Jennie merebut benda persegi panjang itu dari tangan Taehyung.
"Eomma, yang Taehyung katakan itu tidak benar," ucapnya dengan nada tergesa. Ia segera menjauhkan diri dari jangkauan Taehyung agar ponselnya tidak direbut.
Jennie terdiam sejenak, ia mencerna siapa si pemilik suara di seberang sana. Ia paham betul siapa pemilik suara ini. Bukan mertuanya, melainkan ibunya sendiri.
"Jennie, apa benar yang Taehyung katakan tadi?" tanyanya di seberang sana.
"Aku tidak memperbudaknya. Dia saja yang mengada-ada," jawab Jennie sembari melirik sinis ke arah Taehyung yang sekarang sedang tersenyum. Bukan senyum manis, melainkan senyum kemenangan.
"Benarkah?"
"Iya, eomma."
"Jennie-ah, ingat kan besok hari apa?"
"Kamis," jawabnya yakin.
"Aishah ....anak ini benar-benar pikun. Apa kau tak ingat? besok ada acara di rumah. Datanglah bersama Taehyung. Eomma sudah mempersiapkan sesuatu."
"Ah, iya. Aku baru ingat. Tentu saja aku akan datang besok."
"Jennie-ah-"
Jennie mengerutkan dahinya ketika mendengar suara ibunya yang terdengar sendu.
"Jaga kesehatanmu, nak. Makanlah tepat waktu, eomma tidak ingin kau sakit."
Jennie menarik sudut bibirnya ke atas. Ibunya mengatakan kalimat itu dengan penuh kasih sayang, ia tau ibunya pasti sekarang merindukannya. Karena tidak terbiasa berpisah dengannya.
"Tentu. Eomma juga jaga kesehatan, kalau kenapa-napa telfon aku. Anakmu ini merindukanmu."
"Jenddeukie, masih saja seperti anak kecil walaupun usiamu sudah dewasa. Baiklah, eomma tutup dulu telfonnya. Sampai jumpa besok."
Jennie tersenyum, mulutnya sudah bersiap mengatakan sesuatu tetapi sambungan teleponnya sudah dimatikan sepihak.
"Sudah? sini ponselku," pinta Taehyung yang entah dari mana tiba-tiba saja menampakkan dirinya sembari mengunyah camilan.
Jennie mengembalikan ponsel Taehyung dengan wajah datar.
"Cepat habiskan itu, kita akan berangkat. Bersiaplah!" perintah Jennie pada Taehyung yang masih memperlihatkan wajah blank-nya.
Tampaknya Taehyung masih mencerna kalimat Jennie barusan.
"Ah, sial. Kenapa harus aku?"
Kedua kakinya ia hentakan karena kesal. Kemudian menyumpalkan lagi camilan ke mulutnya, padahal mulutnya masih mengunyah camilan yg belum tertelan.🌸🌸
"Kau yakin, alamatnya benar?"
Taehyung tampak ragu melihat keadaan jalan rumah yang terlihat gelap, dan jauh dari keramaian."Iya. Joy bilang, dia tinggal di sini bersama neneknya."
Taehyung yang mendengar penjelasan Jennie hanya memutar bola matanya malas. Entah kenapa, mendengar nama Joy saja sudah membuatnya muak, dan sekarang ia harus mengunjungi rumahnya.
"Kita pulang saja, yuk," ajak Taehyung.
"Nanti. Tunggu apalagi? ayo kita masuk," ajak Jennie sembari membuka pintu mobil.
"Eh ...." Taehyung kewalahan menghadapi Jennie yang menarik pergelangan tangannya. Sedangkan posisi dia sekarang masih duduk di kursi kemudi dengan seat belt yang terpasang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
Fanfiction(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...