Part 48 : Buku

7.6K 292 27
                                    

Mentari mengintip di garis horizon bumi ibu kota. Sinarnya yang terpantul dari dinding-dinding gedung pencakar langit memberikan kehangatan yang damai. Sedamai hatiku yang mengosongkan diri dari segala bentuk penyakit hati. Tanpa kebencian dan juga dendam.

Kakiku melenggang dengan suasana jiwa baru untuk menapaki jalanan aspal yang mulus tanpa cela. Aku membawa tubuhku pergi ke bangunan di mana aku mengais rejeki. Tempat yang mampu mengalihkan segala problematika kehidupan pribadiku. Karena di sana aku mendedikasikan diri untuk melayani pelanggan perusahaan dengan segenap rasa tulus dan keikhlasan.

Kerja ... kerja ... kerja ... seperti yang digemborkan oleh Pak Presiden. Karena dengan bekerja kita akan mendapatan dua nilai. Nilai ekonomi yang berupa materi dan nilai ibadah bagi yang meyakininya.

Oke, hari ini tak banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, jadi aku mempunyai banyak waktu luang untuk memanjakan diri. Bersantai-santai sembari memainkan ponsel android-ku, lalu iseng membuka aplikasi Tik Tok. Sebuah aplikasi di smartphone yang menurut sebagian orang merupakan aplikasi goblok, karena dimanfaatkan oleh para alayers untuk berkreasi dengan tingkah konyol dan ke-alay-an mereka. Walaupun demikian aku meng-install aplikasi ini, karena menurutku di aplikasi ini banyak konten yang menghibur dengan kelucuan-kelucuan video penggunanya yang mampu membuat kita ber-ha-ha hi-hi. Minimal bisa membuatku tersenyum.

Saat sedang asik berselancar di dunia Tik Tok, tetiba Pak Security berkumis tebal seperti Pak Raden itu, menghampiri aku. Dia mengatakan kalau ada seorang driver ojek online sedang mencariku. Kemudian tanpa banyak tanya, aku pun segera menemui Si Driver tersebut yang menungguku di halaman kantor.

''Permisi, apa Bapak yang mencariku?'' sapaku ketika melihat seorang laki-laki berjaket hijau, seragam khas ojek daring yang dikembangkan oleh anak bangsa itu.

''Iya, saya mencari Pak Beno Raharjo,'' jawab Si Tukang Ojek ini.

''He-em, itu nama saya, Pak!'' timpalku.

''Baik, ini ada kiriman barang buat Pak Beno!'' kata driver ojek ini sembari menyerahkan sebuah bingkisan kecil yang terbungkus rapi ke tanganku.

''Dari siapa, Pak?'' tanyaku penasaran.

''Maaf, saya tidak bisa memberitahukan, karena ini permintaan dari customer-nya,'' jawab si driver.

''Oke, terima kasih, Pak!'' Akhirnya aku menerima bingkisan itu meskipun hati kecilku masih bertanya-tanya.

''Terima kasih kembali!'' balas laki-laki berusia parobaya itu setengah membungkuk, kemudian dia pamit dan pergi bersama sepeda motornya.

Kepergian Bapak Ojek online itu menyisakan rasa penasaran yang sangat tinggi dalam benakku. Pertanyaan siapa pengirim bingkisan ini sangat mengganjal di pikiran batinku.

Huh ... daripada didera rasa kekepoan, aku pun tanpa segan membuka bingkisan kecil ini. Oh ... ternyata hanya sebuah buku catatan. Lucu sih, sampulnya yang bergambar dua orang bocah laki-laki yang sedang menikmati ice cream. Aku mengangkat satu alisku melihat buku catatan ini, lalu tanpa banyak berpikir aku langsung membawanya ke meja kerjaku. Aku duduk manis di kursi busa, tempat biasa aku meletakan pantatku saat melayani customer. Dan di sinilah aku memulai membuka lembar pertama dari buku catatan yang pengirimnya masih misterius itu.

Di lembar pertama aku hanya menemukan gambar emoticon smile simpul tanpa tambahan tulisan apa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di lembar pertama aku hanya menemukan gambar emoticon smile simpul tanpa tambahan tulisan apa pun. Aku mengkerutkan keningku saat membuka lembaran kedua yang tanpa isi alias kertas kosong yang masih bersih. Baru di lembaran ketiga aku menemukan goresan tinta yang berbunyi, ''HAI GANTENG, APA KABAR?'' plus emoticon smile yang lebar menampakan gigi. Aku tersenyum, walaupun hati kecilku masih dilanda rasa penasaran.

Aku kembali membuka lembaran berikutnya dan di situ tertulis, ''APAKAH ANDA PENASARAN DENGAN SAYA? JIKA YA, LANGSUNG SAJA BUKA HALAMAN TERAKHIR!" dengan tambahan tanda panah yang mengarah ke tulisan, ''HA ... HA ... HA ...'' di bagian pojok kiri bawah.

''Hmmm ... benar-benar nyebelin!'' gerutuku dalam hati. Tapi aku juga menyunggingkan senyuman, karena aku berpikir bahwa pengirim benda ini pasti adalah orang yang memiliki selera humor yang kelewat tinggi.

Oke, seperti orang yang bodoh, aku pun menuruti petunjuknya dan membuka halaman terakhir dari buku catatan ini. Memang benar, di lembar paling buncit tersebut terdapat tulisan panjang yang bila diperhatikan menyerupai artikel atau seperti sebuah cerpen.

''Hmmm ... ini curhat ceritanya?'' pikirku menerka.

Kemudian perlahan aku membaca tulisan itu.

''BADAK ...'' kata pertama dari tulisan ini yang membuatku jadi tersentak kaget. Karena pikiranku langsung tertuju dan paham siapa yang mengirimkan buku catatan ini, siapa lagi kalau bukan Roni, hanya makhluk alien itu saja yang berani memanggilku dengan sebutan Badak!

''Dasar!'' Aku menggeleng-gelengkan kepala sembari tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Lalu tanpa ragu aku segera membaca semua tulisan lengkapnya.

Badak,

Gue tahu mungkin lo masih sangat membenci gue sejak peristiwa malam itu. Lo pasti merasa jijik dengan sikap gue terhadap lo. Tapi ada satu hal yang ingin gue sampaikan kepada lo, Badak.

Sebenarnya, malam itu, gue tidak melakukan apa-apa terhadap tubuh lo. Gue memang menelanjangi lo, karena gue cuma ingin megelap tubuh lo agar lo lebih nyaman saat beristirahat. Gue tidak mencabuli lo, Badak ... gue tidak menyepongi kontol lo, apalagi menyodomi lubang pantat lo. Gue masih normal, sungguh!

Mengapa gue mengaku kalau gue telah mencabuli lo, itu cuma akal-akalan gue untuk menge-test kejujuran lo saja, Badak. Apakah lo mengaku bahwa lo sudah menyimpang atau masih lurus. Dan gue juga tidak rela lo jatuh dan terjerumus ke lembah yang salah bersama Pria. Karena gue tahu, kalau Pria adalah laki-laki homo yang suka berganti-ganti pasangan. Sorry, gue tidak memberitahukan kepada lo, karena gue menjaga perasaan lo. Gue tidak mau lo menjauhi gue hanya gara-gara gue tahu siapa lo yang sebenarnya. Lo akan selalu tetap jadi sahabat gue walaupun lo memiliki orientasi seksual yang belok.

Badak, gue sayang sama lo. Dan gue tidak mau kehilangan sahabat seperti lo. Gue tidak mau perselisihan di antara kita berlarut-larut. Mari kita jalin persahabatan ini lagi. Dan please, maafkan gue sebelum gue berubah pikiran.

Gue kangen sama lo, Badak!

Yuk ah, kita damai, dan jika tidak keberatan datanglah ke tempat gue, kita ketemuan di sana!

Oke! Emoji smile simpul.

''Hmmm ... Bandot, gue juga kangen sama lo,'' ucapku setelah membaca goresan tangan Roni yang cukup menyentuh ini. Aku menutup buku catatan ini dan memasukannya ke kantong tas.

Pikiranku jadi menerawang jauh. Aku jadi merasa sangat bersalah kepada Roni karena telah memiliki pemikiran negatif dan menuduhnya telah berbuat yang enggak-enggak terhadapku. Aku benar-benar gelisah dan ingin segera menemuinya.

__Bandot ... maafkan gue!

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang