Untuk 17++
Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?
Di tengah asiknya kami menggerakkan kaki melewati jalanan aspal, tiba-tiba mata ini menangkap sesosok bayangan yang tak asing di indera penglihatanku. Seketika aku menghentikan gerakan lariku dan memperhatikan baik-baik dengan sosok tersebut.
''Mira ...'' gumanku pelan.
''Hah ... Mira? Lo lihat Miranda ada di sini?'' timpal Roni yang ternyata mendengarkan gumananku.
''Bukan,'' sergahku.
''Lalu?'' Roni mengernyit tajam.
''Bocah perempuan itu!'' tanganku menunjuk ke arah gadis kecil yang sedang menjajakan minuman ringan kepada pengunjung CarFreeDay.
''Pedagang asongan?'' Roni mengangkat bahunya.
''Iya,'' jawabku.
''Lo mengenalnya?''
''Tidak!''
''Lantas?''
''Gue tidak mengenalnya, tetapi gue tahu dia.''
''Sumpah, gue kagak ngerti maksud lo itu apa, Ben? Lo tidak kenal dia tapi lo tahu dia, aneh!''
''Kemarin malam tanpa sengaja gue membututi bocah perempuan itu!''
''What, jadi setelah lo putus dengan Miranda, lo berubah menjadi seorang pedofilia!''
''Plak!'' Aku menjitak kepala Roni dengan keras.
''Bukan itu dodol!'' kataku kesal, ''dengerin dulu gue ngomong!'' imbuhku.
''Anjriit ... sakit tahu!'' Roni mengurut-urut kepalanya sambil meringis kesakitan.
''Gadis itu bernama Mira, dia adalah salah satu anak perempuan yang hidup di jalanan. Dia tinggal bersama seorang laki-laki tua. Dan gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Bapak, mungkin dia ayah dari bocah itu!'' terangku berlanjut.
''Terus, apa hubungannya dengan lo, Ben?''
''Tidak ada, tetapi ada yang perlu lo ketahui juga Ron, bahwa mereka itu tidur di emperan toko.''
''Oh, ya?'' Roni melebarkan matanya.
''Iya, miris sekali, bukan?''
''Miris sih, tetapi apa yang bisa kita lakukan buat mereka?''
''Peduli!''
''Dengan cara?''
''Beli barang dagangannya ... itu contoh kecil dari rasa kepedulian kita, Ron!''
''Baiklah, gue akan membeli minumannya, kebetulan gue juga lagi haus.''
Roni langsung merogoh kantong celana, kemudian dengan lantang dia memanggil bocah perempuan itu untuk menghampirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
''Hai, air dong!'' seru Roni. Dan tak lama kemudian anak perempuan berambut gimbal itu datang menghampiri Roni dengan mimik wajah yang berseri-seri. Senyum polosnya nampak lepas dengan memperlihatkan giginya yang ompong sebagian.
''Aqua-nya, Om? Cuma empat ribu saja!'' ujar bocah perempuan ini sambil menyodorkan minuman kemasan botol itu ke tangan Roni.
''Iya, gue mau dua?'' kata Roni dengan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk formasi hufuf V.
''Baik, Om!'' timpal perempuan kecil itu girang seraya mengambilkan satu botol lagi dari dalam kardus bawaannya.
''Nih, buat lo!'' Roni melemparkan satu botol air mineral ke arahku, aku langsung menangkapnya dengan gesit.
''Thanks!'' kataku.
''Oke, semuanya jadi berapa, Manis?'' ujar Roni setelah mendapatkan botol minuman kedua dari si bocah perempuan itu.
''Delapan ribu, Om!'' jawab gadis kecil ini dengan suara yang imut-imut manja.
''Baiklah, ini uangnya dan ambil saja kembaliannya, buat kamu,'' kata Roni saat meyerahkan uang kertas pecahan sepuluh ribuan ke tangan mungil bocah perempuan itu.
''Wow ... terima kasih banyak Om.'' Gadis kecil itu tersenyum lebar mendapatkan rejeki tambahan dari Roni. Lalu, tanpa banyak bicara lagi dia langsung pergi dan mengasongkan kembali barang dagangannya.
''Kenapa lo senyum-senyum aja, Bro!'' ungkap Roni sesaat setelah kepergian bocah perempuan itu.
''Gak papa!'' sanggahku.
''Taek ... lo ngetawain gue, 'kan? Hayoo ngaku!''
''Hahaha ... gue gak nyangka aja Bro, ternyata lo bisa bersikap manis dengan anak kecil seperti Mira!''
''Hahaha ... jadi cuma gara-gara itu lo ngetawain gue?''
''Gue senang dengan sikap kepedulian lo, Bro!''
'''Kan lo yang ngajarin gue!''
''Syukurlah, kalau lo bisa nangkep ajaran gue!''
''Hahaha ... bisa aja lo!'' Roni mencubit perut gendutku cukup kencang. Aku jadi nyengir menahan sakit.
''Jujur, gue senang punya sahabat macam lo, Ben!'' kata Roni dengan memasang wajah lebih serius.
''Oh, ya? Seneng kenapa?'' tanyaku.
''Karena lo tuh, kayak YouC1000!''
''Hah?'' Aku mengekrutkan keningku.
''Iya, HealthyInside, FreshOutside.''
''Hahaha ... " Aku jadi terbahak-bahak, ''bagi gue, lo itu macam Nano-nano, Ron!'' imbuhku.