yang hangat namun tak hangat bagi Ranz.

Mereka mempersilahkan Diko, Riya dan Ranz untuk duduk duluan dimeja makan. Wanita paruh baya yang tidak dikenal oleh Ranz itu tampak sangat akrab dengan Riya dan Diko.

"Tunggu ya...Putri saya masih dikamar, dia agak ngambek..." ucap wanita itu lalu melangkah pergi.

Diko, Riya dan Ranz duduk dimeja makan bersama seorang pria paruh baya yang sepertinya adalah suami dari wanita yang tadi.

"Lama banget..." bisik Ranz pelan.

"Sabar dong..." bisik Diko.

Wanita paruh baya itu kembali. "Pa, anaknya ga ada dikamar." ucap wanita paruh baya itu dengan mimik wajah bingung.

"Aku disini!" seru seorang perempuan yang berdiri dibelakang mereka. Tampaknya perempuan itu baru saja dari luar rumah.

"Viona??"

Perempuan itu melangkah mendekati meja makan. "Kamu kenapa masih pake baju ini??" tanya Mina, jengkel.

"Biarin lah..." sahut Milo, cuek.

Mata Ranz membulat sempurna. "Apa katanya? Viona...?!" gumamnya sangat pelan.

Milo menangkap sosok Ranz yang tampak syok, namun Milo tampak biasa saja. Bahkan wajahnya tampak datar seperti biasanya.

"Gaun yang mama kasih kekamu, mana?" tanya Mina, dia benar benar kesal.

"Gaun pink yang alay plus lebay itu? Coba mama cek ditong sampah depan rumah. Kayaknya tadi aku lempar kesitu." Milo menunjuk pintu depan rumahnya.

Dada Mina kembang kempis, dia menahan amarahnya. Andai tidak ada tamu, dia akan menjewer telinga putri tomboynya.

Riya tertawa kecil. "Viona lucu ya...Masih sama kayak pas masih umur 3 tahun, dulu..."ucap Riya diiringi tawanya dan Diko.

"Mama serius? Dia mama bilang feminim? Ceria? Cantik?! Mama, aku masih waras, bukan homo!!" Ranz bicara dengan nada tinggi namun lembut.

"Dia itu perempuan...Cuma tomboy dikit." ucap Diko lalu tersenyum manis.

"Tomboy dikit? Itu disebut dikit? Gila!" Ranz menunjuk Milo lalu dia menggeleng tak paham.

"Kamu kenapa ga pake gaun kamu? Kan mama udah suruh pake." ucap Lino, dia berusaha agar tidak terdengar marah.

"Gini ya...Papa yang ganteng, dan mama yang cantik~~ Gaya rambut aku ini gaya rambut cowok, kalau aku pake gaun nanti dikira banci. Kalau aku gayanya kayak gini, terus disuruh jalan berduaan sama dia, yang ada nanti dikira homo." Milo menunjuk Ranz. "Ngerti?? Jadi, kita itu 1000000% ga cocok...Udah ya? Milo mau tidur, babay!" Milo hendak melangkah pergi namun Mina mencekal pergelangan tangan putri tomboynya.

"Malam ini kamu Viona, bukan Milo si susu coklat sachet itu!" geram Mina lalu menuntun Viona duduk disalah satu bangku meja makan.

Milo pasrah, menatap makanan yang membuatnya tambah tidak nafsu. Ditambah lagi wajah menyebalkan Ranz yang membuatnya hampir muntah darah.

"Mama~ Mama bercanda soal dia, kan?" Milo merengek sambil menunjuk Ranz dengan dagunya. "Aku bukan homo, mama~~"

"Kamu itu perempuan, Viona."

"Laki laki, sekarang penampilan aku lagi kayak laki laki~~"

"Perempuan. Tetep aja, perempuan."

Riya yang duduk disebelah Milo langsung mengusap puncak kepala Milo dengan penuh kasih sayang. "Dengerin mama kamu, hari ini aja...Ya?"

Milo mengangkat salah satu kakinya keatas bangku dan mulai makan bersama. Ranz menatap Milo yang selama ini ternyata adalah seorang gadis tomboy yang berperilaku dan berpenampilan layaknya laki laki.

Benar benar tidak terduga dan sangat diluar dugaan dan nalar. "Ga sopan banget, turunin itu kaki." ucap Ranz sambil tetap makan.

Milo menoleh sebentar. Dia meneguk minumannya sampai habis. "Sorry? Lo bilang apa tadi??"

"Turunin itu kaki, rumah lo bukan warteg."

Milo berdehem. "Lo tau apa artinya warteg? Warteg itu warung tegal yang dalam arti lain itu adalah rumah makan. Dan ini rumah gw, plus kita lagi makan. Jadinya sama sama rumah makan, kan?"

Ranz menatap tajam kedua manik mata Milo, Riya dan Diko seolah pura pura tidak tau. Begitu pula dengan Mina dan Lino.

"Ga sopan!"

"Gw ga perlu lo ngatur hidup gw. Lo pikir lo sopan? Ditolongin ga pernah ngucapin makasih, buat salah ga pernah minta maaf. Lo pikir lo sesopan apa? Ga lebih sopan dari gw kan? Jadi mendingan diem. Duduk manis kayak anjing dikandang rumah gw, diem kayak anak tante gw yang bisu, dan gw sumpahin lo hidup sejaterah sampe lo kawin sama orang lain yang pasti itu bukan gw. Lo ngomongin gw tapi ga tau diri. Ngaca, bro! Ga punya kaca, mau pinjem kaca gak? Berani adu bacot sama cewek? Lo cewek apa cowok?!"

Ranz berdehem, baru saja ingin bicara namun dicelak oleh Milo a.k.a Viona.

"Ga usah bacot ya! Kalo lo masih mau adu bacot sama gw, lo beli rok terus lo pake dan lo balik kesini, baru lo bisa adu bacot sama gw. Kalau ga berani, makanya ga usah BACOT." Milo menekankan kata 'Bacot'.

Ranz menatap Milo, mood makannya sudah benar benar rusak.

"Ma, temen Milo ada yang ajak keclub. Kalian makan aja terus, tapi hati hati ya ma...Jaga diri, takutnya si 'onoh' bakalan nelen mama sama papa idup idup." Milo menyindir Ranz.

Riya dan Diko tertawa pelan.

Milo bangkit lalu memakai jaket hitamnya dan pergi keclub yang biasa dia kunjungi naik mobil Mercy putih seperti biasanya.

"Mama, Ranz pikir Ranz bakal dijodohin sama Luna." bisik Ranz pada Riya.

"Kenapa kamu mikir gitu?"

"Kan mama Luna sama mama sahabatan. Jadi aku pikir..."

"Kamu susul Viona aja gih...Emangnya kamu tega liat abu motor kamu?" Riya memotong ucapan Ranz.

Ranz geram, dia bangkit dan menyambar kunci mobil papanya lalu menyusul Milo a.k.a Viona yang super menyebalkan itu.

***

How? Pendek lagi? Sorry:)
Semoga masih setia nungguin kelanjutannya:)
Masih semangat gak? Aku aja masih semangat buat nulis kelanjutannya demi kalian:)
Bagi bintangnya dong:*

Stay tune buat next chapter, ya?
Baca karyaku yang lain juga:)
Salam, Slvnhng

[✔] FAKE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang