Part 5 : Sahabat

20.1K 492 24
                                    


Setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup menguras energi, aku dan Roni menepi untuk beristirahat sejenak di pinggir jalan. Kami duduk pada sebuah bangku yang terpajang di area trotoar ibukota.

''Huh ... lumayan juga lelahnya!'' celotehku sembari membuang nafas dalam-dalam, lalu mengelap keringat yang menjagung di pelipisku dengan ujung lengan kaosku.

''Ah, payah, segitu aja lo udah kelelahan, Ben!'' cibir Roni seraya meninju bahu kiriku.

''Iya, gue udah lama tidak gerak-gerak lincah jadi persendianku terasa kaku bila beraktivitas terlalu ekstrem,'' tadahku.

''Hehehe ... makanya biasakan olahraga dong, Ben! Kalau perlu lo ikut club gym kayak gue. Tak hanya membuat sehat jiwa raga kita, nge-gym juga membuat bentuk tubuh kita jadi lebih menarik dan proposonal,'' tandas Roni panjang lebar.

''Alah ... percuma tubuh lo kekar, Ron! Dada bidang, perut kotak-kotak kalau sampai saat ini lo masih saja jomlo!''

''Anjayy ... sialan lo, Ben!''

''But, it's true ... ''

''Iya ... iya ... ah nyesel gue ngomong gini sama lo, Ben!''

''Hehehe ... sorry, Brother!''

''Lo emang doyan mengejek gue, Ben. Padahal lo sendiri sekarang lagi jomlo juga, iya 'kan? Hehehe ...''

Tiba-tiba aku jadi tersentak dan terdiam setelah mendengar ucapan Roni barusan.

''Dari mana lo tahu kalau gue sekarang jomlo, Ron?'' tanyaku.

''Hah ... jadi benar lo sudah putus sama Miranda, Ben?''

Mataku melirik ke arah Roni, lalu mengangguk perlahan.

''Hahaha ... '' Roni tertawa ngakak, ''karma tuh, karena lo seneng ngejekin gue jomlo!'' lanjutnya dengan nada mengejek.

''Anying ... puas, lo balas dendam ama gue!'' Aku memukul otot bisep Roni, dan cowok berkulit putih ini semakin ngakak terpingkal-pingkal.

''Kita, sesama jomlo tidak boleh mendahului!'' ujar Roni enteng.

''Truck kalee ... dilarang saling mendahului ... '' timpalku.

''Hahaha ... '' Dan kami pun ngakak berjamaah.

Aku dan Roni tertawa lepas, seakan tidak ada beban. Kami tidak peduli dengan orang-orang di sekitar kami yang sedang memperhatikan pola kami yang sedikit naif dan gokil.

''Ron ... '' ujarku setelah kami puas ber-haha-hihi di ruang publik.

''Apa?'' sahut Roni.

''Bagaimana lo bisa tahu kalau gue tidak berpacaran lagi dengan Miranda? Padahal gue udah rahasiakan ini dari lo,'' kataku.

''Gue tahu dari adik gue, Ratih. Lo tahu 'kan Ratih sahabat dekat Miranda,'' jawab Roni.

''Oh iya, kenapa gue baru ngeh sekarang ...''

Kami berdua jadi terdiam sejenak. Lalu ...

''Ron, apa lo senang mendengar gue sudah putus dengan Miranda?'' tanyaku.

''Senang dan sedih,'' jawab Roni.

''Lho, kok?''

''Senang karena sekarang gue tidak jomlo sendirian, sedih karena lo tak pernah cerita tentang masalah lo kepada gue.''

''Sorry, Ron ... bukan begitu maksud gue ...''

''Beno, gue sahabat lo ... dan gue akan selalu bersama lo, itu pun kalau lo percaya sama gue ...''

''Iya, gue percaya sama lo, Ron!''

''Jika lo percaya sama gue, coba ceritakan mengapa Miranda mutusin lo!''

''Ada laki-laki lain, dan dia lebih memilih laki-laki itu, Ron.''

Roni menatapku dengan pandangan sayu, cowok berwajah oriental ini menghempaskan nafasnya kelewat dalam, lalu dia mendekati aku dan menepuk-nepuk bahuku dengan penuh rasa kasih persahabatan.

Roni menatapku dengan pandangan sayu, cowok berwajah oriental ini menghempaskan nafasnya kelewat dalam, lalu dia mendekati aku dan menepuk-nepuk bahuku dengan penuh rasa kasih persahabatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Beno, yakinlah bahwa perempuan itu memang tidak baik buat lo ... masih ada jutaan manusia yang sudah menunggu diri lo, so ... come on, wake up, Man!'' Roni kembali menepuk-nepuk bahuku. Sikapnya ini benar-benar membuatku mendapatkan spirit yang tak pernah kurasakan sebelumnya.

''Thank you, Roni!'' kataku.

''Itulah gunanya teman, Ben!'' balas Roni.

''Lo emang sahabat terbaik gue, Ron!'' ucapku sambil menatap mata Roni lekat-lekat.

''Udah, ga usah lebay!''

''Siapa yang lebay?''

''Lo ...''

''Anying, lo tuh, yang lebay!''

''Lo ...''

''Lo ...''

''Hahaha ...'' Kami jadi ngakak bareng.

''Udah ah, kita lari lagi, yuk!'' ujarku.

''Yuk!'' timpal Roni.

Dan kami pun akhirnya melanjutkan kegiatan jogging kembali. Kami, dua pria jomlo yang berusaha untuk meyehatkan jiwa dan raganya dari belenggu ketidakberuntungan atas sebuah makna yang orang bilang itu 'cinta'.

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang