Ampun DiJe!
Suara musik itu menggebrak bertalu-talu. Memompa jantung berguncang lebih kencang dan menggeliatkan tubuh yang haus memburu nafsu. Nafsu hingar bingar kehidupan malam yang menggelora dalam selubung tabuhan perkusi bersama kemahiran jari para Disc Jockey.
Aku, Roni dan sejumlah manusia bodoh yang diperbudak oleh alunan kidung iblis yang menghipnotis. Hingga kami lalai akan tipu dayanya dan terbuai dalam perangkap yang menyesatkan.
Kami bergoyang tanpa mengenal waktu, putar kanan, putar kiri, maju-mundur, bersorak dan berjingkrak-jingkrak. Geleng-geleng kepala seperti ayam tenggleng. Menenggak minuman keras, pil-pil setan serta serbuk kemaksiatan dengan dalih kebebasan. Oh Tuhan, apakah ini yang disebut kenikmatan fatamorgana yang sesungguhnya gerbang menuju neraka. Ackh ... Tidak!
''Badak!'' seru Roni di tengah keramaian orang-orang berdugem ria.
''Ya!'' Aku mendekatkan kupingku ke mulut Roni yang sudah bau alkohol.
''Gue mau ke toilet dulu, gue kebelet kencing!'' ucap Roni setengah berteriak di antara suara musik rancak yang super keras.
''Oke!'' Aku mengacungkan kedua ibu jari sambil bergoyang-goyang serta geleng-geleng kepala mengikuti hentakan musik.
Beberapa menit kemudian ...
Roni datang kembali dan menarik tubuhku dari lantai dansa. Lalu dia membawaku ke tempat yang agak teredam dari suara musik.
''Ada apa Ron, kok lo habis dari toilet tiba-tiba narik gue bawa kemari?'' tanyaku heran.
''Gue bawa kabar yang mengejutkan buat lo!'' kata Roni penuh dengan mimik wajah yang serius.
'''Kabar apaan, sih?'' Aku jadi penasaran.
''Tebak, gue habis ketemu dengan siapa di toilet?'' ucap Roni.
''Meneketehe!'' Aku mengangkat bahu.
''Gue berpapasan dengan suami mantannya, lo.'' Tangan Roni menunjuk-nunjuk dadaku.
''Maksud lo suaminya Miranda?'' Aku memutar bola mataku.
''Yes!'' Roni mengangguk mantap.
''Hendra?'' Aku melebarkan pupil mataku.
''Betul!''
''Masa' seeh?! Dini hari begini?''
Roni mengangguk sambil mengangkat satu alisnya.
''Oh ya, ngapain dia?'' tanyaku sok polos.
''Cari hiburanlah!'' jawab Roni.
''Terus dengan siapa?''
Roni diam sejenak sebelum menjawab, lalu ....
''Mmm .... Gue tidak tahu, gue lihat sih, dia sendirian ...''
''Terus di mana dia sekarang?'' Aku celingukan ke segala ruangan berharap bisa melihat penampakan sosok Hendra yang dikatakan Roni.
''Gue juga tidak tahu, soalnya tadi dia nampak buru-buru!''
''Hmmm ...'' Aku bersingut.
Aku dan Roni jadi terdiam sejenak. Saat itu aku melirik ke arloji yang tersemat di pergelangan tanganku. Jarum jamnya sudah menempel di angka 2. Udah pagi!
''Udah jam berapa, Dak?'' ujar Roni.
''Jam dua!'' balasku.
''Wah, gak berasa, ya! Gimana lo mau lanjut atau mau balik aja?'' Roni merangkul pundakku.
''Balik aja ya, Ndot ... '' Aku melepas rangkulan tangan Roni.
''Kok balik sih, udah nanggung kalee, mending lanjut aja ampe pagi!'' Roni merangkul dan membujukku lagi.
''Gak mau, gue gak biasa begadang ...'' tukasku.
''Gak papa, sekali-kali!'' timpal Roni.
''Gak boleh ...''
''Siapa yang bilang?''
''Pak Haji Rhoma Irama!''
''Kapan bilangnya?''
''Udah lama, sih ...''
''Emang dia bilang apa?''
''Begadang jangan begadang ...'' ujarku sambil menyanyikan nadanya.
''Tapi dia juga bilang, Begadang boleh saja ... asal ada temannya!'' lanjut Roni turut bernyanyi juga.
''Hahaha .... bisa aja lo, Ndot'' Aku tertawa, Roni tertawa.
Roni menarikku kembali ke lantai dugem. Berjoget lagi, minum minuman beralkohol lagi, hingga kami mabuk. __Eh ... nggak ding, cuma aku doang kayaknya yang mabuk. Roni, tidak!
Aku merasa kepala berat dan pusing. Dunia seolah berputar-putar seperti komedi putar. Pandanganku jadi lamur dan seakan semua yang ada di hadapanku berguncang-guncang seperti ada gempa. Sungguh, aku tidak dapat menopang berat tubuhku sendiri, lalu roboh di badan Roni.
''Badak, lo udah mabuk, ya!'' ujar Roni lamat-lamat di kupingku. Namun aku tak bisa menjawab. Aku hanya menyandarkan kepalaku di dada Roni.
''Ah, payah lo segitu aja udah keok!'' gerutu Roni sambil mengguncang-guncang pipiku.
Kemudian Roni membawaku pergi menjauhi tempat laknat ini. Selanjutnya aku tidak mengingat apa-apa lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)
Cerita PendekUntuk 17++ Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?