Malam ini, tepat pukul 19.20 WIB, pintu kamarku terketuk. Tanpa berpikir panjang aku pun membukakan pintunya. Ada seorang driver ojek online yang mengantarkan makanan buatku.
''Permisi, Mas,'' ujar sang driver itu.
''Iya ... '' sahutku.
''Apa betul ini kamarnya, Mas Beno Raharjo?'' lanjut sang driver.
''Iya, itu saya!'' jawabku.
''Ini Mas, ada seseorang yang pesan Go Food dan dialamatkan ke kamar Mas,'' jelas driver cowok berbrewok ini sambil menyerahkan sekotak pizza ukuran sedang ke tanganku.
''Hah?'' Aku jadi bengong dan masih enggan untuk menerimanya.
''Terima aja, makanannya sudah dibayar kok pakai Gopay ... hehehe ...''
''Oh, gitu ...''
''Iya, Mas ... jadi mohon diterima, ya!''
''Baiklah terima kasih, Bang!'' Akhirnya aku mau menerima bungkusan makanan ini.
''Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu, Mas. Terima kasih sudah menggunakan jasa layanan kami,'' ujar si driver berjaket hijau ini dengan melepas senyuman simpul, kemudian dia membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan.
''Tunggu!'' cegahku dan si driver ini langsung menoreh ke arahku.
''Ini buat Abang!'' Aku menyerahkan sejumlah uang tips ke tangan driver tersebut.
''Wah ... terima kasih banyak ya, Mas,'' balas sang driver dengan mimik wajah yang girang.
''Iya Bang, terima kasih kembali ... tapi saya boleh tahu gak ... mmm ... siapa nama customer yang pesan dan mengirimkan Go Food ini?'' ungkapku.
Driver ini nampak bingung dan ragu-ragu, kemudian dia memeriksa layar smartphone-nya dengan seksama, lalu ...''Mmm ... maaf Mas, customer-nya tidak mencantumkan namanya, akunnya cuma bertuliskan No Name,'' katanya.
''Hah ... kok bisa?'' Aku membelalakan mataku, ''kalau nomor teleponnya ada, 'kan?'' lanjutku.
''Ada, sih,'' jawab si driver.
''Berapa?'' tanyaku menyelidik.
''Sebentar ... '' Driver ini kembali memeriksa layar handphone, lalu dia menunjukkan sebuah deret nomor ponsel kepadaku. Aku pun memperhatikan dengan jeli nomor-nomor itu terutama 4 digit nomor terakhir dan mengingatnya dalam memori otakku.
''Oke Bang, thanks!'' ucapku dan si driver berperawakan tinggi besar ini pun melanjutkan langkahnya, kemudian berlalu dari hadapanku.
Setelah kepergian si driver ojek online itu, aku segera memeriksa nomor kontak yang ada di handphone-ku, aku memasukan digit nomor yang aku ingat-ingat tadi, akan tetapi hasilnya nomor tidak dikenali. Tak ada satu pun daftar temanku yang menggunakan nomor tersebut.
''Hmmm ... '' Aku jadi heran sekaligus penasaran, ''Siapa gerangan yang mengirimkan pizza ini, ya?'' pikirku. ''Huh!'' Aku menghela nafas dalam-dalam dan pikiranku langsung tertuju pada si Pria. Karena hanya dialah yang kemungkinan besar menjadi pelakunya.
Tanpa banyak berpikir lagi, aku segera bergerak menuju kamar Pria.
''Tok ... Tok ... Tok!''
Aku mengetuk pintu kamar Pria.
Tak ada jawaban.
''Tok ... Tok ... Tok!'' Aku mengetuk pintunya lagi.
Namun sayang, tak ada jawaban juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)
Short StoryUntuk 17++ Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?