33

4.8K 372 19
                                    

Tak butuh lama, wanita itu menghampirinya. Merendahkan posisinya menjadi duduk di lantai. Mengangkat kepala sang pria membiarkannya berada di pangkuannya.

Tidak ingin terjadi apa-apa padanya, Jennie meminta bantuan.

"J-joy? aku minta nomornya Yoongi. Tidak pakai lama, ini penting!" kata Jennie dengan nada bergetar.

Di tempat lain, Joy mengerutkan dahinya heran. Ada apa dengan sahabatnya itu? Kenapa nadanya terlihat ketakutan, dan lagi ... wanita Kim itu sejak kapan dekat dengan Min Yoongi?

"Ya, akan aku kirim. Tapi, apa kau sekarang baik-baik saja?"

Jennie menggeleng, mendengus kecil, "Kapan-kapan saja aku ceritanya, oke?"

Setelahnya tak ada obrolan lewat sambungan telepon lagi. Si cantik segera mengotak-atik ponselnya dan menghubungi si pucat.

"Hallo? Ini siapa?" Jennie mendecih, "Ini aku, Jennie. Aku tidak bisa mengantar dokumennya sekarang, ada masalah teknis. Datang ke rumahku saja."

"Masalah teknis apa?"

Jennie mendesis kesal. Apa semua orang suka sekali mencari tahu masalah orang lain?

"Ada hal buruk yang menimpa suamiku, jadi datanglah ke rumah. Alamatnya akan aku share. Jangan pakai lama, oke?"

Menghela nafas sejenak setelah ia mematikan panggilan telepon. Tak lupa ia telah mengirimkan lokasi rumahnya pada pria pucat itu. Jemarinya tergerak mengelus lembut pada pria tampan yang kini terlelap dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Sadarlah Taehyung, kumohon ...."

🌸🌸

Saat itu, Joy tengah menarikan jemarinya di keyboard. Karena terlalu fokus, ia hanya mengangkat begitu saja panggilan telepon dan menyahutnya seadanya. Nada gemetar menyapa di indera rungunya, ia tahu betul siapa pemilik suara itu.

Setelah apa yang Jennie minta, ia segera memenuhi permintaan wanita Kim itu. Mencari kontak Yoongi yang beberapa hari lalu ia dapatkan dari sumber yang terpercaya.

Ada apa dengannya? Menarik nafasnya dalam dan mengabaikan sejenak tentang kesibukannya. Ia menelpon seseorang setelahnya, senyum aneh terpatri di wajah cantiknya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang.

"Jennie, tadi menelponku. Dia minta nomor Yoongi, si pria pucat yang kemarin aku ceritakan itu. Entah untuk apa, tapi tadi ia terlihat khawatir. Katanya ada masalah teknis yang menimpanya. Bukankah itu aneh? Jam segini seharusnya masih di kantor bukan?"  cerita Joy.

"Ah kemana perginya? Apa sekarang ini dia berada dalam pengawasanmu?"

"Cih, aku juga  sibuk karena pekerjaan lain, kau kira cuma itu saja kerjaanku? Lagipula dia dalam masalah atau tidak itu bukan urusanku ....tentang siapa tadi? Yoongi? Ah pria pucat yang katanya tertarik dengannya, kau awasi dia. Jangan sampai dia tahu rencana kita, kalau bisa ....libatkan dia dalam permainan, mengerti?"

"Tentu."

Joy tersentak kala ia menoleh mendapati sosok yang dibicarakannya. Siapa lagi bukan Yoongi yang kini menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"E-h? a-ada a-pa kemari?" ucap Joy dengan gugup.

"Aku rasa kau menyebut namaku tadi. Kenapa?"

Sang wanita membuang muka, melipat tangannya di dada.
"Apa tidak boleh menyebut nama orang? Tadi Jennie minta nomormu," sahutnya dengan wajah dibuat acuh. Sejujurnya wanita bermarga Park itu tengah gugup.

[1] He Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang