Part 9 : Mabuk

19K 439 12
                                    

Awal perkenalanku dengan Pria memang menyisakan akhir yang kurang baik. Hal ini berdampak pada keseharian kami. Meskipun kami tinggal berada di bangunan yang sama dan bersebelahan kamar pula, tetapi kami tidak pernah saling sapa. Aku dan dia mempunyai ego yang serupa, sehingga tak ada satu pun di antara kami yang mau mengalah dan mulai membina hubungan kekerabatan yang lebih harmonis. Hingga pada malam hari itu, ketika aku tidak bisa memejamkan mata, tiba-tiba aku mendengar suara gaduh yang bersumber dari kamar Pria. Karena penasaran aku pun bergegas keluar dari kamarku dan memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.

Dan alangkah terkejutnya aku, ketika aku mendapati tubuh Pria tergeletak tak berdaya di depan pintu kamarnya. Merasa iba, aku yang semula tak peduli akhirnya bergerak mendekati dia.

''Pria ... Lo kenapa?'' Aku mencoba menggoyang-goyangkan tubuh laki-laki berwajah putih merona ini. Akan tetapi dia sedikit pun tak bergerak.

Pria hanya menggeliat memperlihatkan mata yang sembab, mulutnya menganga lebar dengan aroma alkohol yang menyengat. Dia berkomat-kamit dengan bahasa yang tak jelas.

''Pria ... lo mabuk, ya?'' kataku.

''Aa ... a-ku ... hehehe ... ti-tidak ... ma ... bok, hehehe ...'' ujar dia dengan cengengesan.

''Mulut lo bau alkohol, Pria! Gue yakin lo terlalu banyak minum ...'' tukasku sembari memapah tubuh laki-laki ini dan membantunya untuk bangkit, namun saat aku mencoba mendirikan dia, tiba-tiba saja dari mulut mungilnya itu menyemburkan cairan muntahan yang menguras sebagian isi perutnya.

''Ouggkkkk ... Oughhkkk!''

Muntahannya itu sebagian mengotori pakaian dan celanaku. Sebenarnya aku refleks ingin marah dan kesal, tetapi melihat kondisi Pria yang memang lagi kurang sadar membuatku jadi merasa kasihan.
Dengan gesit aku membukakan pintu kamar Pria dan membawanya masuk. Lalu aku membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Aku segera melepas pakaianku yang terkena muntahan Pria, lalu menjatuhkannya di lantai. Setelah itu aku melangkah hendak pergi. Tapi suara rengekan Pria membuat aku mengurungkan niatku.

''Jangan pergi ...'' gumannya pelan, ''jangan tinggalkan aku sendiri,'' lanjutnya.

Aku menoreh ke tubuh Pria, aku memperhatikan wajah piasnya dengan seksama. Di sana aku seperti menemukan sebuah makna kekecewaan dan kesedihan yang sangat dalam. Perlahan aku mendekati dia, saat itu kedua matanya yang nanar menatapku dengan pandangan kosong yang tak berarti. Aku jadi tersentuh, ketika satu per satu butiran air matanya meleleh membasahi kedua pipi gempalnya.

 Aku jadi tersentuh, ketika satu per satu butiran air matanya meleleh membasahi kedua pipi gempalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Baiklah, gue tidak akan meninggalkan lo ...'' kataku lirih untuk menenangkan Pria. Lalu laki-laki bertubuh kekar ini tersenyum simpul dan memejamkan matanya perlahan-lahan.

Tak lama kemudian, untuk membuat Pria lebih nyaman, akhirnya aku melepaskan semua pakaian Pria dan menyisakan celana dalamnya saja. Sejurus berikutnya, aku mengelap seluruh tubuh Pria dengan handuk basah. Setelah semua beres, aku menyelimuti tubuhnya dengan kain sarung hingga dia terlelap tidur.

Aku menghela nafas lega, aku merasa tugasku sudah selesai dan aku akan kembali ke kamarku sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghela nafas lega, aku merasa tugasku sudah selesai dan aku akan kembali ke kamarku sendiri. Sebelum aku pergi, aku memperhatikan baik-baik raut wajah Pria. Wajahnya lonjong seperti telur, alisnya tebal seperti koloni semut hitam, hidunganya bangir, kumisnya tipis dan dagunya lebar terbelah. Tak ada yang aku pikirkan, aku hanya tak percaya orang setampan dan segagah dia ternyata juga menyimpan kepedihan yang cukup menguras jiwa. Aku belum tahu permasalahan apa yang sedang dia hadapi sampai dia nekat minum minuman keras, hingga menyebabkan dia mabuk seperti itu.
Aku memalingkan mukaku perlahan, lalu dengan pelan aku mulai melangkahkan kedua kakiku untuk meninggalkan tubuh Pria yang sedang damai dalam alam tidurnya.

Aku menutup rapat-rapat pintu kamar Pria, kemudian aku berjalan menuju ke kamarku untuk membersihkan tubuhku yang terkena cipratan muntahan Pria.
Setelah aku merasa bersih, aku membaringkan tubuhku di atas kasur dan memeluk guling dengan sangat erat. Tanpa perlu banyak waktu dalam sekejap aku pun akhirnya terlelap. Selamat Malam, happy nice dream.

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang