Malam itu cahaya purnama berhasil menerobos kamar yang dominan berwarna abu-abu dan putih. Angin malam yang dingin sukses membuat tirai di sana menari akibat jendela yang masih dibiarkan terbuka. Tak lupa atmosfer di antara mereka juga semakin mencekam, terlebih ketika sang pria hanya diam saat ditanyai oleh Jennie.Wanita dengan setelan piyama sewarna caramel hanya bisa mendengus, menatap penuh selidik pada Taehyung. Baiklah mungkin ia akan mencoba untuk menanyakan lagi.
"Jadi kenapa aku tidak diajak ke sana?" tanya Jennie dengan nada dibuat sesabar mungkin.
Syukurlah kali ini Taehyung tidak mengabaikannya. Pria Kim itu tampak menghela dan menoleh ke arahnya setelah ia meletakkan hairdryer di meja.
Jennie meneguk ludahnya, ia terpaku sejenak mendapati Taehyung dengan rambut sedikit berantakan. Sungguh kali ini ia mendeklarasikan diri bahwa ia tidak akan lagi terlena seperti sebelumnya hanya karena tamparan visual dari seorang King of Duality.
Mencoba untuk tak berkontak mata dengannya, Jennie lebih memilih memainkan ponsel. Kendati sebenarnya ia tidak benar-benar melakukan karena ketahuilah bahwa dia hanya berpura-pura menarikkan jemarinya di keyboard seolah sedang mengetikkan pesan pada seseorang.
Kemudian ia terperanjat ketika Taehyung mendudukkan dirinya di kasur dimana ia sedang dalam posisi tengkurap sambil memainkan ponselnya. Ia menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari sang pria. Namun pergerakannya terhenti ketika pundaknya dicegah oleh lengan Taehyung.
"Memangnya besok tidak ke kantor?"
Jennie terdiam, ia baru ingat jika besok sudah mulai berangkat lagi. Lantas ia menyahut, "Besok sudah mulai berangkat, sih. Tapi tidak apa kok, kalau aku ijin tidak masuk. Kan ada acara keluarga."
Garis simetris terlukis di wajah nyaris sempurna milik sang pria. Tatapannya meredup, ia jadi teringat semasa sekolah dasar. Dulu, ia sering sekali menggunakan acara keluarga sebagai alasan agar tidak berangkat sekolah, padahal tidak ada acara apapun kecuali mengisi harinya dengan bermain game.
Taehyung terkekeh, tanpa siasat tangannya tergerak mengelus surai dark cokelat milik Jennie. Ia tetap begitu hingga beberapa detik berlalu dan Jennie tersadar akan posisinya.
"Hentikan! rambutku jadi berantakan, kan," Jennie mendesis, merapikan helaian rambut dengan jemarinya. Bukannya minta maaf justru si tampan tertawa.
Ah melihat monoloid itu melengkung bak kacang almond yang dipadukan dengan satu kotak senyum manis dari Taehyung membuat Jennie tersipu. Jujur ketika ia melihat senyum kotak itu ia merasa tak bisa mengontrol dirinya untuk tidak ikut tersenyum. Seolah senyum itu adalah kafein yang ingin terus menerus untuk dinikmati. Apakah ini yang dikatakan candu?
Katakanlah begitu, yang jelas ia terlalu suka pada senyum kotak itu dan ia ingin terus melihatnya.
"Hehehe ...aku hanya bercanda, kenapa merajuk seperti itu?" cengiran khasnya masih tampil di wajah tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
Fanfiction(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...