Sinar mentari sore mengintip malu dari sela tirai yang menari karena embusan angin. Wanita itu membuka matanya perlahan. Mengerjap beberapakali demi menyesuaikan cahaya yang terpantulkan oleh retina matanya.
Pandangannya sedikit demi sedikit menjadi jelas, sampai kemudian ia menyadari bahwa tempatnya terbangun kini bukanlah kamarnya. Ingatan terakhir tentang perlakuan sang pria padanya kembali melintas dalam benaknya, hal ini membuat ia yang tadinya mengumpulkan nyawanya yang tercecer kemana-mana segera tersadar penuh.
Jennie tersentak, dengan cepat ia mengubah posisinya menjadi duduk. Saat itu juga ia meringis, karena nyeri pada kepala menyerangnya.
Suara derit pintu yang terbuka tanpa diketuk membuatnya menoleh cepat. Sosok wanita dengan dress selutut berwarna hitam pekat tertangkap oleh retinanya.
"Kau sudah sadar, Jennie-ssi? Bagaimana keadaanmu?"
Wanita itu menampilkan deretan giginya."Irene-ssi, kau di sini?"
Wanita dengan rambut tergerai bebas itu tersenyum. Langkahnya semakin mengeliminasi jaraknya dengan Jennie.
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku di sini?" ucapnya sembari duduk di pinggir kasur.
"Karena tadi aku bertemu Chanyeol. Dia yang mengatakan kalau kau diantar olehnya ke warnet, jadi aku susul ke sana. Ternyata saat itu kau pingsan."
"Aku pingsan?" tanya Jennie tak percaya.
"Iya, Taehyung yang membawamu ke sini. Kau tau? Raut wajahnya sangat khawatir saat itu."
Jennie terdiam, ia masih memasang telinganya baik-baik. Apa yang Irene katakan tadi benar?
Kalau dia khawatir, kenapa dia tidak menjadi orang pertama yang aku lihat setelah sadar.
Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat, bunyi pintu yang diketuk akhirnya mengalihkan perhatian mereka. Sosok pria yang ditunggu-tunggu Jennie akhirnya menampakan batang hidungnya. Tatapannya sama sekali tak berubah, masih datar bahkan tanpa ekspresi.
"Aku buatkan sup untukmu, makanlah!" Taehyung menyodorkan nampan yang di atasnya terdapat mangkok putih berukuran sedang dan gelas serta di sampingnya ada sendok yang tertata rapih.
Wanita itu masih terpaku, urung menerima pemberian si tampan. Ia speechless, bahkan sorot matanya enggan beralih dari iris cokelatnya. Tatapannya itu benar-benar dalam, bahkan membuat Irene seolah-olah patung di antara dua insan itu.
"Enak saja! Apa yang kau katakan tadi? Sup buatanmu sendiri?" tegur Irene yang berhasil mencairkan suasana. Dengan cepat Taehyung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku tidak mengatakan seperti itu," jawab Taehyung datar.
Sedangkan Jennie hanya memperhatikan interaksi suaminya dengan teman semasa sekolahnya dulu.
"Tentu saja sup ini hasil buatanku, aku yang memotong sayurannya tadi. Apa kau lupa itu Irene-ssi?"
"Tapi aku yang membuat bumbu-bumbunya, aku yang masak airnya, dan ehmm...banyak lagi. Jadi, sup ini buatanku. Bukan begitu Jennie-ssi?"
Ingin sekali Jennie tertawa mendengar perdebatan mereka, namun tak menutup kenyataan bahwa hatinya sedikit teriris setelah menyimpulkan bahwa Taehyung dan Irene memasak sup bersama selama ia tak sadarkan diri tadi.
"Ahh, iya," jawabnya.
Dapat dilihat Irene menjulurkan lidahnya pada Taehyung dengan senyum mengejek. Sedangkan Taehyung hanya menatap jijik pada Irene.
"Tunggu apalagi? Makanlah supnya!" tegur Taehyung yang berhasil membuat Jennie mengangguk cepat.
"Bagaimana? Apa rasanya enak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
أدب الهواة(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...