Part 41 : Sedan

13.3K 280 20
                                    

Rona lembayung di langit barat menghantarkan transisi perubahan waktu. Bulan mulai menggantikan tugas matahari untuk menyinari bumi. Dan aku masih berjibaku dengan layar laptop untuk menyelesaikan tugas. Aku berhenti bersentuhan dengan keyboard ketika suara adzan maghrib menjewer organ pendengaranku.

Kukemasi dan masukan semua peralatan kerjaku ke kantong tas. Lalu, aku berpamitan pada Mr. Security yang berkumis tebal seperti Pak Raden dan aku pulang. Dengan langkah ringan aku berjalan menuju sebuah halte busway. Akan tetapi, di tengah perjalanan langkahku terhenti, ketika ada sebuah mobil sedan warna magenta menepi tepat di sampingku.

Jendela mobil itu terbuka dan menampakan kepala si empunya.

''Hai ganteng, mau gak gue culik! Berapa tarif per malam lo?'' seru seorang laki-laki berkaca mata hitam dari balik jendela mobil tersebut.

Suara baritonnya sangat aku kenali. __Anying ... itu sahabatku, Roni!

''Hai, Bandot!'' sahutku girang sembari bergerak menghampiri laki-laki dalam mobil itu, ''Anjriiit ... lo pakai mobi baru lagi, Ndot!'' lanjutku saat tiba di muka jendela mobil.

''Hahaha ... '' laki-laki itu tertawa lebar sambil melepas kacamata hitamnya, hingga menampakan jelas gambaran wajah Roni yang memang kece dan mentereng. Sudah cukup lama aku tidak bertemu dengan teman dekatku yang satu ini, ada banyak perubahan di wajah rupawannya. Kumis dan jenggot tebalnya, kini dicukur tipis, tatanan dan gaya rambutnya juga lebih stylish mengikuti model trend terkini, Fade pompadour yakni perpaduan model modern dan classic yang menonjolkan volume rambut di beberapa bagian. Hampir aku tidak mengenalinya.

''Tak hanya mobil lo yang baru, Ron. Wajah dan tampilan lo juga new release,'' pujiku pada laki-laki di hadapanku ini.

''Hehehe, bisa aja Lo, Dak!'' Roni nampak tersungging memamerkan gigi putihnya yang juga lebih cemerlang seperti habis di-veneer.

''Udah masuk, gih!'' sambung Roni sambil membukakan pintu sedannya. Dan aku langsung memasukinya.

''Sumpah, gue pangling dengan diri lo yang sekarang, Ron!'' ucapku pas aku duduk di jok mobil ini dan menutup pintunya kembali.

''Kenapa? Gue jadi lebih ganteng, ya?'' timpal Roni.

''Hehehe ...'' Aku cuma nyengir.

''Lo jadi naksir gue, 'kan?'' tambah Roni berkelakar.

''Hahaha ... '' Aku jadi tertawa, Roni juga.

''Udah, ngaku aja!'' Roni menyiku perut gendutku.

''Aaaahhh .... '' Aku hanya cengar-cengir dan membalas menabok otot bisepnya. Roni tersenyum simpul.

''Oh ya, kita mau ke mana, Ron?'' tanyaku saat Roni mulai melajukan kendaraannya.

''Gue mau ngajak lo bernostalgia, Ben. Lo gak keberatan, 'kan?'' jawab Roni.

''Anying ... nostalgia apaan, sih?''

''Gue mau ajak lo ke tempat dugem yang dulu kita sering datangi.''

''Oh ... ke sana. Kok, tumben?''

''Iya, karena kita sudah lama tidak jalan bareng, 'kan? Lo terlalu sibuk dengan dunia lo!''

''Iya, 'kan lo juga sibuk sendiri, Ron.''

''Makanya gue mau ajak lo sekarang, karena ini event yang pas. Tapi ... lo malam ini tak ada acara 'kan, Ben?''

''Tidak!''

''Oke, berarti gue gak mengganggu waktu lo dan gue bisa booking lo!''

''Hahaha ... kampret!'' Aku mendorong kasar kepala Roni.

Roni hanya tertawa jahat seperti Mak Lampir.

''Gue mau traktir lo minum sampai mabuk!''

''Hah?'' Aku melotot dan mengkerutkan jidat.

''Lo tak boleh menolak, karena ini hari ulang tahun gue!''

''Oh ya? Ya ampun, Ron ... gue benar-benar lupa kalau hari ini adalah hari lahir lo, sorry, ya gue belum menyiapkan kado buat lo!''

''Hari mbrojol lo sendiri aja lupa apalagi hari ulang tahun gue ... pasti kagak ingatlah!''

''Hehehe ... iya Ron, sorrry ... sorry ... happy birthday, ya!'' Aku menyalami tangan Roni dan cipika-cipiki sebentar.

''Thanks!''

''Kadonya ntar nyusul ya, Ron. Gak papa, 'kan?''

''Udah tak usah pikirkan itu, gue gak butuh. Yang gue butuhkan sekarang lo harus temani gue ampe teler!''

''Hahaha ... siap Boss!''

Aku dan Roni kompak mengepalkan tangan, lalu adu tos sambil melempar senyuman kegirangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan Roni kompak mengepalkan tangan, lalu adu tos sambil melempar senyuman kegirangan. Selanjutnya kami berjoget ceria mengikuti hentakan musik yang menggema dari tape mobil Roni. Jeng jenjreng ... brak brak ... Jeng jenjreng Brak brak!

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang