Suara bariton milik si tampan menggema, tubuhnya bergetar. Bahkan seolah tak mampu menopang tubuh sang istri. Ia benar-benar takut, jikalau Jennie kenapa-napa. Dan alasan lainnya, ia takut karena di rumah ini, hanya dia seorang yang sadarkan diri.
Taehyung memejamkan matanya, berharap dirinya saat ini sedang bermimpi. Jika itu mimpi, maka seseorang bangunkanlah. Ia tak menginginkan mimpi mengerikan ini. Mimpi dimana hanya dirinya yang sadarkan diri, sedangkan makhluk lain entahlah. Keberadaan sosok mayat tak jauh dari pandangannya, didekapannya ada sang istri yang tengah pingsan, serta anjing kecil yang terkapar lemah. Bisa bayangkan, betapa merindingnya ia sekarang.
Taehyung berkeringat dingin. Wajahnya berubah pucat pasi. Imajinasi tentang hantu terngiang-ngiang di otaknya. Ia memang tak pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya. Jika boleh jujur, dirinya mempunyai phobia tentang hantu. Apapun jenisnya, dari mulai hantu wanita, pria, anak-anak, maupun hewan.
Mengingat kejadian yang lalu, yaitu saat malam pertama ia ketakutan karena kedatangan gumiho jadi-jadian sehingga membuatnya demam keesokan paginya.
Jennie yang ia kira gumiho saja sudah membuatnya demam, apalagi sekarang? Mayat sungguhan tanpa bola mata ada di dekatnya, entahlah apa yang akan terjadi padanya nanti.
Dekapan erat itu masih setia, ia juga enggan membuka matanya. Lebih baik menutup mata, kendati gelap tak melihat apapun daripada ia disungguhi pemandangan yang membuat bulu kuduknya berdiri.
Baru saja dibicarakan, atmosfer sekitarnya terasa berbeda dari sebelumnya. Merasakan inderanya menangkap sinyal aneh, Taehyung merapalkan doa-doa yang ia tahu. Sesekali ia menyebut ibunya di relung hatinya.
Indera rungunya berhasil menangkap derap kaki seolah mendekat ke arahnya. Saat itu juga, ia semakin mengeratkan pelukannya. Meremas pakaian Jennie, beruntung sang empu tengah tak sadarkan diri. Jika tidak, habislah riwayatnya karena membuat kusut pakaiannya.
Please, hantu pergi menjauhlah dariku. Aku pahit untuk dimakan.
Dan setelah beberapa detik kemudian, tubuhnya memaku. Tepukan dipundaknya berhasil membuatnya tak bisa mencerna keadaan.
Siapa pelakunya? Bukankah hanya Taehyung seorang dalam keadaan sadar?
Dengan ragu ia memutar kepalanya, menoleh ke pundaknya dan membuka matanya perlahan. Jemari tangan tengah bertengger dipundaknya.
Ia yakini sang pelaku bukanlah hantu. Hantu itu tembus pandang, jadi ini manusia?
Tuhan, aku harap yang kutemui manusia seutuhnya, bukan transparan people atau sejenisnya ....
Pria itu melawan argumennya, berujung melirik sang empunya tangan yang berada di belakang.
Si tampan membulatkan matanya. Ia terkejut, tak menyangka sosok yang ia temui sekarang benar-benar manusia, mungkin.
"Eh? Kau benar masih jadi manusia, kan?" Tanyanya menyelidik. Tampak gerutan di dahi pria jangkung itu. Ia belum paham apa yang Taehyung maksud.
Tapi, berkat kemampuan IQ nya, sang lawan bicara segera paham. "Aku manusia sepenuhnya, Taehyungie."
"Aku tidak semudah itu untuk dibohongi."
Yang lebih tua memutar bola matanya malas. Ia sudah paham betul sifat si tampan yang keras kepala.
"Kau lihat kakiku menapak, kan?" Anggukan kecil sebagai jawabannya. Kemudian Taehyung membulatkan matanya, memasang wajahnya memelas. Seolah mengadu ke yang lebih tua.
"Hyung, bantu aku," rengeknya.
Yah bagi Namjoon, Taehyung sudah seperti adiknya sendiri. Jadi hal biasa, kalau Taehyung merengek meminta bantuan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
Fanfiction(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...