Bara menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. Udara sejuk langsung menyapa kulitnya ketika cowok itu memasuki sebuah minimarket. Sambil membuka lemari pendingin, Bara mengambil beberapa kaleng minuman dingin. Ekspresinya terkejut saat cowok itu memutar badan.
"Adyra?"
Bola mata Adyra melebar, "Hai!" seru Adyra.
Melihat Adyra tersenyum, Bara juga ikut tersenyum. "Ngapain?"
"Lahhh," Bibir atas Adyra terangkat. "Belanja, lah! Namanya juga lagi di minimarket. Ya kali gue mancing."
Bara terkekeh, "Ya kali lo mancing. Gue cuma nanya."
Adyra menepuk dada cowok itu. "Abis jogging?"
Bara berdehem. "Gue keren, ya? Kalo pakai baju santai kayak gini? Rambut berantakan, keringetan lagi," kata Bara sambil memindahkan beberapa snack ke tangannya.
Adyra mengangguk. "Lebih mirip kuli."
Bara mengedipkan mata. Cowok itu langsung merogoh saku dan mengambil ponselnya. Di depan layar ponsel, Bara mengamati pantulan wajahnya. Sesekali cowok itu membenarkan helai rambutnya. "Masa, iya?" bisiknya.
"Lo ngapain?" tanya Adyra.
Bara menggeleng lantas memasukkan ponsel ke saku celana. "Ah, enggak."
Adyra melanjutkan, memasukkan kecap dan saus botolan ke dalam keranjang. Setelah itu, ia mengambil bungkusan keju, beberapa toples selai dan roti tawar, sementara Bara mengekorinya dari belakang. Ketika mereka sampai di kasir, Bara mengernyit melihat Adyra menyapa seseorang.
"Kok sendirian?" tanya Adyra.
Bara melihat cowok itu tersenyum membalas sapaan Adyra. "Tangan lo masih sakit, kan. Gue bawain, ya?"
Cowok itu mengambil kantong plastik dari kasir terlebih dulu sebelum Adyra berhasil mengambilnya. "Nggak usah, Ra. Yang sakit kan tangan kanan. Saya bisa bawa pakai tangan kiri."
"Emang nggak berat?" Adyra terlihat khawatir.
Cowok itu terkekeh. "Saya bukan kakek-kakek, kali. Bawa ginian doang mah gampang."
Bara mengangkat satu alisnya. Seraya mengamati penampilan cowok yang tengah bicara dengan Adyra. Melihat ekspresi Adyra, sepertinya mereka kenal dekat.
"Saya duluan, ya?"
"Hati-hati." Adyra tersenyum sambil melambaikan tangannya. Bara melihat cowok itu membalas senyuman Adyra. Namun ketika tatapan cowok itu bertemu manik mata Bara, senyumannya mendadak lenyap.
"Siapa, sih?" tanya Bara setelah orang itu menghilang dari hadapan mereka.
Adyra tersenyum ke arah Bara setelah menaruh belanjaannya di meja kasir. "Teman gue."
"Emang lo punya berapa banyak teman cowok selain gue sama Andra?"
Adyra terkekeh. "Pertanyaan lo apa deh, Bar? Emang gue nggak boleh punya teman cowok?"
Bara mendengus. "Ya, nggak gitu juga, sih."
"Gue balik, ya?" kata Adyra sambil memindahkan kantong belanjaan ke tangannya.
"Mau gue anter, nggak?"
"Nggak usah. Duluan, ya? Dadah!"
Bara menatap punggung Adyra yang bahkan sudah menghilang dari balik pintu kaca. "Kenapa perasaan gue nggak enak, ya, sama teman cowoknya tadi."
Pikiran Bara melayang kemana-mana hingga seseorang membuyarkan lamunannya. "Maaf, Mas. Semuanya jadi 25 ribu."
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Teen FictionSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...