Angin di musim dingin rasanya sudah membuat Jennie membeku. Wanita itu hanya dapat terisak dengan berbagai macam pertanyaan memenuhi pikirannya.Dadanya terasa sesak, sulit sekali untuk mempercayai apa yang ia lihat sekarang. Karena itu ia menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya dari balik surai legam yang tergerai. Semua pasang mata terfokus ke arahnya, melihat wanita itu terlihat pucat dan penuh luka seolah menyayat hati mereka. Ah wanita malang.
Bahu sempitnya bergetar membuat wanita paruh baya itu ingin bergeming. Membawanya ke dalam dekapan dan saling memberi kehangatan satu sama lain. Namun agaknya itu hanyalah sebuah angan. Setelahnya ia tersenyum tipis, melihat pemandangan di depannya yang sangat langka.
"Kucingnya Taetae, jangan nangis. Aku sudah kembali. Lihatlah!"
Jennie tak menggubris ia malah semakin terisak setelah merasakan tubuhnya yang terasa amat dekat dengan sumber suara. Ia masih sama menunduk, hingga tanpa disiasati sang pemilik suara merendahkan tubuhnya guna mensejajarkan pandangannya dengan sang wanita.
"Kan sudah aku larang, kamu jangan nangis. Apa kamu tidak mengingatnya, Jennie?"
Lagi, Jennie masih dalam sikapnya yang terpaku. Pikirannya terombang-ambing oleh suara itu. Ia hanya takut untuk menatap sang sumber suara jika nanti kenyataannya hanyalah sebuah ilusi di depannya. Ia terlalu takut jika melihat ilusi yang tampak nyata itu.
Tanpa aba-aba, tubuhnya menegang. Bulu kuduknya merenggang setelah pemilik suara itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Menyapanya dengan senyum simpul yang sangat ia rindukan itu. Jika ini hanyalah sebuah ilusi, maka biarkanlah Jennie seperti ini. Sungguh dia hanya ingin melihat senyum itu kembali.
"Udah, jangan nangis lagi! Aku kan sudah ada di sini. Ini aku, Jane. Kim Taehyung," katanya.
Serentetan kata yang dirangkai berhasil membuat wanita Kim itu terperanjat. Matanya yang berair dan kini menatapnya dalam. Mencoba mencari kebohongan di sana namun tak ada. Hingga untuk membuktikan jika semua ini bukan hanya khayalan, tangannya tergerak membingkai wajah tampannya yang tertera lebam di sana. Dahinya yang di plester membuat hatinya tertusuk. Ia tak bisa melihat pria itu terluka sedikitpun. Sungguh melihatnya yang masih tersenyum di balik lukanya membuat Jennie teriris. Lantas jemari lentiknya turun, menyentuh dada kiri sang pria demi membuktikan jika dihadapannya ini bukanlah khayalan.
"Jane ..." lirih Taehyung yang tak kunjung mendapat balasan.
Lantas pria itu menarik tubuh ramping sang wanita dan membiarkannya terisak di dalam dekapannya. Menyalurkan seluruh kerinduan yang selama ini tertahan. Tangannya terjulur mengusap punggung Jennie yang masih saja bergetar. Melihatnya dengan penampilan seperti itu membuat hatinya berdesir perih. Ia tak kuat melihat Jennie menangisinya, dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja.
"Jangan menangisiku lagi, aku sudah kembali, Jane. Aku baik-baik saja," ucap Taehyung diakhiri dengan senyumnya. Tidak ada yang tahu selain Namjoon, jika dibalik senyumnya ada rasa sakit yang tertahan. Perutnya terasa nyeri ketika lengan Jennie tak sengaja menyenggol bekas jahitan luka yang di dapatkannya.
Jennie merenggang, menarik diri dan menatapnya tajam. Cepat-cepat ia menghapus sisa air matanya tadi. Hidungnya yang memerah membuat kesan lucu di mata Taehyung. Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia geram dengan Taehyung.
"Kenapa datang kemari hmm? Kamu kan belum sembuh? " tanya Taehyung pada Jennie yang masih saja terdiam sembari menatapnya tajam.
"Memangnya tidak boleh menemuimu? Aku bahkan menyesal meninggalkanmu yang melawan pria gila itu. Apa kau bodoh Kim Taehyung? Kau bilang baik-baik saja, tapi buktinya apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
Fanfiction(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...