Part 49 : Distro

7.7K 277 17
                                    

Aku keluar dari ruang kerja.  Tempat di mana aku mencari sesuap nasi dan sebongkah berlian. Aku langsung bergerak ke apartemen Roni, namun sebelumnya aku mampir dulu ke sebuah distro di pusat perbelanjaan yang ada di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Aku ingin membelikan sesuatu barang untuk kuhadiahkan kepada Roni. Aku masih bingung kira-kira benda apa yang cocok kuberikan pada sahabatku itu.

Aku melihat-lihat semua benda yang terpajang di distro ini. Ada kemeja, t-shirt, jaket, sweeter beserta aksesorisnya. Price tag-nya lumayanlah bikin mengkerutkan jidatku. Aku harus mencari sesuatu yang harganya sesuai dengan isi kantong. You know-lah, aku bukan orang yang tajir melintir. Aku hanya lelaki perantau yang berstatus karyawan biasa. Jadi aku harus cerdas dalam pengeluaran. Tidak boleh maksa dan perlu banyak perhitungan.

Saat aku mutar-muter seperti kinciran, tiba-tiba aku bertabrakan dengan seorang laki-laki tinggi, berkulit putih dan beraroma wangi. Dan ketika aku mendongak ke arah wajahnya, badanku langsung bergidik panas dingin. Wajah rupawan itu sangat aku kenali, karena wajah beralis tebal, bermata sipit, dan bibir tipis kemerahan itu adalah milik Pria.

__Ya Tuhan, ternyata Jakarta tidak cukup luas, hingga Engkau mempertemukan aku dengan dia di tempat ini.

Aku ingin menghindarinya, tapi itu percuma karena Pria sudah memperhatikan aku dari ujung kaki hingga ujung kepala.

''Beno ... '' sapa Pria datar.

Aku hanya melengoskan kepala dan langsung mengalihkan pandanganku.

''Apa aku boleh bicara dengan kamu?'' kata Pria seraya mendekati aku.

Aku diam saja.

''Aku tahu kamu sangat membenciku, tapi aku mohon untuk kali ini saja, beri aku waktu 10 menit untuk mengatakan sesuatu.''

Aku masih membisu dan enggan mendengarkan ucapannya.

''Jika kamu keberatan 10 menit, baiklah kasih aku 5 menit saja!''

Aku cuek bebek.

''Tiga menit deh, Please!''

Aku menghembuskan nafas jauh dan melirik sesaat ke arah Pria.

''Oke, ngomong aja langsung!'' ucapku ketus tanpa memandang wajahnya.

''Pertama, aku ingin meminta maaf kepadamu, dan kuharap kamu mau memaafkan aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Pertama, aku ingin meminta maaf kepadamu, dan kuharap kamu mau memaafkan aku. Kedua, kenangan saat-saat bersamamu adalah kenangan terindah dalam hidupku, ketiga sesungguhnya aku telah jatuh cinta kepadamu ... aku benar-benar mendapatkan ketulusan cinta itu dari kamu, Beno!'' ungkap Pria dengan suara yang sendu, bibir yang gemetar dan mata yang berkaca-kaca.

''Ada lagi yang ingin kau sampaikan?'' kataku menimpali ucapannya.

Pria merunduk dan tidak bicara apa-apa lagi.

''Jika tidak ada, aku mau permisi dulu ...'' lanjutku seraya menggerakan kaki-kakiku.

''Beno!'' Pria menahan langkah kakiku.

''Aku tidak mengharapkan apa-apa darimu, cukup kamu maafkanlah diriku, please!'' Pria merapatkan kedua telapak tangannya dan membentuk formasi permohonan dengan sorot mata yang berbinar penuh kesyahduan.

Aku cuma memandang laki-laki fashionable layaknya tampilan pria metroseksual itu dengan tatapan datar yang tak berarti. Permohonan maafnya nampak tulus, ada taste penyesalan di setiap penekanan ucapannya. Aku jadi luluh dan tidak tega untuk mengacuhkannya lagi.

''Iya ... aku memaafkan kamu, Pria!'' ujarku pelan.

''Terima kasih!'' balas Pria sembari menitikkan air matanya. Dia mencoba tersenyum, walaupun senyumannya terasa getir.

Untuk beberapa saat lamanya mata Pria memandangiku dengan pandangan mata yang sendu, lalu tanpa membuka mulutnya lagi dia langsung membalikkan tubuhnya dan segera berlalu dari hadapanku.

Huh ... aku membuang nafas panjang setelah kepergian laki-laki berbibir manis kemerahan seperti madu itu. Walaupun aku tidak memiliki perasaan apa pun lagi terhadapnya, hatiku masih terasa nyes ... menatap kepergiannya yang membawa ekspresi wajah galau. Karena bagaimanapun juga Pria adalah orang yang pernah singgah di ruang batinku. Jadi, sedih juga sih, melihat penyesalan dia.

Hmmm ... sudahlah, aku tidak perlu memikirkan dia, lebih baik aku melanjutkan tujuanku datang ke distro ini. Aku harus mendapatkan barang buruanku sebelum waktu berubah menjadi gelap.

Kemeja, oh tidak ...

Jaket, kayaknya dia punya banyak ...

T-Shirt apalagi dia punya berjibun, bahkan mungkin lebih bagus punya dia sendiri.

Gesper, Topi, Dasi, atau apa dong?

Ah ... bingung! Bikin pusing kepala Beno!

Ah ... aku tahu, dia pasti suka! Yes, aku akan belikan "ITU" saja!

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang