Usai mendengar bel istirahat, Adyra mengembuskan napas lega. Ia memanfaatkan waktu rehatnya itu dengan melipat tangan di atas mejanya sebagai bantalan kepala. Untuk saat ini, mungkin Adyra sudah berkelana ke alam mimpi sebelum tangan-tangan jahil mengganggu mimpi indahnya.
"Kamu nggak ke kantin?"
Adyra melirik Andra sekilas lalu kembali memejamkan mata. "Enggak."
"Kok enggak, sih? Nggak laper emang?" Andra bertopang dagu.
"Aku ngantuk.... Udah, sana, deh!"
"Nanti perutnya sakit, loh."
Adyra mendengus kasar. "Andra, kamu mau aku jambak, ya? Udah dibilang ngantuk, juga! Aku kemarin tidur jam 12 malam tahu nggak, sih?!"
Andra mengernyit. "Bukannya jam 9, selesai kita teleponan kamu langsung tidur, ya?"
"Aku lanjut baca novel," gumam Adyra.
"Novel lagi? Kamu itu ya, kenapa nggak tidur aja?"
"Abis seru, tahu."
"Gini kan kalo udah tidur kemaleman. Jadi ngantuk paginya."
Adyra menghela napas malas. "Kayak kamu nggak pernah begadang aja."
"Aku cowok, kamu cewek. Aku udah biasa, kamu enggak. Beda lah! Jangan disama-samain, lah. Nggak bisa! Kalo udah gini mau gimana? Nanti kalo perut kamu sakit karena telat makan, gimana?"
Adyra mengacak rambutnya dongkol sendiri. "Aku jambak beneran, nih, kamu kalo masih betah ngoceh."
Gadis itu malah semakin menyembunyikan wajah, sambil mencari posisi ternyaman dari bantalan tangannya, tanpa memerdulikan Andra. Namun tiba-tiba, entah kenapa Andra jadi teringat dengan Dimas. Ia ingat obrolannya dengan cowok itu semalam.
Cowok itu tersenyum. "Bukan, kok. Ini temen gue. Namanya Naira. Anaknya emang berisik gitu kalo ngobrol. Jadi keseruan."
Dengan santainya, Andra mengangguk. "Oh, kirain."
Melihat Adyra menyembunyikan kepala di lipatan lengan, Andra jadi tak tahan untuk tidak memencet pipinya.
"Ra?" panggil Andra berkali-kali.
"Apalagi, sih!" sentak Adyra tak mau beranjak dari posisi.
"Ada yang mau aku tanyain. Setelah kamu jawab, aku nggak bakal ganggu kamu tidur."
"Iya udah apa cepet!"
"Kamu inget kemarin lusa? Yang waktu aku nggak bisa anterin pulang karena nganterin Kanya ke dokter?"
"Hm."
"Waktu itu kamu bilang mau naik uber, kan?"
"Hm."
Hening cukup lama, membuat Adyra semakin nyaman memejamkan mata. Namun, tak lama, cowok itu akhirnya mengutarakan maksudnya. Ia ingin mendengar jawaban, yang sangat membuatnya penasaran.
"Apa... kamu beneran pulang sama uber?"
"Hng?" ketika Adyra mengangkat kepala, ia langsung disambut dengan ekspresi serius dari cowok itu.
"Atau, kamu pulang sama seseorang?"
••••••
Di sebuah bangku panjang di bawah pohon, Andra menapakkan kakinya di atas rerumputan. Seraya menikmati helaan angin yang membuat beberapa daun kering beterbangan. Pemuda itu duduk sendirian, dengan tatapan mengarah ke depan.
"Waktu di jalan nggak sengaja ketemu Dimas. Aku bareng dia. Emang dia nggak cerita?"
Nggak. Sama sekali. Batin Andra kesal sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/85423550-288-k872241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Teen FictionSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...