"Kenapa nggak kasih tahu kalo mau ke sini? Tahu gitu 'kan bisa aku jemput."
Adyra mendekatkan telapak tangannya ke bibir. "Surprise," bisiknya ke telinga Andra. Membuat Andra mengembangkan senyumnya.
"Woahh, Kak Adyra!" Adyra bergerak membalas pelukan Kanya. "Lama nggak ketemu, nih. Kangen."
Tanpa berniat mengabaikan Kanya, Adyra tersenyum sopan seraya menundukkan kepalanya ke arah Arya dan Reya secara bergantian. "Sama, aku juga," sahutnya merespon Kanya.
"Ayo, silahkan duduk."
Melihat Reya bersikap sopan, Adyra jadi canggung. "Ahh, iya. Terima kasih, Bu."
Wanita itu tersenyum tipis. "Kalau nggak di sekolah nggak usah panggil Bu, kamu bisa panggil Tante."
Adyra tersipu ditatap seperti itu. Gadis itu mengangguk.
"Kak Adyra bawa apa, tuh?" tanya Kanya.
"Oh, ini bawa makanan dari rumah, masih ada banyak."
"Kamu masak sendiri?" giliran Arya yang bertanya membuat Adyra tersenyum canggung. "Iya, Om. Kebetulan saya masak sendiri."
"Kamu bisa masak?" Andra berbisik.
"Bisa, dong. Aku 'kan cewek idaman. Masak doang mah, kecil." Adyra menyentil ujung kelingking dengan ibu jarinya.
"Wah, kayaknya enak, nih." Kanya menyenggol lengan Adyra.
Adyra menyendokkan beberapa suap masakan yang dia buat ke piring Kanya. Gadis itu menerimanya suka hati kemudian langsung memakannya. "Kan, udah aku bilang kalo enak!" Semua orang di meja makan tersenyum tipis mendengar Kanya bicara lagi.
Adyra juga menyendokkan beberapa suap untuk Reya dan Arya secara sopan, dan terakhir dia berikan kepada Andra yang tengah duduk di sampingnya. Dimas hanya diam melihat itu semua. Dia tahu, jika Adyra pandai merebut hati orang lain. Termasuk dirinya.
"Saya boleh cobain juga?"
Adyra menoleh. Merasa ditatap lekat, Adyra tak menghiraukan. Dia menyendokkan beberapa suap makanan di atas piring cowok itu.
"Gimana?" Adyra menyenggol lengan Andra menunggu respon dari cowoknya.
"Enak."
Andra urung mengungkapkan ekspresinya karena kalah cepat dengan Dimas. Kelakuannya mengundang perhatian semua orang yang melingkar di meja makan. Tak merasa jadi sorotan, Dimas melanjutkan makanannya dengan santai. Adyra tak tahu jika cowok itu memang sengaja dengan bersikap seakan tak terjadi apa-apa.
"Iya bener, enak banget." Andra menambahi. Membuat raut wajah Adyra terlihat senang kembali.
Di sisi lain, tanpa orang lain ketahui, Dimas mati-matian menahan hasratnya untuk menggebrak meja.
••••
Andra sibuk main PS di ruang keluarga ditemani teriakan Kanya yang mendukung Dimas melawannya bermain bola. Sesekali Andra menutup telinga kala gadis itu berteriak tepat di depan telinganya karena kalah melawan Dimas yang duduk santai dengan senyum bangga di wajahnya. Adyra melihat wajah Andra yang nampak kesal.
Gadis itu menepuk bahu Andra, "Numpang ke toilet, dong." Andra hanya melirik lalu lanjut main lagi.
Adyra mendengus. Kebiasaan cowok memang kalau sudah nge-date sama hobi. Nggak bakal mau diganggu.
Setelah lega buang air kecil, Adyra jadi haus. Gadis itu menuju dapur yang terlihat sepi, lalu mengambil air botolan yang dia dapat di dalam lemari es. Adyra menyeka bibirnya yang basah hingga dia melihat kaki jenjang seseorang yang berdiri di hadapannya. Ketika Adyra mengangkat kepala, dia melihat Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Teen FictionSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...