"Andra!"
Tak jadi menyuapkan makanan, Andra menolehkan kepala ke arah suara yang ia dengar. Ia melihat seorang cewek berjalan menghampirinya dengan langkah senang.
"Kenapa?" Andra mengernyit. "Kelihatannya seneng banget."
Cewek itu tersenyum, "Coba tebak, nilai kimia gue dapat berapa?"
Belum sempat cowok itu menjawab pertanyaan yang diajukan, teman-temannya muncul menghampiri mejanya. "Andra! Ke kantin kok nggak ngajak?" tanya Adyra yang muncul di balik punggung Eric.
Gadis itu duduk di hadapan Andra, melihat cowok itu memotong pembicaraannya dengan Cinta untuk sekadar menatap Adyra. Tak lama, ia menaruh atensinya pada Cinta kembali.
"Emang dapet berapa?" Andra merespon pertanyaan Cinta.
"Tebak, dong!"
"Seratus?" tebak Andra asal.
Cinta malah diam. Ia tidak menunjukkan respon apa-apa selain tersenyum. Membuat Andra sontak membulatkan mata. "Seriusan dapet seratus?"
Cewek itu mengangguk. "Woah, gila! Gue aja nggak pernah kimia dapet seratus."
"Ini semua karena lo, tahu. Karena lo ngajarin gue kemarin, gue yang nggak pernah nyambung sama kimia aja jadi bisa." Cinta menepuk bahu Andra. "Lo emang guru yang keren."
Merasa tak diperdulikan kehadirannya, Adyra mencari perhatian. "Andra, kok nggak diterusin sih, makannya! Makan cepet, nanti keburu bel masuk."
"Ra, UH kimia dia dapet seratus, masa? Gue aja tadi cuma dapet 90," kata Andra membanggakan cewek itu.
"Nilai sembilan puluh dia bilang cuma?" Rio tak terima. "Gue dapet enam puluh aja udah alhamdulillah."
"KKM-nya 86 plis, deh! Nilai lo di bawah standar kelulusan," celetuk Amy ikut-ikutan bersama Siska di belakang membawa minuman.
"Seenggaknya nilai gue masih bagus kalo dibandingin ama si Ramon." Rio menyeruput es jeruknya. "Apaan, tuh gebetan lo. Udah nilai jeblok mulu, main bola nggak pernah becus, bisanya cuma mainin cewek doang."
"Dia bukan gebetan gue!"
"Bukannya lo bilang waktu itu kalo lagi deket sama Ramon ya, My?" Siska bertanya.
"Udah enggak!" jawab Amy sewot.
"Jelas aja udah enggak. Orang si Amy ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, kok. Belum pacaran aja udah punya gandeng cewek lain. Gila itu kunyuk satu main dukun di mana, coba? Gue satu cewek aja kagak ada."
Mengesampingkan debatan Amy dan Rio di seberangnya, Andra menoleh pada Cinta ketika cewek itu menepuk lengannya. "Btw, makasih banget. Buat yang kemarin."
"Nggak usah makasih, kalo nggak karena usaha lo juga mana bisa dapet nilai bagus. Iya kan, Ra?"
Adyra tidak suka melihat binar di mata Andra. Cowok itu, terlihat sangat senang dengan topik pembicaraan Cinta hingga mengabaikannya. Mendadak kesal, Adyra memundurkan kursi lalu berdiri.
"Mau ke mana, Ra? Kan lo belum pesen makan?" Siska keheranan.
"Udah nggak mood. Selera makan gue ilang."
Rio nyeletuk, "Dicari dong, kalo ilang."
Usai mengatakan kalimat seperti itu, Adyra benar-benar berjalan meninggalkan kantin sendirian. Andra yang tak begitu peka dengan keadaan, bukannya berlari mengejar Adyra malah kembali melanjutkan pembicaraan. "Sampai di mana tadi, Ta?"
Di sisi lain, Aldo memilin gulungan tisu di antara ibu jari dan telunjuknya. Seraya menyalurkan perasaan kesal yang tiba-tiba muncul ke permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Novela JuvenilSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...