48

4.7K 318 36
                                    

Jennie meringis, merasakan betapa dinginnya udara yang berhasil menusuk tulang. Di pusat kota saja alat pengukur suhu udara mencapai minus bagiamana jika di sini?

Tempat yang ia yakini ada di dataran tinggi membuat bulu kuduknya berdiri. Berkali-kali ia mengulum bibirnya yang terasa kering. Bukan hanya itu, Jennie juga harus menerima nafasnya yang terasa sesak.

Terhitung sudah tiga menit setelah sadar,  Jennie tak bisa melihat apapun selain hitam di penglihatannya. Ia rasa orang tadi telah mengikatkan kain di matanya itu. Sungguh, jika mereka berdua benar-benar petugas keamanan ia tak segan akan melaporkannya kepada atasan mereka. Jennie mendesis ketika indera rungunya samar-samar mendengar alas kaki yang bergesekan dengan lantai, mungkinkah petugas keamanan gadungan itu yang kemari?

"Ternyata kau sudah sadar?" terdengar pertanyaan dengan nada yang remeh membuat Jennie mendecak kesal. Ia menarik dagunya ke atas, seolah menantang pria itu, "Lepaskan aku! Tidak tahu saja, aku akan melaporkanmu ke atasanmu itu!"

Terdengar gelak tawa menggema di gedung tua yang dulunya adalah bekas sekolah asrama. "Atasan? Kau pikir aku benar-benar petugas keamanan?"

Dari balik penutup matanya, alis Jennie menukik. Wanita itu tak salah lagi, dia sudah ditipu dan sekarang dijebak. Kalau tahu akan seperti ini lebih baik ia menurut omongan Taehyung agar diantar jemput olehnya.

"Cepat katakan apa tujuanmu menculikku hah? Agar dapat jaminan uang? Cih, bilang dong daritadi! Asalkan aku dibebaskan terlebih dahulu."

Dan lagi-lagi pria yang membawanya kembali melontarkan kekehan, ternyata selain cantik, wanita yang akan dikorbankan untuk bosnya itu sombong juga. Ah ia jadi tidak tega, mengingat bagiamana bosnya selalu kejam menghabisi korbannya. Langkah kaki lainnya terdengar menghampiri mereka, bergabung dan memberitahu sesuatu pada salah satu patnernya.

"Hei! Turunkan aku!" pekik Jennie saat tubuhnya benar-benar diangkat oleh salah satu dari mereka. Tangannya yang diikat ia gunakan untuk memukuli punggung lelaki itu, benar-benar membuatnya naik pitam seenaknya saja orang yang sama sekali tidak ia kenal membopongnya layaknya karung. Taehyung yang suaminya saja tidak pernah selancang itu.

"Aissshhh! Kau akan aku laporkan atas penculikan dan pelecehan!" kata Jennie yang agaknya mulai tersulut emosi. Kakinya ia gerakan naik turun guna menendang tubuh si berengsek sialan itu.

Mereka membawa Jennie ke rooftop dimana bos mereka telah menunggunya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi nantinya, yang jelas menurut instingnya wanita ini tidak akan kembali dengan selamat, setidaknya jika masih diberi kesempatan hidup oleh bosnya itupun akan berakhir di rumah sakit.

Tubuh ramping Jennie dihempaskan begitu  saja setelah mereka sampai di tujuan, merasakan bagaimana nyerinya lengannya yang ambruk tak kuasa menahan beban. "Kau itu kasar sekali! Tidak tahu caranya memperlakukan wanita ya?" kata Jennie dengan ketus.

Tapi sekali lagi hanya decakan yang pria itu lakukan. "Diam, dasar cerewet. Telingaku bisa tuli kalau kau terus mengoceh!"

Jennie memilih menulikan telinganya, dan kembali mengoceh sesekali mengumpati untuk pria berengsek itu. Tak lama kemudian, tepatnya setelah panggilan telepon itu dimatikan datanglah pria jangkung yang telah memperkejakan mereka. Langkah kakinya yang panjang dengan rahang penuh ketegasan membuat mereka menunduk takut.

"Apa dia sulit dijinakkan?" tanyanya dengan wajah datar. Namun belum sempat mereka menjawab, seorang wanita menyela pembicaraan dan sukses membuat atensi mereka terfokuskan padanya.

Tubuh penuh lebam dan kelopak matanya yang menghitam membuat siapa saja akan prihatin dengannya. Terlebih ketika melihat cara berjalannya yang sempoyongan bak orang yang terkontaminasi virus zombie.

[1] He Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang