Adyra turun dari motor Andra, sambil melepas helm yang membalut kepalanya. Karena sudah terlalu sore, Andra memutuskan untuk mengantar Adyra pulang. Hingga sampai di rumah Adyra, dengan langit yang sudah gelap.
"Teman-teman kamu itu emang nggak ada kerjaan banget, ya?" Adyra terkekeh sambil memberikan helm nya ke tangan Andra. "Mereka punya pacar nggak, sih?"
Andra mengendikkan bahu. "Buat apa kamu tahu?"
Adyra melipat tangan di depan dada. "Ya, mau tahu aja. Beruntung banget buat cewek yang pacaran sama mereka. Humoris, bisa bikin ketawa, dan nggak ngebosenin."
"Jadi maksud kamu, kamu nggak beruntung dapet pacar kayak aku? Udah nggak humoris, ngebosenin lagi. Gitu?" kata Andra sewot.
Adyra mengernyit lalu tersenyum geli. "Ya ampun... pacar gue ini lagi sewot nih, ceritanya?" balas Adyra sambil mencubit gemas pipi Andra. Cowok itu diam saja. Membiarkan Adyra melakukan apapun yang dia suka.
"Lagian kalimatnya kayak nyindir, sih." Andra mencubit pucuk hidung Adyra.
Adyra tersenyum. "Kamu nggak masuk dulu?"
Andra menggeleng. "Nggak usah. Lagian Papa kamu belum pulang."
Adyra mengangguk mengerti. Gadis itu melepas jaket milik Andra yang membalut tubuhnya, kemudian dia berikan kepada Andra. "Hati-hati di jalan, ya! Jangan ngebut!"
"Aku telepon kamu kalo udah sampai rumah," kata Andra.
Adyra melambaikan tangan dan mebdapat balasan dari Andra. Namun, tidak ada satupun di antara mereka berdua yang bergerak dari tempatnya berdiri sekarang.
Adyra mendengus geli. "Kok nggak jalan?"
"Nungguin kamu masuk dulu."
"Aku bakal masuk kalo kamu udah jalan."
"Aku bakal jalan kalo kamu udah masuk."
Adyra tertawa. "Yaudah deh, aku masuk dulu." Andra tersenyum sambil mengusap puncak kepala Adyra.
"Jangan lupa besok, ya! Dah!" Adyra melambaikan tangan sebelum menutup pintu rumah dengan sempurna.
Gadis itu menyandarkan tubuhnya di balik pintu. Adyra menyentuh puncak kepalanya yang tadi sempat diusap oleh Andra. Rasanya, kepala Adyra masih saja terasa hangat.
Adyra merasa lega, melihat Andra bisa tersenyum lagi seperti biasa. Hal yang membuat Adyra ikut tersenyum kalau dia mulai memikirkan cowok itu.
Gadis itu memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Berniat mengganti pakaian dengan yang lebih nyaman beserta membasuh mukanya. Namun, belum sempat Adyra masuk kamar, terdengar suara ketukan dari arah pintu.
Adyra mengernyit, "Andra masih belum pulang juga?"
Gadis itu berjalan menuju pintu dan membukanya. Tapi, bukan Andra yang dia temukan. Bukan Papa, maupun siapapun.
Adyra mengedarkan pandangan, dan tak menemukan siapapun di sana. Namun, saat gadis itu melihat ke bawah, dia melihat seikat bunga mawar merah yang tergeletak di atas lantai. Dan Adyra memungutnya.
Saat bunga itu sudah sampai di tangannya, Adyra menemukan sebuah sticky note berwarna merah muda
I Miss You; kalimat yang tertulis di sana.
Adyra tersenyum. Pasti ini Andra. Sempat-sempatnya cowok itu memberikan bunga. Padahal, selama yang Adyra kenal, Andra itu bukan tipe orang yang mau repot memberikan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi seperti ini. Terus, apa katanya? I Miss You? Aih, Adyra jadi geli sendiri rasanya. Baru juga tadi boncengan udah kangen lagi aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Novela JuvenilSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...