Part 8 : Perkenalan

19.5K 471 39
                                    

Waktu terus bergulir, detik berganti menit, menit berubah jadi jam dan matahari pun kian meninggi. Tanpa terasa aku berada di tengah hari bolong. Sekitar pukul 1 siang, perutku memberikan kode seolah sedang mengadakan acara dangdutan. Orang Jawa bilang kemruyuk minta diisi makanan. Aku memang sudah lapar. Dan aku harus segera makan siang, eh bukan ... tapi makan nasi ding, maksudnya makan nasi pada siang hari, gituh! Apa seeh ... gajebo banget, ya!

Well, tanpa banyak berpikir, akhirnya aku keluar dari kamarku untuk mencari sebungkus nasi. Pada saat aku hendak mengunci pintu kamar ini saat itu juga aku melihat laki-laki tetangga baruku sedang melakukan hal yang sama. Dia tengah mengunci pintu kamarnya. Sejenak kami jadi saling berpandangan. Kemudian aku dan dia saling memberikan senyuman yang kaku.

''Hai!'' sapaku mendahului.

''Hai!'' balas dia.

"Lo ... eh ente ... emmm ... kamu penghuni baru, ya?'' lanjutku agak canggung.

''Iya, aku penghuni baru di kamar ini!'' jawab dia seraya berjalan mendekati aku, ''perkenalkan namaku Priadi Jatmiko, dan biasa dipanggil Pria,'' imbuhnya sembari menyodorkan tangannya ke arahku.

''Iya, aku penghuni baru di kamar ini!'' jawab dia seraya berjalan mendekati aku, ''perkenalkan namaku Priadi Jatmiko, dan biasa dipanggil Pria,'' imbuhnya sembari menyodorkan tangannya ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria

''Oke ...'' timpalku sambil menjabat tangannya dengan cukup erat.

''Namamu?'' tanya dia.

''Gue ... eh aku ... aku, Beno Raharjo, dan kau bisa panggil aku dengan ... Beno!'' jawabku masih terasa canggung.

''Mmm ... Beno,'' Pria menganggukkan kepala, ''nama yang keren!'' imbuhnya.

''Namamu juga unik, Pria seperti nama wanita dalam film India!'' timpalku.

''Hehehe ...'' Pria nampak tersungging.

''Well, senang berkenalan dengan anda!'' kataku.

''Tdak usah sungkan, aku juga senang berkenalan dengan kamu, Beno!'' timpal Pria.

Entah, aku merasa baru kali ini sikapku jadi aneh berhadapan dengan laki-laki lain. Apa karena dia terlihat lebih tampan, sehingga aku jadi kikuk begini. Padahal aku tidak ada rasa sama sekali dengan dia.

''Oh, ya ... ngomong-ngomong kamu hendak pergi kemana, Pria?'' ujarku.

''Aku mau cari makanan buat makan siangku, apa kau bisa bantu ... soalnya aku belum begitu tahu dengan kawasan sini!'' jawab Pria.

''Iya tentu saja, kebetulan aku juga mau ke warung. Kalau kamu mau ... kita bisa ke sana bareng!''

''Wah ... terima kasih, Beno!''

''Iya, udah ... ayo, aku tunjukin tempat warung yang enak!''

''Okay!''

Aku dan Pria berjalan beriringan menuju ke sebuah warung makan. Sampai di sana kami langsung dilayani oleh mbak-mbak yang cekatan dalam memberikan pelayanan yang maksimal. Hari ini aku dan Pria kompak memilih nasi rames lauk ayam goreng serundeng.

''Mbak, jadi berapa semuanya?'' ujar Pria setelah kami mendapatkan bungkusan.

''Semua jadi dua puluh enam ribu, Mas!'' jawab mbak-mbak pelayan itu.

''Pria, biar aku bayar sendiri!'' celutukku langsung.

''Tidak apa-apa, Ben. Anggap saja aku mentraktirmu sebagai wujud terima kasihku kepadamu, karena sudah menunjukkan tempat warung ini.'' sergah Pria.

''Hah?'' Aku jadi mengkerutkan jidat.

''Udah santai aja!'' kata Pria sambil merogoh kantong celana dan menarik dompetnya. Lalu dia mengeluarkan sejumlah uang dan membayarkannya kepada pelayan wanita itu.

''Terima kasih, Pria!'' ujarku saat aku dan Pria keluar dari warung makan tersebut.

''Terima kasih buat apa, ya?'' timpal Pria.

''Atas traktirannya ...''

''Oh ... terima kasih kembali,''

''Ternyata, kamu orangnya asik juga ...''

''Hehehe ...'' Pria tersenyum tipis.

''Tetapi, aku tidak mau berhutang budi terhadapmu ...'' Aku menarik tangan Pria dan menaruh sejumlah uang di telapak tangannya.

''Hei!'' Pria menatapku dengan pandangan yang sedikit aneh.

''Gue masih mampu membeli makanan ini, Pria. Jadi lo tidak perlu buang-buang duit untuk mentraktir gue!'' ujarku ketus.

''Beno, bukan begitu maksudku!''

''Iya gue tahu, tapi terus terang gue tidak suka! Lo camkan itu!'' tukasku sembari ngacir meninggalkan Pria.

''Ben ... Beno!'' seru Pria menahan langkahku, tapi aku tidak menggubrisnya.

Pria berlari mengejarku hingga tiba di depan kamar kost-ku.

''Ben ... sumpah aku tidak ada maksud apa pun, aku cuma ingin kita bisa berteman,'' kata Pria dengan ekspresi wajah yang memelas.

''Lo pikir, gue akan mudah berteman dengan lo?''

Pria jadi terbengong mendengar ucapanku. Matanya nampak nanar memandang sekujur tubuhku. Lalu tanpa satu kata pun dia langsung membalikkan badannya dan bergerak menuju kamarnya.

Hadewh ... apa sih yang barusan aku lakukan? Mengapa aku tiba-tiba bersikap seperti ini? Ada apa denganku? Apakah aku melukai perasaan Pria? Ah ... kuharap dia tidak akan baper!

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang