01

22.1K 1.1K 17
                                    

Seorang gadis dengan rambut coklat panjang tengah menatap ke arah depan. Tepatnya deburan ombak ditambah sentuhan angin yang mengenai kulitnya. Tatapannya kosong, namun otaknya tetaplah tak bisa beristirahat.

Kulitnya semakin merasakan dinginnya angin laut di senja seperti ini. Namun baginya itu bukanlah masalah, yang ia hadapi kali ini adalah bagaimana mencari jalan keluar dari masalah keluarga yang membebani hidupnya.

Ingin mati saja rasanya, batinnya.

Tidak. Tidak mungkin ia harus mengakhiri hidupnya sekarang ini. Ia masih punya akal sehat, dia masih ingin melihat senyuman eommanya setiap hari.

Gadis itu tersadar dari lamunannya. "Aishhh siapa sih yang ganggu?" Ucapnya kesal, tangannya merogoh tas selempang yang ia padukan dengan pakaiannya yaitu kemeja violet dengan rok hitam sebagai bawahannya.

Tangannya sedikit merapikan helaian rambut yang menutupi pandangannya. "Eomma?" Tanyanya, sedikit terkejut setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Iya eomma ada apa?" Tanyanya sumringah.

"Kenapa kamu belum pulang nak, ini sudah lewat jam pulang kerja," tuturnya.

Gadis itu terkekeh. Tangannya sengaja bermain-main pasir disekitarnya.

"Maafkan Jennie eomma, Jennie akan segera pulang."

"Baiklah, eomma tunggu. Bersiaplah nanti untuk mengantarkan eomma ke rumah sakit."

Tut

Gadis itu menepuk dahinya setelah panggilan teleponnya dimatikan secara sepihak.

"Aish bagaimana aku bisa lupa," ucapnya kesal.

Gadis itu merutuki dirinya. Ia beranjak dari duduknya dan membersihkan rok nya akibat pasir yang sedikit tertinggal di roknya. Salahkan saja dirinya, siapa suruh ke pantai mengenakan rok.

"Ini salahku, kalau tau gini ngga usah ke pantai. Mana udah gelap lagi," gerutu Jennie.

Gadis dengan bentuk mata seperti mata kucing itu memanyunkan bibirnya. Bulu kuduknya sebagian berdiri akibat desiran angin.

Ini pasti hanya perasaan ku yang aneh, mana mungkin hantu berkeliaran di pantai, batinnya.

Sedikit rasa takut menyelimutinya. Ditambah perasaan aneh yang membumbung di hatinya.

Jennie mempercepat langkahnya secepat mungkin untuk segera ke mobilnya. Ia merasakan seperti ada yang membuntuti di belakangnya.

Dengan cepat ia membuka pintu mobilnya dengan keras dan segera menancapkan gas secepatnya untuk meninggalkan kawasan pantai.

Gadis dengan marga Kim itu menghela nafasnya lega setelah mobilnya melaju menjauhi pantai. Tak biasanya ia bernyanyi kecil sambil mendengarkan lantunan lagu di dalam mobil. Tatapannya berbinar ketika melihat taman kota yang terlihat berbeda dari biasanya.

Yang biasanya hanya lampu jalan yang bersinar di sekelilingnya kini berbeda. Berubah lebih gemerlap. Tidaklah kosong seperti dirinya.

Entahlah apa yang membuat dirinya terasa kosong, padahal hampir segalanya ia punya. Hanya saja ia telah kehilangan ayahnya disaat umurnya menginjak 10 tahun.

Lagi-lagi ia tersenyum miring, dan kembali fokus menyetir.

🌸🌸

"Jennie pulang!" Teriak Jennie sambil meletakan tasnya ke sofa.

Suara gadis itu menggema di rumahnya, membuat wanita paruh baya itu tersenyum sumringah.

"Baru pulang? Dari mana saja?" Gadis itu tertunduk tak berani menjawab orang tuanya.

[1] He Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang