Aku terbangun dari dunia fantasi entah berentah. Di mana aku merasakan berada di sebuah lembah berkabut yang udaranya kelewat dingin. Di lembah tersebut terdapat istana yang terbuat dari bongkahan es. Bangunan istana ini menyerupai kastil-kastil bangsa Romawi kuno dengan hiasan ribuan batu permata yang berkilauan di setiap ujung atapnya. Saat aku memasukinya, aroma anyir langsung terhirup di indera penciumanku. Bukan bau darah, tapi bau khas lendir yang keluar dari kemaluan laki-laki saat berejakulasi. Ya, aroma ini semacam aroma sperma.
Aku terus melangkahkan kakiku menyusuri lorong-lorong dingin tanpa penerangan, hingga tiba di sebuah sudut aku berhenti. Mataku melihat sesosok makhluk berjubah putih dengan rambut panjang tergerai berwarna perak hingga menyentuh lantai. Tingginya semampai, bahunya lurus seperti penggaris, pinggangnya ramping seperti layaknya kontestan ajang kecantikan dunia. Sekilas makhluk ini bagai peragawati yang sedang memperagakan pakaian ksatria bangsa Jepang. Dia berdiri tegap membelakangiku. Kemudian perlahan makhluk ini membalikkan badannya dan memperlihatkan wajahnya yang terang benderang bagai bulan purnama. Aku cukup terkejut melihat penampakan wajah rupawannya yang mirip sekali dengan wajah Pria.
Makhluk yang menyerupai sosok Pria ini mendekatiku, lalu dengan cepat dia mendorong tubuhku hingga aku terperosok ke lubang jurang yang sangat dalam. Makhluk aneh itu tertawa iblis mengiringi jatuhnya tubuhku.
Nah, saat jatuh itulah aku langsung terperanjat dan terbangun dari dunia fantasi tersebut. Aku tersadar sepenuhnya, dan aku mendapati tubuhku berada di sebuah ranjang yang terlalu asing di indera optical-ku. Bantal, seprei, selimut, gorden dan semua ornamennya bernuansa warna putih gading.
''Di mana aku? Aku seperti berada di kamar hotel!'' pikirku bertanya-tanya. Aku memperhatikan seluruh ruangan ini, tak ada siapa-siapa, ''di mana Bandot? Bukankah aku terakhir kali bersama dia di tempat dugem?'' pikirku lagi.
''AAAAACCCKKKKHHHH!!!'' jeritku lantang ketika aku membuka selimut yang menutupi tubuhku dan aku dalam keadaan telanjang bulat.
''Bandot!'' teriakku sembari bangkit dari ranjang dan bergegas mencari keberadan Roni di setiap ruang dalam kamar hotel ini. Dan aku menemukan dia berada di dalam kamar mandi sedang berdiri terpaku.
''Anjing!'' makiku melihat Roni yang memasang wajah pias dan seperti orang yang ketakutan.
''Apa yang telah lo lakukan terhadap gue, Njing!'' Aku melabrak tubuh Roni hingga tersudut ke tembok sambil mencengkram kedua bahunya dengan kasar.
''Sorry, Ben ... gue ... gue khilaf mencabuli lo!'' ujar Roni terbata-bata.
BUG! ... BUG! ... BUG!
Tanpa basa-basi, aku langsung melayangkan bogeman mentah ke tubuh Roni hingga mengenai rahang, dada dan perutnya. Roni langsung tersungkur dan tergeletak di lantai tanpa memberikan perlawanan.
''Dasar homo anjing lo, ya! Babi jahanam!'' umpatku dengan nada yang geram dan kesal.
''Gue gak nyangka ternyata lo sengaja merencanakan ini semua, Anjing!'' imbuhku.
''Lo sengaja membuat gue mabuk agar lo bebas menjamah seluruh tubuh gue, dasar biadap!'' lanjutku.
Tapi Roni hanya diam dan merunduk.
''Taek ... selama ini ternyata gue berteman dengan manusia kotor semacam lo, ANJIIIINNGGG!!!'' seruku, ''Gue kagak sudi berteman dengan lo lagi, cuiiih!!!'' imbuhku sambil meludah di depan Roni.
''CUKUP!!!'' gertak Roni sembari bangkit dari tempat tersungkurnya, ''Lo tak perlu menghina gue, ANJIING!!!'' imbuhnya dengan penekanan yang dongkol.
''Dasar munafik! Monyet kere! Lo pikir gue tidak tahu siapa lo, NJIIINNGGG!'' lanjut Roni dengan wajah yang murka.
''LO KIRA GUE TIDAK TAHU KALAU LO PACARAN DENGAN PRIA! HUH ... JANGAN SOK SUCI DEH, LO! KITA SAMA-SAMA ANJING!!!'' gertak Roni sembari mendorong tubuhku hingga aku mundur beberapa langkah.
Entahlah, tiba-tiba saja aku merasa menciut mendengar perkataan demi perkataan Roni barusan. Ucapannya seperti air dingin yang langsung memadamkan api kemarahan dalam diriku. Mulutku jadi terkunci dan diam seribu bahasa. Tubuhku mendadak gemetar seperti orang yang demam.
''KENAPA LO DIAM AJA, NJING!'' seru Roni lagi, ''BENAR 'KAN OMONGAN GUE!'' tambahnya.
Aku tak bersuara, aku hanya menatap Roni dengan pandangan yang tajam seperti memandang musuh bebuyutan.
Untuk beberapa saat lamanya kami hanya terdiam dan saling pandang dengan sorot mata yang berapi-api,
''Gue tahu, lo jadian sama Pria sejak malam di mana terjadinya gerhana bulan, saat gue nginep di kost-an lo, Ben. Diam-diam gue mengintip dan menguping perkataan dan perbuatan kalian berdua ...''
Aku masih terdiam, karena mulutku masih terasa kelu untuk berbicara.
''Ben ... apa lo sangat menyayangi Pria?'' tanya Roni.
Aku melengos dan membuang muka.
''Pria tidak sebaik yang lo pikirkan, Ben!'' lanjut Roni, ''Dia main serong di belakang Lo!'' imbuhnya.
''HAI ... JANGAN LO NJELEK-JELEKIN ORANG, YA!'' hardikku.
''Gak Ben, gue ngomong yang sebenarnya karena gue lihat dengan mata kepala gue sendiri menyaksikan perselingkuhan dia!''
''OMONG KOSONG! LO TIDAK PERLU IKUT CAMPUR URUSAN GUE DENGAN PRIA!'' timpalku sembari mengenakan semua pakaianku.
''Beno, ini urusan gue karena lo adalah sahabat gue!''
''TAEK ... SEORANG SAHABAT TAK AKAN MENCELAKAI SAHABATNYA, APALAGI MENIKMATI TUBUHNYA, DASAR BAJINGAN!''
''Please, dengarkan gue!''
''APA YANG MUSTI GUE DENGERIN DARI MULUT MANUSIA MACAM LO!''
''Saat di Club semalam sebenarnya gue melihat Hendra bersama Pria.''
''APA?''
''Gue tidak bilang ke lo, karena gue ingin menjaga perasaan lo ...''
''HUH ... BULSHIT!''
''Terserah lo percaya ama gue atau tidak, dini hari tadi saat gue memapah lo masuk ke mobil gue melihat Hendra dan Pria berpelukan dan berciuman mesra.''
''TAEK! OMONGAN LO TERLALU HALU, NJIING! GUE YAKIN INI HANYA KARANGAN LO UNTUK MEMBELA DIRI!''
''TERSERAH ... LO ANGGAP APA OMONGAN GUE, GUE KAGAK PEDULI!''
Aku melotot ke arah Roni, tanpa banyak kata, aku langsung membuka pintu kamar hotel ini dan hendak pergi.
''BENO!" seru Roni menghentikan langkahku.
Aku mendongak sesaat.
''GUE BUKAN HOMO, TAPI GUE SAYANG SAMA LO!'' teriak Roni kencang.
''HMMM ... '' Aku bersingut, lalu kabur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)
Short StoryUntuk 17++ Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?