Untuk 17++
Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu terus berputar, merubah terang menjadi gelap. Lampu di jalanan pun berlomba menyumbangkan cahaya untuk penerangan kota. Tak terasa, ternyata cukup lama juga, aku berada di dalam mall. Padahal, aku cuma membeli satu barang saja. Atmosfer mall memang mampu membius para pengunjung untuk betah berlama-lama nongkrong di dalamnya.
And now,
Aku memesan ojek online untuk mengangkutku pergi ke tempat Roni. Dan setelah melewati jalanan tikus yang berliku, akhirnya aku tiba di kandang si Bandot. Sebuah hunian mewah yang berada di kawasan Pramuka, Jakarta Timur.
Langkahku mendadak berat, saat aku mulai menginjak lantai di mana kamar apartemen Roni berada. Perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak. Ragu-ragu dan canggung. Aku gamang seperti orang yang mau menghadapi interview lowongan kerja. Aneh, padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal seperti ini ketika akan mengunjungi Roni. Tapi kali ini benar-benar feel-nya berbeda.
__Semacam ada getaran-getaran aneh yang tak bisa kupahami.
Kegugupanku makin tak terkontrol saat tubuh ini berada tepat di pintu apartemen Roni. Entahlah, tanganku gemetaran saat hendak mengetuk pintunya.
''Ada apa dengan diriku, sih? Mengapa aku jadi awkward begini kayak mau menemui Presiden aja!'' gumanku dalam batin.
Hmmm ... aku mencoba memejamkan mataku, terus menarik nafas panjang-panjang dan menghembuskannya pelahan-lahan. Huh ... aku sedikit lebih tenang sekarang, Bismilllahirahmanirahim! Ya ... Tuhan, aku hanya menemui seorang bandot bukan seorang pacar, jangan biarkan nervous ini menyelimuti perasaanku. Aamiin!
''Tok ... Tok ... Tok!''
Akhirnya tangan ini berani mengetuk pintu kamar Roni.
Semenit berlalu, belum ada reaksi dari si empunya kamar.
''Tok ... Tok ... Tok!''
Aku mengetuk pintunya lagi.
''Ya ... tunggu sebentar!'' terdengar suara bariton Roni dari dalam. Syukurlah, dia ada!
Aku pun mencoba berdiri dengan tenang menunggu dia membukakan pintu. Namun nervous kembali menyerangku hingga aku merasa beberapa detik berdiri di sini seolah sudah berdiri satu jam. Sungguh, resah dan gelisah menghampiriku. Hufft ...
''Klik!''
Pintu perlahan terbuka, dan mata ini langsung menangkap bayangan sosok Roni yang muncul shirtless dan hanya mengenakan celana pendek kolor yang ketat. Tangan berototnya sibuk mengusap rambutnya yang terlihat basah dengan selembar handuk. Mungkin dia baru selesai mandi keramas.
Aku terbengong sesaat melihat tubuh kekarnya yang nyaris sempurna. Dadanya benar-benar bidang dengan hiasan lingkaran puting yang coklat kemerahan. Perutnya kotak-kotak membentuk tonjolan persegi enam bagian. Hmmm ... bentuk badan Roni memang ideal dan idaman banyak orang.