Untuk 17++
Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?
Gathering Curug Nangka, Bogor usai sudah. Kami kembali dengan membawa sebuah ukiran kisah yang akan terpatri di benak kami masing-masing sebagai kenangan yang cukup berkesan. Sebelum berpisah, kami menyempatkan diri untuk mampir di warung bakso. Menikmati olahan daging bulat yang lezat, pedasnya sambal yang menggugah selera, dan gurihnya kuah beraroma rempah-rempah khas yang menambah citarasa. Hmmm ... yummy pokoknya. Se-yummy kenyotan bibir Pria menghisap putingku, ups! Keceplosan. Tapi memang harus aku akui bahwa permainan lidah Pria saat mengeksekusi putingku benar-benar membuat sekujur tubuhku merinding bulu roma, dia terlalu lihai untuk diriku yang masih awam dalam urusan jilat-menjilat pada seni bercinta hubungan sejenis. Waduh ... kenapa aku malah terbayang-bayang kenyotan bibir Pria, ya? Jangan-jangan aku sudah terseret ke dalam jebakan kenikmatan hingga aku terperangkap pada level ketagihan. Apakah ini gawat? Aku harap tidak!
Well, setelah makan bakso rombongan kami melanjutkan perjalanan kembali menuju stasiun Bogor untuk mengantarkan aku dan Pria. Dan sekitar 30 menit kemudian kami pun tiba di Stasiun Bogor. Aku dan Pria turun dari mobil vans, lalu say goodbye pada Janu, Febri, Mario, Apri serta Meme. Tiga bulan ke depan kami akan jumpa kembali, insha allah di tempat dan kesempatan yang berbeda. Aamiin.
Kini, aku hanya bersama Pria di tengah hiruk pikuk aktivitas orang-orang di pinggiran Stasiun Bogor. Hari masih terlalu sore, bila kami langsung balik ke Jakarta. Jadi, aku dan Pria memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di Taman Topi. Di tempat ini kami berdua memesan segelas es teh manis untuk menemani sepiring asinan Bogor yang menyegarkan. Sesegar wajah Pria yang nampak berkilau terkena cahaya matahari senja.
''Wajahmu terlalu manis untuk ukuran wajah laki-laki, Pria!'' ujarku sambil menyeruput pelan es tehnya.
''Hehehe ... kalau begitu jangan memandangiku terus, Ben!'' timpal Pria sambil tersenyum lebar menampakan gigi-giginya yang putih bersih.
''Kenapa? Gak boleh, ya?''
''Kamu bilang wajahku terlalu manis, aku takut jika kamu kebanyakan menatapku kamu akan terkena diabetes ...''
''Hehehe ... kamu bisa aja, Pria!''
''Hehehe ... '' Pria jadi tersipu.
''Pria, kau tidak hanya tampan dan manis, tapi juga baik hati serta penuh pengertian. Setiap orang pasti akan jatuh hati bila melihatmu. Tak hanya perempuan tapi juga laki-laki ...''
''Hahaha ... kau terlalu memujiku, Ben!''
''Apakah aku dilarang memuji kekasihku sendiri?''
''Hahaha ... tak perlu menggombal begitu, Ben!''
Aku meraih jemari Pria dan mengusap punggung tangannya. Aku tatap bola matanya yang bening seperti kristal. Lalu ....
''Sekarang aku baru menyadari bahwa aku memang benar-benar jatuh cinta sama kamu, i love you, Pria!'' ungkapku tulus.
Laki-laki berkulit putih mulus di depanku ini jadi tertegun, nafasnya terdengar pendek dan tatapannya mendadak sayu. Dia memandangiku dengan sorot mata yang cerah dan asri seolah ada kebun bunga di setiap pancarannya.
''I love you too, Beno,'' ucapnya yang terdengar sangat merdu seperti Seruling Sunda yang menghanyutkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku dan Pria jadi terdiam, ketika tiba-tiba kami mendengar sebuah lagu Kesempurnaan Cinta-Rizky Febian yang terdengar lamat-lamat dari sebuah cafe yang ada di kawasan Taman Topi ini. Sungguh, itu sebuah ketidaksengajaan yang sangat kebetulan, karena syair lagunya seperti gambaran ungkapan hati kami yang sedang dilanda kasmaran untuk meraih cinta yang sempurna.
Senja sudah beranjak di ufuk barat dan hari sudah mulai gelap. Aku dan Pria akhirnya meninggalkan Taman Topi, lalu masuk ke area Stasiun Bogor untuk bersiap-siap pulang ke Jakarta dengan menggunakan commuterline.
Beberapa menit kemudian, kami naik ke dalam gerbong kereta commuter line yang akan membawa kami meluncur ke ibu kota. Kami pulang dengan segenap rasa cinta baru yang tumbuh bersemi di ladang hati. Hatiku dan juga hati Pria.