Untuk 17++
Aku yang seorang pria normal serta merta harus terjerumus dalam cinta sejenis bersama pria normal yang lainnya. Bisakah aku menghindari kenyataan ini? atau malah justru menikmatinya?
''Tutup pintunya dan jangan lupa dikunci!'' komando Roni kepadaku, aku menurut. Aku menutup pintu dan menguncinya.
Roni tersenyum melihatku dengan tatapan mesum. Seperti laki-laki hidung belang yang menggoda wanita jalang. Alisnya naik turun, matanya kedap-kedip genit dan bibirnya monyong mengeluarkan siulan nakal. Suwit ... suwiiiit! Sebuah kode binal yang membisikan sinyal birahi.
''Beno ... ini adalah saat yang gue tunggu-tunggu dari dulu sejak gue mengenal lo,'' ujar Roni lugas dan tegas.
''Lo mau ngapain, Ndot?'' balasku.
''Gue mau menerkam lo, Badak!'' seru Roni sembari menubruk tubuhku dengan bringas bagai seekor banteng ketaton yang menyeruduk lawannya. Tubuhku yang belum siap sepenuhnya langsung terdorong mundur dan terhimpit di tembok.
Kemudian tanpa permisi, tangannya yang kekar itu langsung mengangkat tubuhku dan membopongnya dengan kasar. Aku berontak sambil memukul-mukul punggung Roni yang lebar dan gempal. Rasanya empuk seperti bantal kapuk randu yang padat. Namun tenaga Roni lebih kuat daripada tenagaku hingga dengan entengnya dia menggendong tubuhku dan membantingnya secara sadis ke atas kasur. Seperti tukang kuli panggul yang melempar karung beras bawaannya.
Setelah aku terkapar, dia langsung menubrukku lagi dengan serangan brutal seperti seekor macan yang mengeksekusi mangsanya. Roni mencumbuhi leher, pipi, dan bibirku. Sesekali dia mengendus-endus tengkukku, cupingku dan juga lubang telingaku seperti seekor anjing yang mengendus makanannya. Dia benar-benar blingsatan seperti orang kesetanan. Ya ... Tuhan, aku seperti sedang diperkosa oleh BF-nya sendiri.
Aku benar-benar tidak menyangka, kalau sikap Roni seganas ini dalam ritual ranjang. Sikapnya terlalu bernafsu membuatku tak berkutik dan pasrah dengan semua yang akan dilakukan oleh sahabat sekaligus pacar lelakiku ini. Sungguh, belaian dan cumbuan Roni begitu mahir dan tepat dalam mendobrak rangsangan. Aku jadi heran dan sangat terkejut, karena apa yang dilakukan Roni ini seolah sudah terbiasa tidak seperti gay amatir yang hanya ingin mencoba-coba.
Naluri seksualitas kehomoan Roni terlihat nyata saat dia menggigit kasar bibir bawahku dan mengulumnya dengan segenap nafsu yang membara. Tak hanya itu, saat dia menyibakkan pakaianku juga tanpa ada rasa canggung atau malu-malu bahkan dengan lihainya dia menyeruput dan menghisap-hisap manja kedua putingku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aaaccckkkhhh ... sapuan lidah basahnya sama seperti lidah Pria saat dia mengeksplore seluruh tubuhku. Setiap jilatannya mengandung impuls elektrik yang mampu membuat badan bergidik bagai tercabik-cabik.
Uuuuccckkkhh ... sekujur tubuhku bergetar, ketika lidah Roni menjilat-jilat kasar di wilayah ketiakku. Aku tak kuasa mengontrol diri, hingga tubuh ini menggelinjang kesana-kemari.
Ough ... aku menarik dan mencengram seprei hingga berantakan tak karuan, saat lidah itu menari-nari di permukaan dadaku, pusarku, perutku dan kemudian bermuara di pubisku.
''Lihatlah Badak, gue akan menunjukkan service gue yang lebih baik dan lebih enak daripada service Pria!'' ujar Roni dengan nafas yang memburu.
''Lo memang gila, Ndot! Gue gak nyangka kalau lo punya pengalaman seks yang begitu mengesankan!''
''Ini belum seberapa, Dak! Karena gue akan membuat lo menjerit dalam kenikmatan dan akan merasakan ketagihan, hahaha!''
''Dasar, lo wedus Bandot!
''Hahaha!'' Roni terkekeh sambil mengangkat tubuhku dan membaliknya seperti gorengan.
Ough ... aku cuma membuang nafas dalam dan pasrah saja saat tubuhnya menindihku dan mengunci kedua tanganku dengan cengkraman tangannya yang sangat kuat. Kemudian dia meniupkan hawa hangat di sekitar leherku seperti bara suam yang menempel di permukaan kulit. Selanjutnya dengan lembut dia menggigit manja kupingku sambil berbisik mesra di lubang telingaku, ''Badak, i love you ... i love you so much!''
Dan bisikannya itu seperti obat penenang yang mampu membiusku untuk tetap rileks, meskipun mendapatkan serangan rangsangan yang bertubi-tubi.
Ough ... aaacckkhhh, aku tak kuasa untuk mendesah saat telapak tangan Roni mengurut-urut punggungku dengan lembut seperti tenaga terapis yang mengurut pelanggannya. Tekniknya benar-benar tepat, sehingga setiap pijitan Roni memberikan efek nyaman dan enak di tubuhku.
''Apa yang lo rasakan, Badak?''
''Geli ...''
''Tapi enak 'kan?''
''Hahaha ...''
Roni membalik tubuhku lagi, lalu melucuti pakaianku, hingga aku setengah telanjang. Lebih tepatnya sih, telanjang dada. Karena Roni masih belum mengeksekusi wilayah bagian bawah tubuhku dan membiarkan celanaku tetap menutupi organ vitalku yang sudah mulai berontak tak terkendali.
''Tubuh lo sintal persis kayak Badak!'' celoteh Roni.
''Apaan, sih!'' Aku menabok dada bidang Roni.
''Hehehe ... tapi, gue suka!''
''Hmmm ...'' Aku bersingut manja sambil mencubit gemas puting Roni yang masih tertutup kaos.
''Aduh ... sakit, Badak!'' jerit Roni.
''Biarin!''
''Tapi enak kok, cubit lagi dong!''
''Hahaha ... dasar!'' Aku menarik tengkuk Roni, lalu dengan cepat mencium bibir tebalnya dan melumatnya dengan penuh syahwat. Uuuuhhhh ... nikmat gila!