"Mau ke mana, Sayang?"
Seraya menuruni tangga, Andra menampilkan senyum lebar. "Mau ke rumah Adyra, Ma."
"Pacaran mulu! Mentang-mentang lagi liburan." Kanya yang barusan selesai memindahkan beberapa lauk di atas piring, menyahut ketika Andra mengambil tempat duduk di depannya.
"Apa, sih? Anak kecil nggak usah ikut-ikutan," balas Andra sambil menyomot sebuah apel.
"Iya deh, yang udah tua."
Andra melempar tatapan tak suka, namun Kanya tak menggubrisnya. Lebih memilih menyantap ayam goreng kesukaannya ketimbang melirik Andra.
"Kalau bisa, pulangnya jangan kesorean. Saya mau ngajak kalian makan malam di luar."
"Beneran, Pa?" Kanya menyahuti Arya dengan sorot mata berbinar. Lelaki itu mengangguk mengiyakan.
"Wah! Nanti kita ke restoran jepang, ya? Kanya lagi pengen makan ramen!" Arya terkekeh seraya mengusap puncak kepala Kanya. Lelaki itu melirik Andra ingin melihat respon dari anak itu.
"Saya bakal pulang tepat waktu." Arya tersenyum, karena Andra mengakhiri kalimatnya dengan senyuman.
Kini cowok itu bangkit tempat duduk dengan sisa buah apel di tangannya yang masih ada beberapa gigitan.
"Andra berangkat, Ma."Usai memberi salam, ia mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu di ruang tengah. Tak lama, ponselnya bergetar.
Adyra : Oi, Bambang! Udah jam 1, nih! Kalo telat kuusir, ya?!
Andra hanya tersenyum tanpa berniat membalas. Cuma read doang. Udah.
"Mau pergi?"
Ketika Andra mendongak, ia melihat Dimas. "Iya."
Dimas mengangguk mengerti.
Andra berdiri setelah sepasang sepatu sudah melekat sempurna di kedua kakinya. Ia langsung beranjak ke arah pintu. Namun, langkahnya terhenti seolah mengingat sesuatu.
"Eh, Dim."
Dimas yang tadi mau menyalakan televisi kini mengurungkan niat dan mengalihkan pandangan ke Andra.
"Kalo lo butuh sesuatu, lo bisa minta bantuan gue. Atau kalo enggak, minta tolong Bi Sumi juga bisa. Jangan pernah keluar rumah sendirian!"
Dimas mengedip beberapa kali sambil mengernyit. "Emang kenapa kalo gue keluar sendiri?"
Setelah mengikat simpul tali, Andra berdiri sambil menepuk celana. "Pokoknya jangan." Andra menatap Dimas singkat. "Gue pergi."
Dimas tersenyum menatap punggung Andra. Cowok itu tahu jelas apa yang dimaksud Andra. Ia bergumam, "Hati-hati di jalan."
•••••
Andra berdiri dengan tangan di saku celana. Menunggu si pemilik rumah membukakan pintu. Ketika mendengar pintu berderit, cowok itu menegakkan tubuh. Berniat memeluk Adyra secara tiba-tiba. Kedua tangannya sudah direntangkan. Namun sayang, kenyataan memang tak seindah angan-angan.
"Ngapain kamu?" Andi mengangkat satu alisnya. "Lagi senam?"
Andra menggigit bibir. Pahit. Pahit. Pahittt. Mendadak ia cengegesan tak jelas. "Iya, Om. Lagi peregangan, hehe."
Andi menatap Andra sekilas kemudian berjalan tanpa menghiraukan cowok di hadapannya. Andra mengusap dada. Cowok itu melongok, memastikan keberadaan Adyra. Ruang tamu terlihat sepi. Namun ketika Andra berniat memanggil Papa Adyra untuk minta izin masuk, ia tak menemukan siapapun di sana. "Cepet banget ilangnya." Andra menggaruk tengkuk, "Ini gue langsung masuk aja kali, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adyra's Diary ✔
Ficção AdolescenteSebelumnya, Andra selalu mengutuk hari-harinya saat bertemu Adyra. Tapi semakin lama, bayangan sorot mata ceria sekaligus meneduhkan itu selalu memenuhi pikirannya. Hingga sesaat, Andra teringat dengan perkataan Adyra waktu pertama mereka berjumpa. ...