Warning!
"Di chapter ini terdapat beberapa adegan yang tidak pantas untuk ditiru. Selain itu juga ada scene yang tidak seharusnya dibaca oleh pembaca dibawah umur! Bijaklah dalam membaca! Cerita ini hanya fiksi belaka, tak ada sangkut pautnya dalam kehidupan nyata.
Dan saya harap, berilah dukungan vote dan memberi komentar, karena tak lama lagi cerita ini akan selesai. Jadi maklumi jika chapter ini terlalu panjang.
Terimakasih atas perhatiannya. Dan terimakasih banyak yang sudah menyempatkan membaca sejauh ini dan memberikan saya dukungan💜." -Shin_yongMi27
Keinginan Jennie untuk menikmati waktu istirahatnya agaknya tidak bisa dikatakan sempurna. Terbukti tubuhnya yang sudah ia rendam dengan air panas dan ditemani harumnya aromaterapi lavender belum juga ampuh merilekskan pikirannya. Sedari tadi otaknya itu masih saja terfokuskan dengan satu nama, yang tak lain adalah Taehyung.
Setengah jam sudah ia sampai di rumah, tapi pria menyebalkan itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Apa Taehyung masih mencariku ya?
Sebuah pertanyaan terlintas begitu saja, dibenaknya ada secuil rasa ingin tahu yang tak sabar ia lontarkan tapi kenapa pria itu belum sampai di rumah? Apa terjadi sesuatu di jalan?
Gelengan kepala ia lakukan, Jennie mendapati guratan kekhawatiran di wajahnya yang terpantul di cermin. Tampak buruk, jika Taehyung tahu mungkin pria Kim itu akan meningkatkan tingkat kepercayaan diri menjadi 100% dan menganggap dirinya paling berarti karena telah dikhawatirkan olehnya. Tidak, Jennie tidak akan mengakuinya. Kendati memang dirinya khawatir dengan keberadaan Taehyung. Tapi mau bagaimana lagi? Gengsinya terlalu tinggi untuk mengakuinya, dan juga ia masih menyimpan kekesalannya pada Taehyung si pria paling menyebalkan dalam hidupnya. Sial.
Terkutuklah Kim Taehyung! Pandai sekali membuat suasana hatiku berubah-ubah, dasar.
Setelah dirasa urusan badannya sudah selesai, Jennie menuju ke dapur hendak mencari sesuatu untuk dimakan. Ia baru ingat bahwa perutnya minta diisi walaupun sebenarnya ia belumlah lapar. Daripada melewatkan makan malamnya dan berakhir terkapar karena sakitnya kambuh, ia memilih untuk menyantap sesuatu setidaknya dua suap itu cukup.
Sepasang netranya berhasil merekam pintu kulkas yang terbuka. Perasaan hanya dirinya seorang yang ada di rumah ini? Lalu siapa yang berani-beraninya membuka lemari yang surgawi itu? Apa ada pencuri di rumahnya?
Wanita Kim itu sudah mempersiapkan mulutnya agar berteriak sekencang mungkin jika dugaannya benar. Di ujung bawah sana, tampaklah sepasang kaki yang bisa ia tebak sang pelaku sedang asyik mengantongi isi kulkasnya.
Kulkas setinggi dua meter itu tertutup membuat suara debuman menyapa indera rungunya. Tertutupnya pintu kulkas itu sekaligus menampilkan sosok pria dengan kaos putih dan celana cokelat selutut.
"Kenapa menatapku seperti itu? Dikira aku pencuri ya?"
Seolah membaca pikiran Jennie, pria itu melengos melewatinya sambil membawa es krim yang ia beli tadi. Jennie hanya mendengus, tuh kan baru ketemu sudah menyebalkan sikapnya.
Wanita itu membuntuti Taehyung dan ikut menjatuhkan pantatnya di sampingnya.
"Kemana saja? Sudah aku cari-cari di kantor tapi tidak ada. Membuatku pusing saja," deretan kata yang Taehyung rangkai membuat keadaan di sana mencair.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
Fanfiction(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...