Part 14 : Boncengan

12.2K 369 14
                                    

Aku mengusap-usap punggung Pria dengan lembut sebagai bentuk keprihatinanku. Aku berusaha memahami bagaimana perasaan dia yang akan ditinggal menikah oleh orang yang sangat dia sayangi. Bukankah nasib dia serupa dengan diriku. Bedanya, aku ditinggalkan kekasihku sementara Pria ditinggalkan kakaknya.

''Beno ... aku nampak payah, ya? Kamu pasti berpikir bahwa aku cowok yang cengeng.'' Pria berusaha bersikap lebih tenang dan buru-buru menghapus air matanya, ''terkadang aku membenci diriku sendiri, mengapa aku bersikap childish dan semelankolis ini,'' lanjutnya.

''Mungkin sebagian orang akan berkata kalau aku terlalu naif, merasa sedih hanya karena kakak laki-lakinya akan menikah ...''

''Iya Pria, gue bisa ngerti kok, bagaimana perasaan lo, karena gue juga mengalami hal yang sama dengan lo, kita sama-sama akan ditinggal menikah oleh orang-orang yang kita sayangi. Bedanya, orang yang lo sayang adalah kakak lo sedangkan orang yang gue sayang adalah kekasih gue.''

''Oh ya? Benarkah itu?''

''Iya, Pria ... gue tahu bagaimana rasanya melepas orang yang kita sayangi akan menempuh hidup yang baru. Tapi lo masih beruntung, kapan saja lo masih bisa bertemu dengan kakak lo sementara gue ... gue akan terasa sulit dan bahkan tidak akan pernah bisa lagi untuk menemuinya.''

Pria jadi tertegun. Dia nampak terbengong setelah mendengar ucapanku.

''Pria ... kakak lo hanya menikah, gue rasa kasih sayangnya terhadap lo tidak akan pernah berubah.'' Aku menepuk-nepuk bahu Pria.

''Iya, aku harap begitu.'' Pria mengangguk pelan. Dia melirikku lalu tersenyum.

Senyumannya terlihat begitu manis seperti ada ada olesan madu di bibir ranumnya. Wajah teduhnya benar-benar menghipnotisku untuk selalu memandanginya. Namun aku buru-buru memalingkan mukaku, karena aku tidak mau hanyut ke dalam rasa yang ganjil ini.

''Beno ...'' Tangan Pria menyentuh pundakku. Aku perlahan menoreh.

''Terima kasih ya, kamu sudah menemani aku malam ini. Kamu juga telah menyadarkan aku dari pikiran konyol yang selalu membuatku jadi terlihat rapuh ...''

''Sama-sama Pria, kita adalah laki-laki dan semestinya kita juga selalu bersikap seperti laki-laki.''

''Kau seperti kakakku, Ben. Ucapan dan perilakumu sungguh menenangkanku.''

''Hehehe ... kalau lo sudah merasa tenang, sebaiknya kita pulang, Pria!''

''Baiklah, mari kita pulang!'' Pria bangkit dari tempat duduknya dan mulai melangkah menuju lokasi di mana motornya terparkir. Namun baru beberapa langkah kakinya bergerak, tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arahku dengan mimik wajah yang nampak manja dan cute.

''Beno ... bagaimana kalau kamu yang mengendarai motornya,'' ujar Pria sambil menyerahkan kunci motornya ke tanganku.

''Mmm ...'' Aku mengangkat satu alisku.

''Tidak boleh menolak, lagipula aku belum begitu hapal daerah sini, jadi ... aku ingin kamu jadi mentorku, hehehe ...''

''It's okay, no problem!'' timpalku sembari bergerak cepat mendekati motor Pria dan langsung menungganginya. Aku memasukan kunci motornya dan mulai menyalakan mesinnya.

''Thank you, Beno!'' kata Pria girang seraya bergerak lincah menduduki jok belakang motornya.

''Tarik, Mang!'' seru Pria sambil melingkarkan tangannya di pinggangku, awalnya aku kaget, namun aku tidak berpikir macam-macam. Aku membiarkan Pria bersikap sesuka hatinya. Dengan tawa yang kecil aku pun men-starter motor matic ini dan mulai menjalankannya.

Wuzzzz .... kendaraan roda dua ini pun meluncur dengan cukup kencang. Untuk beberapa saat kami terdiam. Kami larut dalam alam benak kami masing-masing. Pria mendadak bungkam, sementara aku juga sibuk memfokuskan diri untuk mengendalikan kendaraan motor beroda dua ini.

Aku memepercepat laju gerak sepeda motor ini dan saat itulah aku merasa tangan Pria lebih erat mencengkram pinggangku. Tubuhnya semakin rapat ke tubuhku dan kepalanya bersandar nyaman di punggungku.

Sikap Pria benar-benar mengingatkan aku pada Miranda. Karena wanita itu juga selalu bersikap demikian setiap kali dia membonceng di jok belakang motorku.

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang