Part 29 : Commuter Line

11.3K 298 23
                                    

Bunyi alarm di handphone-ku berdentang sangat nyaring membangunkan aku dari buaian tempat peraduan. Aku segera beranjak meninggalkan dekapan bantal dan guling. Aku mandi lalu menyiapkan diri. Mengemas dengan rapi seluruh barang-barang yang hendak kubawa ke tempat salah satu rekreasi air terjun di Bogor, Jawa Barat.

Well, tak banyak memakan waktu yang lama, semua apa yang aku perlukan sudah beres dan aku siap berangkat. Saat aku membuka pintu kamarku, jejreng ... aku melihat Pria sudah berdiri lengkap dengan perlengkapan hiking-nya. Dia nampak modis dan keren. Kepalanya mengenakan topi berwarna hitam. Ber-sweeter holdie warna abu-abu yang menyelimuti polo shirt-nya yang berwarna putih. Dia bercelana jeans warna dongker dengan model robek di bagian kedua lututnya. Tak lupa dia juga mengenakan sepatu sneakers dan menggendong ransel yang berukuran cukup gede.

''Hai ... morning darling!'' sapa Pria dengan senyuman cute yang menghias wajah gantengnya.

''Hai ... you looks so cool, Pria!'' sahutku.

''Thank you, so do you!'' ungkap Pria sembari memperhatikan aku dari ujung kepala hingga ujung kaki.

''Kamu sudah siap?'' tanyaku.

''Aku sudah siap dari tadi!'' jawab Pria.

''Oke kalau begitu kita berangkat sekarang!'' Aku mengunci pintu kamar kost-ku.

''Tunggu!'' cegah Pria saat aku sudah mulai melangkah.

''Ada apa, Pria?'' tanyaku.

''Minum ini!'' kata Pria sambil menyerahkan sebotol susu kedelai yang dia ambil dari dalam ranselnya, ''aku tahu kamu pasti belum sarapan, 'kan?'' imbuhnya.

''Terima kasih, Pria.'' Aku menerima botol minuman itu dan langsung menenggak isinya hingga habis.

''Hehehe ... '' Pria tersenyum manis, manis sekali seperti ada campuran madu di setiap cekungan bibir meronanya.

''Let's go!''

''Oke!''

Aku dan Pria beriringan keluar dari gerbang kost-kostan.

''Kita mau naik apa, Ben?'' tanya Pria ketika di pinggir jalan.

''Naik kereta commuter line, teman-temanku menyewa vans dan mereka menunggu kita di stasiun Bogor,'' terangku.

''Oh gitu, terus kita mau naik kereta dari stasiun mana, Ben?''

''Stasiun Juanda, aja!''

''Terus ke stasiunnya kita naik apa?''

''Bus transjakarta!''

''Oh ...''

''Iya ... ayo cepetan biar kita tidak terlambat!''

''Ayo!''

Dan tanpa banyak cincong lagi, kami berdua langsung berjalan menuju ke sebuah halte bus transjakarta. Kami naik bus angkutan massa itu dari halte Rawa Selatan jurusan Pulogadung-HCB (Harmoni Center Busway). Lima belas menit kemudian kami tiba di halte Juanda. Kami turun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan alat transportasi kereta commuter line jurusan Jakarta-Bogor.

 Kami turun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan alat transportasi kereta commuter line jurusan Jakarta-Bogor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya kereta yang kami tunggu datang juga. Kami langsung memasuki salah satu gerbong kereta tersebut dan menduduki bangku yang masih kosong. Kebetulan penumpang pada pagi ini tidak terlalu berjubal, sehingga kami masih bisa mendapatkan tempat duduk.

Sepanjang perjalanan di kereta, aku dan Pria tidak banyak cakap. Kami hanya mengobrol seperlunya saja. Sesekali kami saling berpandangan, lalu bertukar senyuman yang kami buat semanis mungkin.

''Beno, aku senang bisa ikut pergi bersamamu!'' bisik Pria pada suatu kesempatan.

''Iya, aku juga senang bisa jalan bareng kamu, Pria!'' balasku.

''Aku tidak percaya kalau aku akan menjalin sebuah hubungan dengan laki-laki seperti kamu, Ben!''

''Oh ya, hubungan apa?''

''Pacar!''

''Pacar siapa?''

''Kamu!''

''Hehehe ...'' Aku dan Pria ngikik bareng.

Tiba-tiba tangan Pria menyentuh tanganku, kemudian dia memperhatikan jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku.

''Waw ... sepertinya kamu memakai jam tangan baru, Ben. Sungguh, keren sekali!'' Pria nampak terpesona dengan model jam tangan yang sedang aku kenakan ini. Dia terus memperhatikan dengan seksama bentuk detail desainnya.

''Aku tahu, ini jam tangan mahal, Ben. Dan kau sangat cocok sekali memakai jam tangan ini,''

''Iya, ini hadiah dari temanku ...''

''Temanmu? Teman yang mana?''

''Roni ... sahabat dekatku.''

''Roni?'' Pria mengkerutkan keningnya.

''Iya, Roni. Kamu pernah ketemu dengan dia saat di parkiran gedung pernikahan kakakmu!''

''Ohh ...'' Pria jadi nampak tertegun, matanya langsung berpaling ke arah luar jendela kereta. Laki-laki ini terdiam dan seolah sedang memikirkan sesuatu.

''Beno ... teman kamu baik sekali ya, memberikan kamu hadiah semahal itu. Apa kamu tidak berpikiran bahwa dia menyimpan rasa buat kamu?'' celetuk Pria beberapa saat kemudian.

''Hehehe ... rasa apa, Pria?'' timpalku.

''Hmmm ... kamu terlalu polos atau pura-pura polos sih, Ben!''

''Maksudnya?''

''Sepertinya temenmu itu menyukaimu!''

''Hahaha ...'' Aku jadi ngakak mendengar perkataan Pria, ''Nggak mungkinlah Roni menyukaiku, setahuku dia cowok straight ...'' ujarku.

''Kamu yakin kalau temanmu itu cowok yang lurus?''

''Yakin!''

''Bagaimana kalau dia ternyata belok?''

''Aku tidak tahu, Pria. Aku tidak pernah berpikiran demikian!''

''Beno ... sungguh, aku jadi cemburu!''

''Cemburu kenapa?''

''Karena aku akan bersaing dengan lawan yang berat.''

''Hahaha ... kamu ngomong apa sih, Pria. Udah ah, gak usah ngelantur begitu!''

''Aku serius, Ben. Aku jadi takut akan kehilangan kamu ...''

''Hmmm ...'' Aku bersingut sambil membuka topi Pria dan mengacak-ngacak rambutnya. Pria cuma merengut memasang wajah manyun. Aku tahu dia ingin bermanja-manja denganku, tapi dia tahu diri kalau kami sedang berada di tempat umum. Jadi dia bersikap sewajarnya saja.

Aku dan Pria untuk beberapa saat lamanya jadi terdiam. Kami larut dalam pikiran kami masing-masing. Sementara itu kereta commuter line ini terus bergerak meluncur hingga kami tiba di stasiun tujuan kami yakni stasiun paling buncit dan stasiun itu adalah Stasiun Bogor.

Kereta commuter line ini berhenti dan para penumpang berhamburan keluar dari gerbong-gerbongnya tak terkecuali aku dan Pria. Kami berdua pun keluar dan tersenyum gembira menginjak lantai di bumi kota hujan ini.

Welcome to Bogor!

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang