"SUMPAH DEMI APA LO JALAN SAMA DUA COWOK POPULER YANG JAGO BERANTEM DI SEKOLAH KI-mmmph!"
"Sssttt! Berisik banget sih, Mercon!" Adyra membungkam mulut Amy yang kurang ajar itu dengan telapak tangannya.
Amy nyengir lebar, sejurus dengan bungkaman di bibirnya yang terlepas. "Abis nya, gue kaget setelah lo ngomong gitu."
"Gue juga kaget. Tapi nggak lebay kayak lo, tuh!" Siska menyela sarkasme, hingga membuat Amy memanyunkan bibir.
"Di antara semua cowok yang lebih baik, dan nggak kalah ganteng nya di sekolah ini, kenapa mesti cowok berengsek itu sih yang lo gebet?"
Adyra mengernyit menanggapi Siska, "Cowok berengsek siapa yang lo maksud?"
"Iya nih," Amy menyahut. "Maksud lo itu, Bara atau Andra?"
Siska mengembuskan napas sejenak sambil menarik pegangan tasnya. "Gue tau, lo ngerti siapa cowok yang gue maksud."
Amy semakin mengernyit bingung. Wajah Adyra terlihat agak tegang setelah mendengar jawaban Siska. Sementara Siska memasang wajah sok misterius yang sulit dimengerti Amy. Well, Amy terlihat terlihat paling bodoh di sini karena nggak ngerti apa-apa.
"Udah, deh! Mau pulang dulu, udah sore." Adyra memecah keheningan dengan membuka suara. Gadis itu sedikit mengangkat tumpukan buku di tangannya yang sedikit melorot. "Jangan kangen, yaaa!!"
Adyra melakukan gerakan kiss bye secara spontan. Amy membalas nya dengan senang, sementara Siska menampilkan ekspresi jijik seolah mau muntah. Adyra tahu betul jika Siska tidak menyukai hal-hal yang sangat berlebihan. Dia tidak segan-segan pasang tampang datar dan menyebalkan saat berada di sekitar orang-orang lebay.
"Awh!"
Adyra membelalakkan matanya saat buku-buku tebal yang dia bawa telah lepas dari rengkuhannya. Gadis itu terkejut saat semua buku itu tergeletak berantakan di atas lantai. Tapi, dia lebih terkejut melihat seseorang yang telah menabraknya.
"Sorry, nggak sengaja. Gue buru-buru."
"Andra!" Adyra mencekal pergelangan tangan Andra, saat cowok itu mau pergi dari hadapannya.Andra menatap Adyra tak suka, sambil melepas tautan di tangannya. "Gue udah bilang kalo lagi buru-buru, kan?"
Adyra menurunkan tangannya, seraya menatap punggung Andra yang kian menghilang. Gadis itu geleng-geleng kepala melihatt tingkah Andra yang tidak jauh beda sama bunglon. Kalo udah baik, manisnya minta ampun. Kalo udah ketus, nyebelinnya minta ampun.
Adyra berlutut sambil memunguti buku-buku yang jatuh tadi. Sejurus kemudian, Adyra tertegun menatap tangan seseorang yang dengan lihai nya mengambil buku yang berserakan.
Tangan itu menyodorkan setumpuk buku di hadapan Adyra. Gadis itu menatap nya sejenak, sebelum menerima uluran itu."Maaf."
Adyra berdiri, sambil menepuk-nepuk rok abu-abunya yang agak kotor. "Buat apa?"
"Buat kata-kata gue tadi pagi." Cowok itu mendengus. "Nggak seharusnya gue ngomong gitu."
Adyra sedikit merasa aneh dengan cowok di hadapannya. Seorang Bara Aldino... minta maaf? Agak sulit dipercaya memang. Tapi, saat melihat sorot mata itu menyiratkan ketulusan, kepala Adyra mau tak mau mengangguk spontan. "It's okay."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Novela JuvenilSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...