"Oi, nyontek kimia, dong!"
Andra mendecih. "Katanya lo lebih pinter dari gue? Ngapain sekarang minta contekan?"
"Eh, Mamat. Ini bukan saatnya becanda tau nggak sih, lo! Urgent ini! Urgent! Cepet mana sini buku lo, elah!"
Andra memukul tangan Bara yang dengan kurang ajarnya merogoh tas ranselnya. "Mau ngerampok lo?! Nggak sopan!"
Walau sambil ngomel, pada akhirnya Andra menyerahkan buku tulis kimianya ke Bara. Ia melihat cowok itu menyalin dengan ahlinya. Cepet banget, kek naik jet!
"Motor lu baru, ya?" celetuk Bara usai menyalin dan menutup bukunya.
"Enggak."
"Bohong 'kan lo?"
"Dibilang enggak, juga. Ngeyel amat, sih?!"
"Lagian sih, kemarin gue lihat lo pulang ama Adyra nggak pakek motor yang biasa." Bara menyandarkan punggungnya di kursi.
Andra mengernyit. "Kemarin gue nggak nganter Adyra pulang. Dia naik uber."
"Lah? Mana ada uber pakek motor sport?" Bara mendengus. "Kalaupun ada, kenapa itu abang-abang nggak pakek jaket uber, coba?"
"Lo yakin?"
Bara agak terkejut ketika Andra menarik bahunya agar Bara mau menatapnya. Ketika tatapan mereka bertemu, Bara melihat ekspresi serius di wajah Andra. "Beneran bukan elo, ya?"
Bukannya menjawab, cowok itu malah beranjak meninggalkan Bara. "Diajak ngobrol malah pergi. Nggak sopan!"
••••
Usai mendengar bel istirahat, Adyra berinisiatif mengemasi barang-barangnya dari atas meja. Melihat Amy duduk di sebelahnya, Adyra berniat mengajaknya ke kantin. Namun, tubuhnya tersentak ketika seseorang menarik tangannya.
"Apa? Kenapa?"
Itu Andra. Wajah cowok itu terlihat serius. Tangan Adyra pun masih dicekal olehnya. "Ada apa, sih?"
Selang beberapa detik, ia mengeluarkan suara. "Ke kantin, yuk?!"
Adyra menipiskan bibir. "Aduh, aku kira ada apa tahu, nggak? Bikin orang kaget aja."
"Udah, yuk, cepet! Laper, nih!"
Di kantin.
"Andra! Rekomendasi novel fantasi, dong! Lagi pengen baca genre baru, nih." Adyra menyedot es teh.
"Ngapain baca novel, sih? Bikin ngantuk aja. Mending belajar, lebih bermanfaat. Hapalin rumus identitas trigonometri, hukum kirchoff, pengaruh subsrat pada enzim, ama penyetaraan redoks metode setengah reaksi dan perubahan biloks," jawab Andra dengan lancarnya usai menelan sesuap nasi.
"Ih, tapi 'kan aku juga butuh hiburan! Mual tahu, dijejelin pelajaran segabrek kek gitu." Adyra mengerucutkan bibir.
"Lihat topeng monyet juga hiburan."
Alis Adyra terangkat sebelah, "Emang kamu mau jadi monyetnya?"
Mendengar Adyra bicara seperti itu, membuat Andra yang hampir menyuapkan nasi malah tidak jadi.
"Udah lah, cari temen ngobrol yang lain aja. Ngobrol sama kamu nggak asik." Usai mengatakan seperti itu, Adyra pergi meninggalkan Andra sendiri. Cowok itu mendengus.
"Kalo mau pergi, seenggaknya bayar dulu, dong!" kata Andra sedikit berteriak. "Main kabur aja."
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Novela JuvenilSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...