Bara mengembuskan napas panjang. Merasa sedikit lega setelah menjawab berbagai soal yang diujikan. Cowok itu meregangkan badan sejenak setelah mendengar suara bel dibunyikan. Bara memungut tas punggungnya, sambil berjalan menuju pintu.
"Mau pulang?"
Bara menghentikan langkahnya. Lalu mengangkat pandangan saat seseorang menarik ujung baju bagian belakangnya. Bara mendengus, lalu menepis tangan itu dengan kasar.
"Nggak ada urusannya juga kan, sama lo!" sembur Bara skeptis.
Andra mendengus geli, kemudian kembali menelungkupkan badan di atas meja. "Adyra ada di depan. Dia pasti lagi nungguin gue sekarang."
Bara tertawa pelan, "Apa lo barusan lagi pamer..." Bara memutar badan sembari memusatkan tatapan pada satu orang. "...ke gue?"
Andra mengangkat kepala sambil balik menatap Bara. "Tolong anterin dia pulang."
Bara terperangah. Kedua alisnya terangkat tak percaya. Nggak salah? Apa yang sedang ada di hadapannya sekarang ini bukan Andra... seperti kelihatannya?
"Tolong?" Bara menyeringai, "Nggak salah denger, gue?"
"Enggak."
Bara ingin tertawa, tetapi niatnya ini hanya sampai dalam hati saja. Cowok itu semakin menatap Andra lekat. Tapi, tidak ada ekspresi apapun yang dia dapat. Bara hanya dihadapkan dengan wajah santai seolah tidak terjadi apa-apa.
"Dia cewek lo, kan? Buat apa gue harus nganterin dia pulang?"
"Karena..." Andra menghela napas, lalu mengembuskannya panjang. Cowok itu menunduk sejenak, lalu mengangkat kepalanya lagi. Matanya bersitatap dengan Bara. Kali ini sedikit berbeda. Andra seolah menyampaikan sesuatu lewat sorot matanya. Hingga akhirnya cowok itu membuka suara, "...dia butuh lo sekarang."
Bara mendesah panjang.
Cowok itu tengah duduk santai di bangku paling belakang. Telapak tangan kanannya mengepal di antara bolpoin yang tengah dia genggam.
Tangannya bergerak mengetuk-ngetukkan bolpoinnya perlahan, sambil menatap lekat bangku kosong di depannya yang selalu ditempati Andra.
•••••
"Lama banget sih, belnya!"
Adyra mondar-mandir gelisah di depan kelas, sambil sesekali melirik arloji di pergelangan tangan. "Bunyi dong, belnya! Bunyiiiii!"
Kring!
"Akhirnyaaa!" Adyra bisa bernapas lega.
Gadis itu langsung celingukan di depan kelas sambil menjinjitkan kakinya. Beberapa anak yang keluar bergerombolan membuat tubuh Adyra sempat beberapa kali terhuyung karena tidak sengaja tersenggol.
Adyra tak melihat Andra keluar sama sekali. Gadis itu ingin mundur dari sana agar bisa melihat Andra lebih leluasa. Belum sempat dia bergerak, Adyra merasa bahunya tertabrak keras dengan seseorang. Tubuh Adyra terasa terlempar. Dia ingin jatuh. Tapi, Bara menangkap tubuhnya.
"Punya mata nggak sih, lo!"
Kedua mata Dion membulat. Melihat Bara yang biasanya diam kini mulai galak seperti sebelum-sebelumnya.
"Y-ya... sorry, lah! Siapa suruh tuh cewek berdiri di situ." Dion langsung melipir daripada nambah masalah.
Bara kesal. Kalau saja Adyra tidak berada di depannya sekarang, pasti cowok itu akan....Bara membulatkan mata, kemudian langsung menoleh dan menemukan wajahnya jatuh berdekatan beberapa senti tepat di depan wajah Adyra. Bara langsung menarik tangan dan menegapkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Fiksi RemajaSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...