Kadang kita tidak mencari masalah, tapi masalah malah datang menghampiri kita. Meskipun kita berusaha bersikap dan bertindak dengan benar, namun kesalahan selalu membayanginya. Hal kecil bisa menjadi besar, dan sesuatu yang kita anggap sepele malah justru berakibat fatal.
Seperti halnya dengan diriku yang tidak pernah menyangka bahkan membayangkannya sekalipun, bahwa apa yang aku alami belakangan ini merupakan imbas dari perbuatanku sendiri. Seperti pepatah yang mengatakan tak ada asap kalau tidak ada api, atau jika kau menabur angin maka kau akan menuai badai. Hukum sebab akibat itu mutlak dan karma itu pasti ada.
Apa pun yang terjadi, entah itu baik maupun buruk ambil saja hikmahnya. Jadikan pengalaman sebagai mentor dalam melatih diri untuk menyulam benang kehidupan yang lebih indah.
__Ah ... Beno, kowe lagi ngomong opo sih, inyong ora mudeng!
__Ora mudeng yo wis sekarepmu!
Well,
Ini hari pertama setelah aku putus hubungan dengan Pria. Baik hubungan persahabatan maupun percintaan. Bagiku, laki-laki yang sempat mewarnai lembaran kertas harianku itu hanya sebuah kerikil kecil dalam lintasan perjalanan hidup yang sangat mudah untuk kuhempaskan.
Pria mengakui kesalahannya, bahwa dia memang bersekongkol dengan Hendra untuk menjeratku masuk ke lubang jebakan yang telah mereka skenariokan. Dia sengaja membuat cerita palsu tentang kehidupannya hanya untuk menarik simpatiku, agar aku terpedaya dan mudah untuk dibodohi serta dibohongi.
Kecewa, sungguh aku kecewa pada Pria. Orang yang aku percaya sebagai tambatan hati, tapi ternyata pengkhianat yang tidak memiliki hati. Setetes Madu Pria memang manis, tapi sayangnya racun yang dia ikut sertakan terlalu perih untuk dinikmati. Dia memberikan harum kelopak mawar, namun dia tusukan pula duri-durinya.
Sehari setelah aku dan Pria cerai dari ikatan batiniah, laki-laki yang terlalu rupawan untuk menjadi antagonis ini memutuskan untuk pindah dari tempat kost-an. Aku tidak tahu dia mau pindah ke mana, dan aku juga tidak ingin kepo dengan perpindahannya. Dan sejak saat itu aku tidak pernah lagi mengetahui keberadaannya. Biarlah dia ditelan bumi atau ketiban langit sekalipun aku sudah tidak peduli. Pria kuanggap sudah mati, bersama terkuburnya perasaan sayangku pada laki-laki itu. Ah ... sudahlah aku tidak perlu memikirkan dia lagi, lebih baik aku memikirkan bagaimana cara untuk memperbaiki hubunganku dengan Roni, sahabat sejatiku. Tapi kesalahan Roni juga terlalu menyebalkan masih pantaskah aku memaafkannya? Aku jadi penasaran, sebenarnya pada malam itu saat di hotel dia melakukan apa saja terhadap tubuhku? Apakah dia menyepong kontolku atau membobol boolku? Apa benar dia seorang Maho? Kira-kira dia Botol atau Toples, ya? Ah ... membingungkan sekali. Aku cuma bisa menerka-nerka saja.
Lalu, mengapa dia bilang, "Beno ... gue bukan Homo, tapi gue sayang sama lo.'' Apa maksudnya, coba? Kalau bukan homo terus ngapain dia mencabuliku? Duh ... Bandot, sebenarnya kamu gay atau bukan, sih? Kalau kamu gay, tidak apa-apa kok, aku bisa terima asal kamu jujur.
Bandot ... sebenarnya aku kangen sama kamu, pengen ketemu sama kamu tapi aku gengsi. Aku tidak mau merendahkan diriku sendiri. Aku masih punya harga diri. Biarlah untuk sementara kita tidak bertemu dulu. Kita saling mengintropeksi diri hingga sampai tiba saatnya nanti, kita bertemu dalam kesempatan yang tepat untuk menyambung kembali tali persabatan kita yang sudah mengendor seperti tali kolor yang sudah terlalu lama dipakai. Apakah tali kolor itu perlu diperbaiki atau diganti saja? Biarlah waktu yang akan menjawab. Karena kalau aku yang menjawab aku akan membuang kolor yang sudah kendor ... Hehehe ... beli kolor yang baru. Tenang saja, persahabatan kita bukan sebuah kolor kok, karena persahabatan terbentuk dari benang kepercayaan serta kesetiaan dan itu akan menciptakan kelanggengan.
Hmmm ... aku terlalu banyak ngebacot ya, udah ah ... aku mau mandi, jangan mengintip ya! Kalau mau mandi bareng, boleh! Catatan hati seorang Beno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)
Cerita PendekUntuk 17++ Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?