"Eomma?" Panggil Jennie kesekian kalinya. Namun, satu sahutan saja nihil terdengar di indera rungunya.
"Jennie-ah?" Jennie menoleh ke sumber suara yang tak lain adalah Taehyung. Pria itu tengah berjongkok mengamati sesuatu di lantai.
"Ya kenapa?"
"Darah. Aku melihatnya di sini," jemari Taehyung menunjuk ke lantai dimana tetesan darah itu berada. Jennie membelalakkan matanya, ia tak percaya apa cairan itu benar-benar darah atau hanya cat.
"Tidak. Tidak mungkin, itu pasti cat," ucapnya tak percaya. Pasalnya otaknya sekarang tengah memikirkan hal negatif. Ia memutar memori masa lalunya, dimana darah berceceran di hadapannya.
"Kau tidak ingat? Waktu ulang tahun aku juga dikerjain seperti ini, kan?"
Taehyung tak menjawab. Ia tahu betul kalau tetesan itu bukanlah pewarna makanan yang dulu digunakan saat mengelabuhi Jennie di hari ulang tahunnya.
"Ta-"
"Sssttt," Jennie meletakkan telunjuknya di bibir Taehyung, kemudian ia menggelengkan kepala berusaha memperingati Taehyung. "Please Tae, jangan katakan yang tidak-tidak."
Setelah mengatakan itu, Jennie melangkahkan kakinya menjauhi Taehyung yang masih mematung, entah apa yang ada dipikirannya Jennie tak peduli. Ia harus mencari ibunya di seluruh sudut rumah ini. Jika boleh jujur, ia benar-benar cemas sekaligus takut. Pasalnya, keganjalan terus bermunculan saat pertama kali masuk ke rumah ini.
Iya, mereka berhasil masuk setelah Taehyung mendobrak pintunya. Setelah itu segera memberi pertolongan pertama pada Kuma, anjing peliharaan Jennie. Ia terpaksa meletakkan Kuma sendirian di sofa karena ia harus mencari ibunya.
Saat ini Taehyung tengah memperhatikan sekitarnya. Firasatnya mengatakan jika semalam telah terjadi sesuatu di tempat ini.
Ia mengacak rambutnya frustasi. Diliriknya Kuma yang masih tergeletak tak berdaya di sofa. Hal ini membuatnya iba, ia jadi teringat dengan Yeontan. Bagaimana jika Yeontan seperti itu?
"Anjing yang malang," lirihnya. Kemudian, pandangannya teralihkan pada bawah sofa. Sesuatu berhasil merebut intensitasnya.
Ya, benda itu seperti gelang. Tanpa ragu, Taehyung segera mengambil benda tersebut. Dan benar dugaannya.
"Apa mungkin ini punya Eomma? Tapi aku tidak pernah lihat Eomma memakai gelang seperti ini," gumamnya.
Tampaknya Taehyung benar-benar memikirkan keganjalan ini dengan serius. Bahkan sekarang ia menelpon seseorang.
"Aku butuh bantuanmu sekarang," kemudian panggilan telepon itu terputus kala gendang telinganya menangkap jeritan Jennie.
Saat itu, Jennie tengah berjalan menuju dapur. Ya, ia beranggapan mencari ibunya di dapur, karena hanya tempat itulah yang belum tersentuh nya. Ia melangkahkan kakinya pelan, perasaan yang tak karuan semakin mengikutinya setiap langkah itu kian mendekat.
Jennie tersentak ketika hidungnya berhasil menyium bau anyir di sekitar dapur. Dugaannya tak lama kemudian terbukti, cairan sama seperti yang dikatakan Taehyung juga berceceran di sini. Jangan tanyakan bagaimana detak jantungnya sekarang, tentu yang ia rasakan takut. Bahkan sekarang tubuhnya bergetar, ragu untuk melangkah mengikuti ceceran darah itu.
Aku harap kejadian yang lalu tak terulang lagi.
Jennie menarik nafasnya dalam, ia berusaha menguatkan dirinya jika yang dikhawatirkan akan benar-benar terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
Fanfiction(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...